Jadi Pelayan

5 0 0
                                    

Di dalam kamar yang memiliki dua ranjang reot aku kembali, meski jauh dari kata mewah tetapi kamar ini sangat legendaris, menjadi saksi bisu kemelaratan aku dan Dejar.

"Makan dulu, Del ... aku masak soto!" seru gadis yang mendarat ke atas kursi kayu. Satu-satunya kursi yang kami miliki.

Di tengah-tengah situasi genting keuangan seperti ini, masak soto sangat tidak masuk akal, aku yakin Dejar menghilangkan tiga huruf di depan kata yang terdengar enak itu.

Tetapi anehnya pikiranku menggoda untuk mencari kebenarannya, siapa tahu saja Dejar sudah dapat kiriman dari kampung. Bangkit dari duduk, kulihat ke meja ada mangkuk berisi makanan keriting beraroma soto, ternyata makanan khas ala anak kos, buang-buang waktu saja memastikannya.

"Haiyah gayamu ... kenapa enggak sekalian masak kari spesial juga," keluhku pada koki Handal ala kadarnya, yang terkekeh.

Karena perut masih kenyang, aku kembali menuju ranjang membaringkan tubuh yang terasa sangat capek, masih dengan kemeja dan rok yang dipakai ke kantor tadi enggan untuk mengganti pakaian.

"Del, Cerita dong ...," bujuk Dejar memasang wajah penuh harap.

"Yah, diculik gitu ... terus kabur," ceritaku seadanya pada gadis yang sesekali menggaruk kepala, mulut ini sedang tidak ingin diajak bicara.

"Kok, bisa ... diculik?" Lagi-lagi menambah pertanyaan yang bikin aku makin malas, Adelia Sujojo butuh istirahat, mata ini semakin berat, ingin berlabu ke pulau kapuk.

Aku memang punya rasa ingin tahu yang tinggi, tak akan puas jika sesuatu mengganjal dipikirkannya tidak terpecahkan.

Mau tak mau aku memberi sedikit waktu untuk bercerita dari pada sepanjang hari Dejar menjajali dengan pertanyaan.

"Tadi aku gagal interviu, karena udah telat sebulan, aku baca e-mail enggak merhatiin tanggalnya."

"Oh, itu ... sebenarnya aku liat, sih ... tanggalnya tadi!" tutur Dejar dengan santainya tanpa merasa bersalah.

"Kenapa enggak ngasih tahu dari awal, sih?"

"Yah, aku kira masih tetap berlaku." 

Untung saja ia berkata begitu, kalau tidak sudah kutimpuk kepalanya pakai handphone.

Coba saja kalau dari awal Dejar bilang e-mail nya sudah masuk dari sebulan lalu, aku pasti tidak akan bernasib kayak begini, sampai di culik segala. Dari pada menggantung aku ceritakan saja kelanjutan kisah penculikan tadi.

"Terus pas aku pulang, masih di sekitar kantor itu ketemu dua orang laki-laki, nah di situ aku pingsan. Tau-tau pas sadar, udah di istana!"

"Ngaur, kebanyakan nonton drama ini, mah!" sela Dejar yang enggak percaya. Dia tidak tahu saja kalau tadi Adelia Sujojo makan bubur terenak dan ketemu cowok cakep.

Tadi minta aku untuk diceritakan, giliran cerita dia malah menyolot, lebih baik tarik bantal bobok siang saja, dari pada semakin membuang waktu.

Sambil rebahan pikiranku kembali gelayangan, karena Si ganteng yang songong, entah kerjaan apa yang bakal dia berikan, harusnya aku tadi minta nomor handphone-nya.

Tapi, kalau untuk dijadikan pembantu rumah tangga dia sungguh keterlaluan. Sebenarnya ada rasa penasaran juga, untuk rumah sebesar itu kira-kira berapa gaji pelayannya, secara dia kan orang kaya.

Kalau gajinya lumayan yah boleh-boleh saja sih, toh kerjanya hanya dalam rumah, enggak bakal tetangga di kampung tahu, bapak sama emak juga. Dari pada terus-terusan jadi beban orang tua.

PERNIKAHAN ANAK KOS & CEO TAMPAN  (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang