[Bab 8]
"Andai aku tahu semuanya akan menjadi sekacau itu, rasanya aku ingin memutar balikan waktu. Aku akan memberi tahu diriku sendiri untuk bisa lebih peduli padamu."
*****
Di dalam kamar Nathan berpikir dengan keras. Bahkan ketika Rumbi mengajaknya turun untuk makan malam, Nathan menolak dengan halus. Beralasan kenyang dan tak memiliki nafsu makan.
Lelaki itu dengan jemari yang lincah mengetik di keyboard miliknya. Mengirimkan pesan kepada gadis yang tadi siang bersama dengan dirinya.
Ting
Nathan mencari sumber suara kemudian mendesah pelan.
Lelaki itu lupa jika hp milik Lavanya ada padanya.
Tok tok
Ketukan pelan terdengar dari pintu kamar.
"Boleh abang masuk?" suara dari luar membuat Nathan ikut berteriak.
"Masuk aja, gak dikunci!"
Dan batang hidung Novan akhirnya terlihat. Lelaki yang terpaut empat tahun dengan Nathan itu berjalan mendekat, raut wajahnya lesu.
"Kenapa Bang?"
"Dek," Novan cemberut, menghambur memeluk adiknya hingga Nathan tertindih, "Kak Amira nolak abang."
Nathan yang menggerutu dan sibuk memukuli kakaknya itu mendadak terdiam. Rasa iba tiba-tiba muncul.
"Padahal abang kurang apalagi coba?"
"Kurang otak," celetuk Nathan tanpa bisa dicegah.
"Sialan kamu Dek!" cemberut Novan.
Keduanya masih terdiam dalam posisi itu. Hingga akhirnya Nathan mengeluh pegal.
"Heran abang. Muka oke, dompet gak tipis-tipis amat, abang juga jomblo loh. Kenapa sih masih ditolak juga? Dari dulu lho, dari dulu!" Novan uring-uringan di atas kasur Nathan.
Adiknya itu diam tak berkomentar, mendengarkan dengan hikmat sembari melamun.
Drttt
Nathan merespon dengan cepat. Dengan segera memeriksa hp yang bukan miliknya. Barangkali Lavanya menyadari hp nya hilang dan menelepon lewat orang lain.
Namun tidak.
Itu tidak sesuai harapan.
"Eh dek! Dengerin abang gak?"
Nathan tak menghiraukan Novan. Lelaki itu masih mematung.
Dengan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan satu nama itu muncul.
Nama yang sama sekali tak ia sangka akan berada di kontak dan aktif berkomunikasi dengan Lavanya.
"Kamu ngapain sih diem cengo gitu?" Novan berjalan mendekat. Berusaha melihat apa yang menjadi fokus adiknya itu.
"Eh, ini kan?" bingung Novan.
Nathan masih membisu.
Layar itu berulang kali menyala dengan satu nama.
"Kok gak diangkat dek? Itu hp kamu kan?"
Gemintang
"Kasian itu Gemy nunggu. Angkat dong."
-nama yang tertera di hp Lavanya.
Perasaan aneh tiba-tiba muncul dalam diri Nathan.
Lelaki itu masih memperhatikan layar hp. Dan beberapa detik kemudian akhirnya mati. Tidak ada notifikasi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lava Di Bulan Februari
Ficção AdolescenteDitengah rasa kagum akan sosok Lavanya, Nathan si Anak Mama mulai merasa bahwa gadis konyol itu menyembunyikan beberapa rahasia. Tak berniat ikut campur awalnya. Namun, ini Lava. Gadis yang kehadirannya seolah memaksa Nathan untuk sekedar melirik...