5 - SWEET LIES

111 23 5
                                    
























''Aku bisa jalan sendiri.''

''Tapi aku bisa menggendongmu.''

''Tidak mau. Ada kursi roda.''

''Ck.''

Berkacak pinggang, Keith berdecak.

Seseorang seperti dirinya ternyata bisa juga kalah berdebat. Selama ini orang-orang mengenalnya sebagai pemimpin yang mendominasi, pandai bernegosiasi dan tidak pernah kalah. Tetapi di hadapan Alana yang bahkan puncak kepalanya bisa dia lihat dengan mudah, dia terdiam kesal.

Tetapi lantas dia tidak kehabisan ide. Di tendangnya kursi roda itu sampai menjauh ke pojokkan, lalu menatap Alana sambil tersenyum puas.

''Sekarang kursi roda nya sudah tidak ada.''

Kali ini giliran Alana yang berdecak tetapi tidak menolak ketika Keith menggendongnya dengan gaya bridal. Sementara Eric buru-buru meraih tas berisi perlengkapan mereka berdua, tidak ingin lagi membuang-buang waktu dengan menonton pasangan yang berdebat.

''Tunggu.''

Menghentikan langkahnya seketika, Keith menunduk menatap Alana.

''Ada apa? Apa kau merasakan sakit di tubuhmu? Atau pusing lagi?''

''Tidak, bukan itu.''

''Lalu?''

Menyembunyikan wajahnya pada dada Keith, Alana bergumam.

''Aku...a-aku malu.''

''...ha?''

Dan saat menoleh ke arah koridor, beberapa orang termasuk para perawat yang berlalu lalang memang menatap ke arah mereka sambil tersenyum-senyum lengkap dengan spekulasi yang tersembunyi dari balik telapak tangan dan bisikan-bisikan. Tetapi bukan Keith namanya kalau dia mempedulikan hal itu, jadi dengan santai dia kembali melangkah mengabaikan cubitan dan pukulan kecil Alana di dadanya sebelum wanita itu memutuskan untuk memejamkan kedua matanya berpura-pura tidur.

Sementara itu di mansion...

Mark tampak sibuk memegang hiasan dinding di tangannya, beberapa pengawal yang sebagian sudah menanggalkan jas mereka juga sibuk meniupi balon-balon yang memenuhi ruang tamu.

Sebuah banner bertuliskan ''WELCOME HOME'' membentang ditengah-tengahnya.

''Tidak, tidak, geser sedikit ke kiri.'' Perintah Mark pada dua orang pengawal yang bertugas mengatur banner itu.

''Tidak, ke kiri, kenapa kau mengaturnya ke sebelah kanan?''

''A-ah y-ya maaf.''

''Seperti ini?''

''Nah, sudah. Ok!''

''Mark, makanan yang tadi kau pesan sudah datang. Harus ku bawa kemana?''

Seorang pengawal lagi datang menghampirinya.

''Langsung bawa saja ke ruang makan. Ah, tim keamanan sudah mencicipinya bukan?''

''Sudah, tenang saja semuanya aman.''

''Good, bergegaslah kalau begitu.''

Pamit, pengawal itu membungkuk meninggalkan Mark yang malah bergumam sendiri.

''Ah sayang sekali, harusnya aku yang memasak hidangan itu. Kenapa Keith malah menyuruhku mengatur hal-hal kekanak-kanakan seperti ini?''

Mendengus, Mark meraih lagi hiasan dinding yang harus dirangkainya terlebih dahulu sebelum suara mobil yang mendekat lalu berhenti mengalihkan perhatiannya.

LOVE AGAIN - END of Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang