Tiga

248 33 0
                                    

Masa kini, Seoul.

"Hyung, kau baik-baik saja?" tanya Jaehyun.

"Luar biasa," Taeyong menggumam tidak jelas, terhuyung ke dalam dekapan Jaehyun. "Aku luar biasa. Tahukah kau seberapa luar biasanya perasaanku saat ini?"

"Sangat-sangat luar biasa?" Jaehyun memberanikan diri, kantuk telah lenyap darinya saat berat badan Taeyong menimpa tubuhnya, dan ia kesulitan menjaga keseimbangan.

"Ya!" yang lebih tua berkata, sama sekali tidak berusaha menegakkan tubuhnya. "Tepat sekali. Kau luar biasa, Jaehyun, kau tahu segalanya."

"Misalnya seperti tahu kalau kau sangat mabuk saat ini?"

"Aku tidak mabuk," gumam Taeyong. "Siapa yang mabuk? Bukan aku."

Jaehyun tertawa pelan. Semua member pergi makan malam untuk merayakan konfirmasi debut mereka. Dan kemudian, dirinya yang masih tergolong di bawah umur terpaksa harus tinggal ketika para member yang lebih tua memutuskan untuk merayakan keberhasilannya dengan minum-minum. Dua jam berlalu dan Jaehyun pergi tidur, merasa kesal tidak diperbolehkan ikut karena secara teknis ia belum legal.

Satu jam terlelap bagai orang mati dan ia dibangunkan oleh ketukan di pintu kamar tidurnya. Tiga detik mengerjap kebingungan, lalu ia menyadari bahwa yang mengetuk adalah Taeyong dan lelaki itu ingin dibukakan pintu secepatnya. Ia mengerang, berguling dari ranjangnya dan berjalan malas untuk mengizinkannya masuk. Dan tepat saat pintu terbuka, tubuh Taeyong jatuh ke dalam dekapannya.

"Jaehyun," gumam Taeyong di dadanya. "Kita akan menjadi luar biasa. Seisi dunia akan menyaksikan dan mencintai kita semua, kau tahu itu?"

Jaehyun tersenyum, mendorong Taeyong berjalan mundur agar ia bisa mendaratkan tubuh yang lebih tua di atas tempat tidur, karena lengannya gemetaran mencoba membuatnya tetap berdiri. Bagian belakang betis Taeyong menabrak pinggiran kasur dan Jaehyun mencoba membaringkannya dengan lembut, namun Taeyong menyerah pada gravitasi dan terjatuh keras, sedikit terpantul, ia terkekeh geli akibat kecerobohannya.

Jaehyun memandanginya, antara heran dan juga sebal. Ia ingin bertanya apakah Taeyong mau tidur di sini saja dan ia mengambil ranjang Taeyong sebagai gantinya untuk malam ini, atau jika tubuh lemasnya dapat berjalan kembali ke kamarnya sendiri. Tetapi kata-kata itu tak sempat terucap karena kini Taeyong sedang menatapnya, dengan mata yang sayu, dengan senyum bodohnya, dan bibirnya yang menciptakan kata-kata di sela-sela senyuman itu. Kemarilah, duduk, aku ingin memberitahumu sesuatu, dan Jaehyun bergerak patuh seakan tersihir.

"Ada apa, Hyung?" tanyanya, duduk di ruang kecil yang tidak ditempati tubuh Taeyong.

"Entahlah," jawab Taeyong. "Aku hanya merasa aku harus memberitahumu sesuatu."

"Tentang apa?"

Taeyong merengut. Dan bibirnya berkerut penuh konsentrasi. Jaehyun akan tertawa kalau saja dadanya tidak sedang mendidih oleh antisipasi. Antisipasi untuk apa, ia tidak tahu.

"Aku tidak tahu," ucap Taeyong. "Yang kutahu, itu sesuatu yang baik."

"Sesuatu yang luar biasa?"

"Luaaaar biasa," Taeyong tertawa, kelopak matanya mulai meredup. "Tidakkah kau merasa luar biasa?"

"Tidak," kata Jaehyun, tersenyum melihat Taeyong. "Aku mengantuk."

"Kurasa," ujar Taeyong, matanya tertutup perlahan. "Kaulah mimpi itu."

Jaehyun terlalu terkejut untuk bisa merespon saat itu. Kaulah mimpi ituaku mimpi itu, aku mimpinya?

"Hyung?" panggilnya.

Lifetimes [Jaeyong] - Terjemahan Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang