Chapter 3

478 58 0
                                    


Pertunjukkan malam itu berlangsung sukses. Para hadirin bertepuk tangan riuh akan penampilan para anggota terlebih lagi Shinichi. Hal ini membuat Seishichi yakin untuk melakukan pendekatan. Ia dan grupnya mengundang rombongan Tokugawa Ienobu untuk menghadiri pesta teh seusai pertunjukkan agar bisa melakukan lobi untuk menjadi grup kabuki khusus istana. Ienobu pun menyetujuinya, suasana hatinya malam itu sedang bagus.

Ienobu dan Seishichi berbincang-bincang santai sambil minum sake. Sementara para selir saling bergosip, tidak sedikit diantaranya yang berbisik-bisik mengagumi ketampanan Shinichi. Bahkan Miyaji salah satu selir yang genit, terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Shinichi. Shiho tidak ikut nimbrung dalam gossip tersebut. Ia lebih banyak diam sambil mencuri-curi pandang ke arah Shinichi. Begitu juga sebaliknya Shinichi tidak terlalu peduli dengan gumaman para selir, ia hanya diam-diam melirik Shiho, mencari kesempatan yang bagus untuk berbicara dengannya berdua saja.

"Bagaimana Ienobu-Sama? Akankah kami mendapatkan keberuntungan itu?" tanya Seishichi.

"Ayolah Dana-Sama," Miyajo menyela, "penampilan mereka sangat bagus, bila mereka menjadi kabuki tetap di istana, pasti menyenangkan," ucapnya dengan nada mendayu-dayu genit seraya merapatkan dadanya pada Ienobu namun matanya diam-diam melirik Shinichi.

"Hmm... yaa... aku akui aku sangat puas dengan pertunjukkan malam ini. Tidak pernah ada pertunjukkan yang seperti ini hebatnya..." gumam Ienobu yang sudah mulai mabuk.

Para selir lain mengangguk-angguk menyetujui.

"Kami bosan sekali di Okku, sungguh bagus sekali bila ada pertunjukkan Sukeroku," tambah Miyaji dan sekali lagi diiyakan para selir junior lain.

Ienobu memandang Shiho, "bagaimana menurutmu selirku tersayang?" tanyanya.

Shinichi terkesiap saat mendengar cara Ienobu memanggil Shiho.

Shiho hati-hati memilih kata-katanya, "Ejima ikut saja apa pendapat Miyaji nee-san,"

Miyaji tersenyum, "adik baik,"

"Baiklah kalau begitu. Seishichi-San, mulai hari ini kau resmi menjadi kabuki istana Tokugawa. Kalian bisa pindah besok ke istana," kata Ienobu.

"Ah Arigatou Ienobu-Sama. Kami jamin tidak akan mengecewakan Anda," ucap Seishichi seraya bersujud pada Ienobu.

Para selir lain bersorak mendengar keputusan itu. Mereka semakin larut dalam pesta sake. Wajah mereka semakin merona dan bicaranya semakin melantur. Shinichi merasa ini kesempatannya di saat mereka sedang tidak terlalu sadar. Ia memandang Shiho dan memberi kode jempol ke belakang. Shiho mengangguk mengerti.

Shinichi diam-diam ijin dari para anggota. Tak lama kemudian Shiho juga menyusul pura-pura mau ke belakang. Mereka akhirnya bertemu di bagian bawah panggung pentas yang sunyi dan tidak ada orang.

"Shiho!"

"Kudo-Kun!"

Mereka spontan berpelukan.

"Aku kira aku sendirian di sini," isak Shiho.

"Aku juga, syukurlah kau baik-baik saja," ia melepas Shiho dan merengkuh bahunya untuk memeriksa kondisinya, "bagaimana kau bisa menjadi selir Ienobu?"

Shiho menggeleng, "aku tidak tahu, tiba-tiba saja aku terbangun di istana. Kau sendiri?"

Shinichi mengedikkan bahu, "aku juga tidak tahu, aku tersadar di asrama Seishichi-San,"

"Aku tak mengerti dengan semua ini, bagaimana mungkin ini nyata? Kita terdampar di sini? Tapi ini bukan mimpi,"

"Aku juga tidak mempercayai hal ini. Aku bertanya-tanya mungkinkah kita meninggal di laut dan roh kita bereinkarnasi mundur?"

"Aku yang ilmuwan pun tak mampu menjelaskannya,"

"Tapi aku ingat samar-samar, ada terjadi gerhana matahari saat kita tenggelam. Apakah itu berpengaruh?"

"Mungkin saja pergeseran dimensi itu ada, tapi aku sendiri tidak memahami" Shiho mengernyit, "apa jangan-jangan kita harus menunggu gerhana matahari lagi di sini untuk bisa kembali? Tapi bagaimana memprediksinya? Di jaman ini teknologinya belum canggih,"

Shinichi menggeleng putus asa, "tidak ada pilihan lain selain bertahan dan menjalaninya Shiho. Mungkin ada maksud tertentu kita terdampar di sini sebelum kembali lagi,"

"Bisakah kita kembali?"

"Pasti bisa," sahut Shinichi optimis seperti biasa.

"Eh, semoga saja,"

Kemudian Shinichi melihat tangan kanan Shiho yang diperban kain, ia meraihnya dengan hati-hati, "tanganmu kenapa Shiho?"

"Aku tidak apa-apa," Shiho menarik tangannya kembali, "hanya ada sedikit kesalahpahaman dengan Ratu Hiroko, permaisuri Ienobu,"

"Pasti sulit bagimu menjalani kehidupan harem,"

"Eh, tidak menyenangkan memang,"

Shinichi tersentak, "lalu bagaimana dengan Ienobu? Apakah dia ada menyakitimu? Apakah... Apakah dia menyentuhmu?"

Shiho menggeleng, "tidak dia tidak menyentuhku atau mungkin belum... Oh semoga tidak... Aku tak dapat membayangkannya..." ia nyaris menangis saat mengungkapkannya.

Shinichi menguatkannya, "tenanglah Shiho, besok aku akan masuk istana. Kau tidak akan sendirian lagi. Kita akan mencari cara untuk berkomunikasi, aku akan melindungimu,"

Shiho mengangguk, "itu sedikit melegakanku,"

"Kita harus berusaha bertahan di masa ini, kuatkan dirimu,"

"Akan kucoba,"

"Sampai bertemu lagi," Shinichi memeluknya lagi.

"Eh, syukurlah ada kau Kudo-Kun," bisik Shiho dan ia merasa lebih tenang mengetahui tidak terdampar sendirian di masa ini. Ada Shinichi bersamanya.

Love Transcends TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang