Adaptasi Rumah Baru

3 0 0
                                    

Jeritanku tak bisa tertahan melihat sosok yang mematung di atas sofa, bagaimana tidak? hanya terbalut handuk menemuinya sudah jelas bikin panik, mentang-mentang rumah dia sendiri seenaknya masuk dalam kamar. Untung saja aku pakai handuknya dengan baik dan benar.

Aku yang hampir saja jantungan kembali berlari dalam kamar mandi berusaha mengatur nafas dan buru-buru menggunakan kemeja juga rok yang bau kecut.

Aku menghampiri lelaki yang duduk berpangku kaki sambil memandangi puntung rokoknya. Asap mengepul keluar dari hidung bangir dan bibir sensualnya. Diri ini paling tidak suka dengan asap rokok, bisa-bisanya dia menyebar polisi dalam kamar ber-AC.

Ingin protes kelakuan tak menyenangkan itu, tapi apalah daya aku bukan siapa-siapa, mau tak mau, yah harus mau.

"Kamu tanda tangan ini dulu," seru si CEO tampan. Satu tangannya menyerahkan sebuah map warna biru.

Ragu juga penasaran berduet jadi satu, tanganku mengambilnya, tetapi isi kepala sibuk menduga-duga. Mungkin kah cek sepuluh juta?

Setelah membuka map segera kubaca isi surat perjanjian yang memanjang hingga dua lembar, rupanya menjelaskan tentang pernikahan yang hanya akan berlangsung tiga bulan dan masih banyak poin-poin peraturan harus dipatuhi, salah satunya aku harus memakai hijab.

"Kenapa harus pakai hijab?" tanyaku, karena selama ini tidak terbiasa menggunakannya. Padahal bapak sama emak selalu ceramah supaya aku menutup aurat.

"Keinginan ayah sama umi," ucapnya dingin dengan ekspresi datar.

"Baiklah, sudah terlanjur, mungkin bakal jadi jalan hijrahku," pikir benak ini sejenak.

Langkahku mendekat lalu meletakkan map ke atas meja, mengambil pulpen yang tergeletak dan langsung saja membubuhi tanda tangan di atas materai.

"Tapi aku tidak punya jilbab," laporku, berharap orang kaya ini akan membelikanku jilbab se-lusin.

"Sudah disiapkan, nanti ada yang antar ke sini!" jawabnya datar.

Sungguh demi apa orang ini harusnya tinggal di kutub utara berteman dengan kuda laut. Dingin sekali jadi cowok!

"Oh baiklah," jawabku seadanya juga, biar dia tahu bagaimana rasanya dibegitukan.

Tanpa berlama-lama tuan Haris mengambil lembaran yang baru saja aku setuju, ia tak bicara apa-apa lagi langsung bergegas keluar. Syukur sekali dia langsung pergi.

Setelah ia benar-benar hilang, aku mencari pelayan untuk mengubah air di bathtub supaya hangat. Dari balik pintu kuintip keluar, tak ada pergerakan manusia di sana.

Lebih baik berjalar ke dapur saja, mungkin mereka sedang menyiapkan untuk makan malam.

Langkah kecilku mulai berjalan menyusuri rumah tuan Haris, sepertinya di rumah ini ia hanya tinggal seorang diri ditemani para pelayan. Eh tidak! mungkin juga bersama tuan Ares. Entah lah.

Saat tiba di dapur ada dua pelayan berseragam bak babysiter memakai jilbab lengkap dengan celemek sedang melakukan atraksi masak dengan api yang mengelilingi wajan, luar biasa hebat sekali. Dua lainnya sibuk merapikan meja panjang yang dikelilingi kursi.

"Permisi," sapaku sambil melambaikan tangan ke arah mereka.

"Ada yang bisa kami bantu, Non?" tanya wanita paruh baya ketika menengokku, tangannya terhenti menyeka meja.

Ya sebegitu dihargainya aku di sini, rasanya jadi tidak enak, karena mereka kan lebih tua dari Adelia.

"Bisa tolong gantikan air di bathtup? aku ingin mandi air hangat tapi ehe enggak tahu cara gantinya," tuturku yang merendah diri.

PERNIKAHAN ANAK KOS & CEO TAMPAN  (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang