Seperti biasa duduk di sofa, kali ini duduknya bertiga dan aku di tengah. Si Tampan rupawan menyebalkan sekali, aku harus mengatur nafas agar tidak menciduk asap rokok yang ia tebarkan.
Tuan Ares sibuk bolak balik lembaran kertas, kelihatannya sedang berpikir keras. Raut wajahnya yang seperti itu jadi mengingatkanku pada Dejar kalau lagi menggali ide untuk tulisannya, suka aneh sendiri.
Dejar lagi apa, yah? aku rindu ....
"Oke, jadi gini ... kalian harus hafal semua yang sudah aku tulis dalam list ini. Jangan sampai satu pun terlewatkan," perintah tuan Ares yang bicara bagaikan seorang guru, sedang memberi tugas pekerjaan rumah pada siswanya.
Mataku yang penasaran melirik ke arah kertas yang dipegangnya, tetapi karena ia lekas memberikan lembaran itu aku bisa membacanya dengan leluasa.
"Wuihh ... banyak banget, ini mau ujian atau apa sih?" tanya pikiranku yang kesal melihat deret kalimat berjejer rapi.
Isinya tak lain dan tak bukan adalah daftar kelancaran dari rencana mereka untuk pernikahan siri aku dan tuan Haris.
"Isi dulu titik yang kosong itu. Misalnya ini, makanan kesukaan Adelia titik-titik isi apa saja sesuai keinginan kalian, kamu juga Haris ... sekarang!" Guru dadakan ini kembali memerintah sesuka dia.
Luar biasa sekali pemikiran si Kuat, sampai sebegitu matangnya ia mempersiapkan hal sekecil ini, tapi memang sebaiknya begini biar nanti bisa kompak di depan ayahnya tuan Haris.
Kuambil pulpen mengikuti lelaki ganteng di samping yang mulai mengisi titik-titik buatan tuan Ares. Bedah tipis suasananya kayak waktu masuk kelas, tiba-tiba mencekam karena kuis dadakan.
Untung sekali pertanyaannya mudah saja, hanya menanyakan makan favorit, minuman kesukaan, warna kesukaan, hal yang tidak disuka, hal yang disukai, dan masih banyak lagi deretan bla bla bla.
Tak sampai sepuluh menit dua puluh titik-titik selesai terisi. Tuan Haris masih tampak berpikir. Pulpen yang di apit jarinya dipakai untuk memukul-mukul pelan kepalanya sendiri tentu saja.
Sungguh aneh sekali, rupanya orang kaya seperti tuan Haris tidak mengenal jati dirinya. Pantas saja tidak punya pacar, isi kepalanya hanya pekerjaan semua.
"Ini," gumamku saat menyodorkan kertas pada tuan Ares.
Kembali rasa rindu menyerang tanpa ampun, si Tukang upil itu benar-benar merasuk dalam sanubariku. Ia meluluh lantak segenap rasa yang kian kujaga.
Lebai banget kamu Adelia Sujojo, intinya aku rindu Dejar. Kasihan anak itu sendirian di kos. Pasti dia kesepian dan merana. Coba saja kalau handphone-ku tadi tidak ketinggalan di kamar, kan bisa langsung SMS tanya kabar.
Tuan Haris menyerahkan juga lembaran yang baru saja ia isi pada si Kuat, yang bertransformasi jadi guru.
"Oke, sekarang kalian tukaran list. Haris kamu hafal punya Adelia, dan kamu Adelia hafal punya Haris," tandas lelaki yang sebenarnya tampan juga, tapi karena berdampingan dengan yang super tampan aku baru menyadarinya sekarang.
Masih dengan ingatan pada Dejar kuambil lembaran yang diberikan tuan Ares. Sekarang aku punya ide yang luar biasa. Mereka pasti akan terkejut dan ikut turut.
"Aku punya satu permintaan lagi," ucapku yang mulai berani.
"Lagi?" Tuan Haris mengeluarkan suara berat penuh penekanan. Mungkin dia mengira aku tak akan bisa berbuat sesuka hati juga seperti mereka. Makanya jangan main-main dengan Adelia.
Kuanggukkan kepala bergantian ke sisi tuan Ares dan tuan Haris.
"Permintaan apa lagi, sih?" timpal cowok berkaus putih dengan wangi parfum menggugah selera. Aroma vanila campur susu. Emmm yummmy!
"Aku ingin sahabatku Dejar, yang ada di kos supaya bisa kerja di rumah ini, kata dia jadi tukang bersih WC juga enggak apa-apa." Akhirnya bisa kusampaikan impian terbesar Dejar.
Kedua pria itu terdiam, lalu saling bertatapan, berkomunikasi hanya dengan mimik wajah dan gerakan alis yang naik-turun. Hebat sekali dua orang ini. Persahabatan mereka sudah level sehati sejiwa.
"Baiklah, dia boleh kerja di sini sebagai asistenmu, bilang ke dia besok pagi siap-siap, nanti dijemput pak Udin," imbuh calon suami siriku.
Dari sahabat jadi asisten, rupanya Dejar Kanio semalang itu. Artinya aku yang dari bukan siapa-siapa bakal jadi istri sudah sepantasnya banyak-banyak bersyukur, walaupun hanya istri siri, sih.
Kabar gembira ini harus segera disampaikan pada Dejar. Aku pamit keluar sambil membawa list yang harus di hafal.
Setibanya di kamar baruku, benda persegi yang sejak tadi tak tersentuh segera kuambil dan menelepon Dejar.
Tak menunggu lama, gadis itu menerima panggilan.
"Halo, Del ... kamu ke mana aja, sih? ditelepon enggak bisa, di sms enggak di balas, apa sih maumu?" Yeee malah nyanyi dia.
"Sorry, Jar ... gue sibuk banget." Kuperdengarkan suara memelas seperti orang yang sangat letih, lesu, lelah, lebai.
"Mentang-mentang udah kerja, aku dilupain," keluh sahabatku dari balik telepon. Nada bicaranya yang nge-rap tiba-tiba slow melow. Kasihan Dejar, dia benar-benar kesepian.
"Yah, maaf ... ini aku mau kasih kabar baik, Jar. Besok pagi, Kamu siap-siap, yah! nanti dijemput. Kamu boleh kerja di sini juga ... yeay!" ucapku sambil bersorak karena tak bisa meredam kegembiraan yang membanjiri ruang hati.
"Serius, Del? takutnya kamu lagi nge-prank gue," sangkalnya, ia pikir diri ini seperti dia yang suka berbohong.
"Yaelah, enggak ada prank prengan. Asli ini mah, kamu enggak perlu jadi tukang gosok WC. Cukup jadi asistenku aja."
"Hebat banget pembantu di rumah itu pakai asisten segala, wkwkwk. Yadalah dari pada enggak sama sekali."
Aku memang sengaja belum kasih tahu cerita sebenarnya, takutnya cewek itu naik tensi lalu kejang-kejang, mulut berbusa terus mati, karena enggak bakalan ada yang menolongnya.
Lagi pula, kalau kasih tahunya lewat telepon, kuping ini bakalan berbau gosong melayani pertanyaan-pertanyaan yang tak ada habisnya sampai Dejar benar-benar paham.
"Oke, udah dulu. Besok bangunnya jangan kesiangan!" pesanku sebelum menekan gambar telepon warna merah di layar.
Karena amanat sudah tersampaikan, sekarang Adelia harus menghafal dulu tugas dari tuan Ares.
"Haaaaah membosankan sekali."
Untung saja kamarnya sejuk, kupilih posisi paling aman, rebahan di atas kasur berseprai motif polkadot warna warni. Kedua kaki kunaikkan ke atas sandaran ranjang di bagian kepala.
"Wuuuuh, enaknya jadi orang kaya," cetusku bahagia sambil memejamkan kedua mata dan melukis lengkung simetris di wajah manis ini.
"Ekhem!"
"Woi, singa, paku, gajah, tidur siang minggir lo ...!" Entah apa yang merasuki bibir mungil ini meracau sebegitu hebatnya.
Hanya sekali deheman gerakan refleksku mengubah posisi dengan kaki bersila di atas kasur king size.
"Maaf, Nona ... ini susunya!" ucap lelaki yang berdiri, dari sela pintu yang hanya terbuka sedikit bisa kulihat kedua matanya menatapku.
Ya aku lupa menutup pintunya rapat-rapat, tadinya aku pikir si Tuan Haris tiba-tiba masuk lagi. Kupersilahkan saja pelayan itu menaruh susu di atas meja.
Tiga bulan berada di rumah ini, bisa-bisa timbanganku bakalan naik, setiap hari disuguhi makanan dan minuman enak yang bergizi.
Usai melaksanakan tugasnya pelayan itu segera berlalu, aku terpaksa turun lagi dan mengunci pintunya, agar tak mendapat gangguan dari luar.
"Aman, sekarang waktunya menghafal!"
'Tok tok tok'
"Siapa lagi sih, ini?"
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
PERNIKAHAN ANAK KOS & CEO TAMPAN (18+)
HumorAdelia Sujojo, seorang gadis lugu yang tinggal nge-kos. Siapa sangkah, panggilan interviu untuk kerja dari perusahaan tekstil malah menjerumuskan dia ke dalam pernikahan siri dengan CEO tampan. Yuk, simak seru dan lucunya Adelia Sujojo dalam kisah i...