Pintu Hati

0 0 0
                                    

Aku masih saja merasa hambar dalam setiap obrolan kami. Kehadirannya, tidak banyak atau mungkin bahkan tidak mempengaruhi jantungku.

Detaknya masih sama, mungkin sebab aku memang sadar tidak sadar telah mendoktrin otak seakan aku sudah lama dengannya hingga terbiasa.

Namun, sungguh. Aku Bersyukur atas hal itu. Sebab mungkin Allah telah mengabulkan satu pintaku lagi.

Menutup rapat pintu hati, hingga akad nikah selesai dilangsungkan dan aku telah menjadi istrinya.

Agar aku dapat menjaga diri, membatasi setiap hal sebisa mungkin. Sehingga aku tidak terjerumus dalam jurang zina yang menjijikan.

Baris CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang