Akward Momment

8 1 0
                                    


Hari menjelang sore saat taksi yang mengantarku tiba di rumah yang aku kontrak bersama teman lainnya. Sepi. Wajar saja, ini hari Sabtu, biasanya Kak Mawar dan Kak Anna selalu pulang ke kampung halaman mereka di saat akhir pekan. Rumah mereka hanya berjarak beberapa jam dari Kota Makassar. Tapi kemana Kak Opie dan Nur? Sebelum masuk ke dalam rumah kusempatkan mengirimkan pesan pada Nur, menanyakan keberadaannya.

Setelahnya, aku bergegas mandi dan makan. Kepalaku mulai tidak bisa diajak berpikir kalau sedang lapar. Semangkuk mi instan telah tandas dengan cepat, mengisi rongga lambung yang memang belum terisi sejak pagi. Bersamaan dengan itu, ponselku berbunyi, pesan balasan dari Nur.

[Kami di sekret, Nin. Ini ada Kak Amel sama Kak Sawandi di sini. Kamu gak ke sini, kah?]

Aku bagai tersengat listrik tegangan rendah saat membaca pesan dari Nur. Tidak menunggu lama, aku mengganti daster yang kukenakan dengan kaus lengan panjang cokelat dan celana denim andalan. Kutarik asal selembar kerudung motif bunga-bunga hijau dari gantungan. Segera saja aku bersiap-siap menuju sekretariat.

***

Peluh membasahi keningku saat akhirnya sampai di sekretariat. Entah seperti ada dorongan kuat untuk segera kembali melihat Kak Sawandi. Apakah ini rindu? Bukankah baru beberapa jam lalu aku bersamanya? Ah, urusan hati memang selalu tidak terprediksi.

Di beranda depan Kak Rusdy dan beberapa teman cowok lainnya terlihat asyik bermain gitar. Aku tersenyum sebagai basa-basi pada mereka dan bergegas masuk.

Di ruang tengah tampak seorang cowok tertidur di depan televisi yang sedang menayangkan pertandingan bola liga Indonesia. Aku langsung masuk ke dalam, mencari Nur. Eh, bukan Nur sebenarnya tujuanku kali ini. Aku ingin bertemu Kak Sawandi. Aku benar-benar rindu dia.

Ternyata Nur sedang di belakang bergosip dengan beberapa teman cewek lainnya.

"Nin, cepet banget nyampenya! Sini, ngerujak!" teriak Nur begitu melihatku datang.

Aku yang masih mengedarkan pandangan mencari sosok yang kurindukan itu disambut ejekan dari Kak Alan.

"Cie, sudah kangen sama Kakak Wandinya, kah?" sambut Kak Alan membuatku sedikit salah tingkah.

"Ia, eh, Kak. Mana ya, Kakak Sawandiku?" tambahku menutupi kecanggungan yang tiba-tiba menyergap.

Ternyata sang empunya nama muncul di belakang Kak Alan sambil tersenyum penuh makna ke arahku yang masih berdiri. Bisa dipastikan wajahku memerah menahan malu.

"Kenapa, Nin?" tanya Kak Sawandi menahan senyumnya tidak makin melebar. "Yok, bicara di depan, aja," ajaknya padaku yang masih berusaha menormalkan irama jantung.

Rupanya Kak Sawandi tidak menunggu jawabanku. Ia berlalu melewatiku menuju ruang depan. Dan Nur yang memperhatikan sedari tadi kembali memanggilku dari dapur.

"Nin, gak mau rujak, kah?"

"Entar, Nur. Aku ada urusan sebentar sama Bapak Ketua Panitia," candaku kemudian menyusul Kak Sawandi di depan.

Ternyata dia telah duduk di depan televisi, memegang remot dan mengganti siaran tanpa jeda.

"Mau nonton apa, Kak?" tanyaku berbasa-basi membuka pembicaraan.
Akhirnya siaran terhenti pada berita sore yang menampilkan adegan penangkapan seorang bandar narkoba.

"Siarannya, sih, enggak penting kalo sama kamu," jawabnya sembari tersenyum.

Untungnya aku sudah duduk dengan benar, kalau saja masih berdiri, mungkin saja lututku akan bergetar lemas mendengar kata-katanya.

"Eh, Uya enggak ada, yah? Tumben malam minggu ke sekret?" Kata-kata itu terdengar datar meluncur darinya. Ia terus menatap lekat diriku, seperti membaca perubahan raut wajahku atas ucapannya.

Dua kalimat yang terucap itu sempurna menjadikan jantungku bagai ingin melompat dari tempatnya; diambung, lalu dihempas jatuh.

"Eh. Kak Uya? Kenal?" kilahku cepat mengalihkan keterkejutan yang menyerbu.

"Enggak, sih. Pernah liat waktu ngantar kamu kapan itu. Mana dia?"

Entah ini pancingan atau memang dia benar-benar tidak tahu. Aku akhirnya memutuskan berkata jujur tentang hubunganku.

"Dia lagi di Bone, Kak. Masih pulkam," jawabku pelan.

"Ooo," jawab ya sambil mengangguk-aguk dengan mimik tak tertebak.

💟💜💟💜💟

Lets start it again, Bestie!

Kisah LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang