Part 04 : Sendiri

151 18 3
                                    

Aku terbangun mendengar seseorang berbicara.

Aku memegang kepalaku yang terasa sakit di bagian depan. Apa yang telah terjadi?

"Galan"

Ibu menutup sambungan telepon, mungkin habis berbicara pada ayah.

Lalu, Ibu menghampiri ku dengan wajah khawatirnya.

"Syukurlah kamu sudah sadar nak, apa kamu sudah merasa baik?"

"Lumayan" sambil membenahi posisi dudukku.

"Kalo masih ada yang sakit bilang sama ibu"

"Ibu?" aku menatap ibu begitupula dengan ibu yang menatapku dengan senyuman lembutnya itu. Aku tahu jika terdapat ke khawatiran disana dengan sekali lihat.

"Iya sayang"

aku bertanya, "Aku kenapa bu?"

"Kamu jatuh dari motor saat pulang kerumah"

"Lagi?"

Wajah ibu berubah menjadi sendu.

"Maafin ibu sayang"

"Ini bukan salah ibu"

Ya, ini bukan salah ibu. Aku membenci diriku yang membuat ibu selalu sedih dan khawatir melihat keadaanku.

Menyalahkan penyakitku juga tidak bisa. Tak ada gunanya. Penyakit ini tidak bisa sembuh, narkolepsiku cukup parah.

Sudah banyak luka di tubuhku karena penyakit ini.

Aku memegang kepalaku yang sakit. Ternyata kepalaku di perban.

"Ibu, aku mau keluar sebentar"

"Tapi sayang, kamu kan baru bangun"

"Aku udah nggak apa-apa bu"

"Tapi..."

Aku memohon pada ibu agar mengijinkanku keluar.

"Baiklah, ibu temani ya"

"Nggak usah bu, aku mau sendiri aja"

Ibu membantuku untuk turun dari kasur, menuntunku sampai pintu. Padahal aku masih bisa sendiri, mungkin rasa khawatir masih ada didiri ibu.

"Beneran kamu mau sendiri? nggak mau ibu temenin?"

"Galan bisa sendiri ibu, jangan khawatir ya. Ibu kan tau Galan ini kuat hehehe" aku memberikan ibu senyuman agar beliau tidak terlalu mencemaskanku.

"Yaudah kalo gitu, jalannya hati-hati ya"

"Siap~" lalu melambaikan tanganku ke arah ibu.

Suster yang mengenalku menyapa diriku ketika kami berpapasan. Menanyai keadaanku yang sekarang karena kemarin saat aku datang ke rumah sakit lukaku cukup parah, sampai dapat jahitan di kaki dan tangan kiriku patah.

Pantas, kenapa tanganku sampai di gips dan kakiku rasanya masih sakit ketika di gerakkan. Apa benar separah itu kemarin?

Aku bilang pada suster Anna jika aku sudah baik, meski kaki dan tanganku terasa masih sakit dan suster Anna menyarankanku untuk istirahat saja tidak keluar kamar dulu supaya cepat pulih.

Seperti biasa, aku menghiraukan perkataan suster dan tetap pergi. Aku bilang pada suster Anna, Kalau aku bosan berada di kamar dan membutuhkan udara segar untukku hirup.

Jadi, aku berpamitan pada suster, lalu melanjutkan perjalanku yang tertunda. Yaitu ke taman.

Sesampainya, aku memilih duduk di salah satu bangku yang kosong di taman. Pas dengan pemandangan bunga yang bermekaran. Sangat indah.

Aku menghela nafas, memikirkan kembali mengenai keadaanku. Sampai kapan aku akan seperti ini?

Aku sudah lelah harus bolak balik masuk rumah sakit hanya karena luka-luka yang ku dapat dari narkolepsi ku yang datang tidak diwaktu yang semestinya.

Ku tolehkan kepalaku ke kiri, bisa ku lihat seorang kakek dan cucunya sedang berbicara asyik, aku tersenyum melihatnya, lalu ku tolehkan kepalaku ke kanan, aku melihat seorang laki-laki yang pernah ku lihat seminggu yang lalu.

Dia duduk sendirian di bawah pohon sambil tersenyum ke atas, membuatku ikut memandang langit biru yang begitu cerah, lalu melihat kearah laki-laki disebrang sana lagi.

Apa ia suka memandangi langit? Apa yang ia lihat dari langit itu?




*_*_*

Sunshine [Geminifourth ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang