[Bab 11]
"Tak ada yang lebih menyedihkan dari apa yang bisa dia berikan saat ini. Karena yatanya itu tak akan pernah bisa berubah menjadi mawar berwarna merah."
*****
Banyak hal yang berubah dalam diri Nathan. Tentunya dalam artian positif. Mungkin salah satunya adalah dia yang menjadi bersemangat untuk datang ke sekolah.
"Sumpah deh, gue jadi harus nyubuh mulu bareng lo," ucap Maura yang dua hari ini tidak melewatkan absen untuk menebeng kepada Nathan.
Nathan sendiri dongkol dengan mulut cerewet Maura yang banyak ngomel.
"Yaudah, gak usah bareng gue aja. Gitu ae ribet lo."
"Gak, gak bisa. Untuk kesejahteraan bersama, alangkah baiknya gue berangkat bareng lo. Hehehehehe."
Ah entahlah. Nathan tidak akan mengambil pusing dengan omongan temannya yang tak jelas itu.
Bel masuk masih lama. Dan sebelum itu Nathan akan menunggu Lavanya di koridor. Duduk santai sembari bermain hp.
Beberapa menit kemudian lingkungan sekolah mulai terlihat ramai. Murid yang mengenal Nathan akan menyapa lelaki itu, tentu dibalas dengan senyuman saja.
Dan di titik di mana papan pengumuman berada, terdengar suara-suara ribut. Nathan tak kepo, tetapi bisikan beberapa orang di sebelahnya membuat jantung Nathan berdegup dengan kencang.
"Lavanya, lho!"
"Ah masa sih? Anak baik-baik kan dia. Gak mungkin gitu ah."
"Ih lo gak percaya? Liat noh poto nya! Ada satu video juga tau, tapi susah buat di akses."
"Video apa sih?"
"Gue juga gak tau, orang cuman beberapa detik. Tapi katanya ya satu cewek dari kelas kita, dikelilingin om-om gitu di club."
"Wow, gilaaa!"
"Muka polos gitu ternyata gak disangka- wah parah sih. Sampe gak bisa berkata-kata gue."
"Yah, lo gak tau aja. Di lingkungan rumah juga, Lavanya tuh-"
Nathan mendekat, menarik bahu siswa itu dan memberikan sorot mengintimidasi.
"Apa yang barusan lo omongin? Lavanya? Kenapa sama dia?"
Siswa berkaca mata itu tersadar yang berdiri di depannya adalah Nathan, lelaki yang akhir-akhir ini sering terlihat bersama Lavanya. Dia tertawa kecil.
"Lo gak tau? Padahal lo keliatannya deket banget ya sama dia."
Nathan berdecak, "gak usah berbelit-belit! Langsung ke intinya!"
"Oww, santai bro! Yah, daripada nanya ke gue mending lo liat sendiri di mading." siswa itu menunjuk dengan dagu.
Nathan mengikuti arah pandang dia dan menangkap sosok Lavanya di tengah keramaian. Segera saja melepaskan cengkramannya dan berjalan dengan tergesa.
"La-"
"Wow! Gue keliatan cantik juga, ya, di sini."
Eh?
Nathan mengerjap. Tak seperti bayangannya, Lavanya yang sedang di gosipkan di mana-mana itu bukannya berwajah muram dan sedih, malah tertawa ngakak dan menyengir.
"Nat, liat nih!" Lavanya menyadari adanya Nathan, "fotonya HD banget. Mana gue nya juga pasang wajah jutek gitu, cantik!"
Memicing sebentar kemudian tersenyum konyol kembali, "kertas nya juga lumayan nih. Harus hati-hati kalau mau nyopot-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lava Di Bulan Februari
JugendliteraturDitengah rasa kagum akan sosok Lavanya, Nathan si Anak Mama mulai merasa bahwa gadis konyol itu menyembunyikan beberapa rahasia. Tak berniat ikut campur awalnya. Namun, ini Lava. Gadis yang kehadirannya seolah memaksa Nathan untuk sekedar melirik...