Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Tabib Kwon tidak bisa begitu saja ditutup karena pada kenyataannya, alasan tindak kriminal itu adalah balas dendam yang menyeret banyak pihak. Hal itulah yang membuat ibu suri kebakaran jenggot. Kepanikan membuat wanita itu hilang akal dan membabi buta.
"Kondisi pemerintahan kita tidak stabil, Anda harus mengangkat selir yang bisa memberikan keturunan untuk putra mahkota," cetus ibu suri penuh keyakinan.
Aku refleks menggaruk pelipis dan melirik permaisuri yang duduk di sampingku. Anggap saja kami sedang bertelepati karena setelah itu permaisuri melayangkan kalimat defensif untuk putri mahkota. "Kalau yang Anda khawatirkan adalah keturunan dan bukan menyingkirkan putri mahkota sekarang, Anda tidak perlu cemas."
"Bagaimana tidak cemas kalau dia sakit-sakitan?"
Raja yang berada di singgasana turut merespon, "Benar begitu, Seja Joeha?"
"Memang benar kalau putri mahkota sakit, tapi kami sedang dalam upaya pemulihannya. Anda tak perlu memikirkannya."
"Sebagai putra mahkota, mencintai istrinya adalah hal yang baik, tapi jangan sampai membuat lupa bahwa pernikahan —keluarga kerajaan— adalah keputusan politik, termasuk pemilihan selir," seru ibu suri dengan arogan.
Aku tahu, tapi apa yang disampaikan wanita itu tidak relevan. Namun, anehnya raja justru mendengarkan nasihat ibunya. "Mungkin bisa dipertimbangkan untuk kestabilan pemerintahan, Joeha."
Tidak percaya dengan apa yang kudengar, aku sampai membuang napas dengan kasar. Untuk kesekian kalinya, penuturan raja mengecewakanku.
"Tidak perlu ada pengangkatan selir, karena kita cukup fokus pada putri mahkota dan janin dalam perutnya," tegas permaisuri yang membuatku dan seisi ruangan terkejut. Baru beberapa minggu lalu, Tabib mengatakan salah mendiagnosis. Lalu sekarang?
Ibuku beranjak, meminta Dayang Shin memanggil Tabib Lee dan kemudian ia bicara dengan lantang, "Aku ... sengaja menyembunyikan kehamilan putri mahkota karena ibu kita tega meminta dayangnya untuk menambahkan serbuk penggugur kandungan dalam makanan putri mahkota. Selagi ibu suri meragukan kehamilannya —putri mahkota— kumanfaatkan kondisi itu untuk mengelabuhi mereka."
"Kauuu...." teriak ibu suri penuh amarah.
Pikiranku mendadak penuh. Aku tak tahu skenario ini. Muncul kekhawatiranku yang selama ini mengajak Yeju bepergian jauh dan tak memberikannya vitamin yang cukup untuk ibu hamil. Betapa bodohnya aku.
"Kita akan dengar kesaksian dari Tabib Lee setelah ini," lanjut permaisuri, "saya harap, Anda—raja— punya alasan yang cukup untuk mengadili semua tindak kejahatan ibu suri."
Boleh saja raja sempat membuatku kecewa dengan berbagai keputusannya, tapi tidak dengan permaisuri. Aku harus mengakui kalau kami berada pada kapal yang sama. Seorang yang bersalah harus diadili sebagaimana mestinya.
***
Sehari setelah pengakuan Tabib Lee, raja dengan berani mengeluarkan keputusan untuk menginvestigasi ibu suri terkait percobaan pembunuhan dan pembunuhan yang pernah dilakukan wanita itu. Sayangnya, penyelidikan harus terhenti ketika wanita itu ditemukan tak bernyawa di kediamannya. Sudah tak ada jalan keluar lagi untuk menyelamatkan reputasinya.
Kerajaan berduka. Kami berduka. Apapun yang pernah dilakukannya, ia tetap leluhur kami. Kami menjalani upacara pemakaman selama seminggu penuh.
***
Entah merasakan keterikatan yang kurang pada ibu suri, tepat setelah prosesi kremasi, Pangeran Agung Muan menghampiriku untuk mengajak bepergian bersama ketiga saudara putra mahkota. Awalnya aku menolak, tapi ia berjanji kalau kami akan kembali ke istana tak lama setelah matahari terbit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Summer Escape
Tarihi KurguA short story of Moon Sangmin and Oh Yeju who travelled to Joseon. Genre: General Fiction - Fantasi Roman Rating: R - (Restricted) Cover by: @iris_id Started: 26 Dec 2022 - 07 May 2023