[Bab 13]"Bahkan sampe sekarang barang itu masih ada. Gak pernah gue lepas sampe kapanpun."
20 Februari 20xx
Masih terbayang jelas di ingatan Rumbi bagaimana hari itu datang. Hari dimana jagoan kecil yang ia beri nama Nathan Adiraksa, terlahir setelah susah payah ia berjuang.
Si bungsu tumbuh menjadi anak yang cerdas dan memiliki akhlak yang baik. Meskipun ada satu kekhawatiran, yakni adaptasi sosial Nathan yang cukup kurang.
Jika Novan senang sekali bermain hingga lupa waktu, maka Nathan berbeda. Dia lebih memilih berdiam diri di dalam rumah, menikmati camilan yang dibuat mamanya sembari menonton tv.
Ketika teman sebayanya asik bermain layangan atau main bola di lapangan, Nathan tak ada kegiatan selain tidur dan juga membaca majalah khusus anak-anak.
Pernah satu waktu Rumbi bertanya kepada si kecil Nathan tentang apa yang membuat ia enggan untuk bermain bersama teman sebayanya.
"Gak mau, mereka gak seru."
Jawaban itu menunjukkan bahwa tak ada kecocokan antara Nathan dan teman bermainnya. Mungkin mereka terlalu jahil atau hobi mereka yang tak sama. Namun rupanya Rumbi salah. Letak permasalahannya ternyata ada pada anaknya.
"Atha mah kalau main bola diem terus, gak lari. Jaga gawang juga malah duduk, nunggu bola yang masuk," kesal bocil teman sepermainan Nathan.
"Kalau lagi bercanda juga Atha malah marah. Katanya candaan kita gak berbobot. Nggak kayak Sule. Emangnya Sule siapa, Mama Atha?"
Rumbi yang mendengar itu menepuk kepalanya yang pening. Nathan itu terlalu mageran dan serius. Dan semenjak itu Rumbi mengkhawatirkan lingkup pertemanan si bungsu.
Saat masuk SD banyak yang bilang Nathan itu muka tembok. Bahkan saat naik ke kelas 5, dia disebut sebagai patung berjalan.
Saat SMP pun tak ada yang mau mendekatinya karena judes dan tukang tidur.
Bahkan jika Novan tak memaksa Nathan untuk main monopoli dengannya dan Abin, Nathan tidak akan dekat dengan siapapun.
Setelah Nathan cukup dekat dengan Abin, Ivan, Maura, dan beberapa remaja yang umurnya lebih tua, tak juga membuat Rumbi tenang.
Nathan itu manja dan sangat bergantung padanya, sehingga waktu untuk teman-temannya tak ada. Dia inginnya bersama dengan Mama terus meskipun ada kalanya Rumbi sibuk dengan pekerjaan.
Rumbi menganggap bahwa pertemanan dan membuat relasi itu penting. Maka dari itu saat Nathan bercerita tentang Lavanya, dia melihat sedikitnya ada perubahan.
Nathan yang mau diajarkan motor dan bermain secara bebas dengan temannya. Atau bahkan perubahan lainnya dimana bungsu kesayangannya itu menjadi cukup ramah kepada orang lain.
Rumbi senang. Amat senang. Terlebih mengetahui bahwa Lavanya adalah gadis yang baik. Diam-diam ia juga berharap gadis yang merubah Nathan itu nantinya akan menjadi kekasih anaknya.
"Ayo, jangan malu. Tambah lagi nasinya!"
"Udah aja tante, Lava cukup kok dengan porsi segini."
Lavanya menyengir. Dalam hati dag dig dug serr.
Nathan yang berulang tahun dan mengatakan bahwa ada acara makan-makan di malam harinya membuat Lavanya gercep kesana.
Ada Abin, Maura, Ivan, Dito, Bulan, Hiro, dan satu gadis lainnya yang bernama Sandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lava Di Bulan Februari
Teen FictionDitengah rasa kagum akan sosok Lavanya, Nathan si Anak Mama mulai merasa bahwa gadis konyol itu menyembunyikan beberapa rahasia. Tak berniat ikut campur awalnya. Namun, ini Lava. Gadis yang kehadirannya seolah memaksa Nathan untuk sekedar melirik...