Bab 2√

56.6K 3.4K 45
                                    

Ruby memandang langit-langit kamar dengan tangan yang di masukkan ke mulut, entahlah itu reflek ia lakukan. Mungkin karena kebiasaan seorang bayi? ya mungkin saja.

"Punya papa ganteng? mimpi apa ya gua semalam?" batin Ruby tersenyum lucu sembari menatap wajah damai Alister yang tertidur menghadap ke arah nya.

"Laper nya" batin Ruby sambil memegang wajah Alister yang begitu sempurna. Merasakan tangan halus dan mungil berada di wajah nya, kelopak mata Alister pun terbuka memperlihatkan manik hitam yang tajam. Senyum tipis di layangkan ketika melihat wajah menggemaskan putrinya pertama kali.

Alister beralih menatap jendela apartemen yang ternyata langit masih gelap. Kemudian dia beralih menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 04.47 yang artinya Alister harus menjalankan sholat subuh sebagai umat muslim.

"Mau susu?" Mendengar pertanyaan Alister sontak membuat Ruby mengangguk antusias.

"Baby tunggu sini, papa buatin dulu" ujar Alister bangkit dari kasurnya, lalu beranjak menuju dapur.

Sambil menunggu papa nya itu, Ruby menatap sekeliling kamar Alister yang tertata rapi. Saking fokus nya menatap kamar Alister Ruby tak sadar jika Alister sudah menduduki dirinya di tepi kasur dengan sebotol dot yang berisi susu ditangannya.

"Liatin apa?" meski Alister tau jika anak nya itu belum bisa di ajak bicara dan mengerti ucapan pria itu tetap bertanya-tanya kepada Ruby.

Ruby merentangkan kedua tangan nya bukan bermaksud minta di gedong melainkan meminta botol dot miliknya.

Alister yang mengerti pun memasuki dot tersebut ke dalam mulut Ruby dan tentu nya langsung di sedot bak orang kehausan oleh bayi mungil itu.

"Papa sholat dulu. Kamu jangan nakal okey?" Mengerti akan perkataan Alister Ruby mengangguk riang dan mengangkat tangan kirinya, sedangkan tangan kanan nya berusaha menahan botol dot tersebut.

Alister tersenyum tampan. Dengan langkah pelan pria itu berjalan ke arah kamar mandi.

"Uhh udah ganteng, humble rajin ibadah lagi! tipe papa idaman ini mah" batin Ruby tersenyum senyum. Dan tanpa sadar dot itu terlepas dari mulutnya sehingga lubang yang berada di tengah-tengah dot itu sedikit demi sedikit mengenai baju serta leher nya.

"Yaahh. kira-kira semut bakalan ngerumuni gua ga ya?" Pikir Ruby dengan random nya.

~oOo~

Jika sepupu berniat bertemu dengan kita apakah kita akan senang? atau justru sebaliknya?.

Bagi Ruby, awal nya di memang sangat senang. Terlebih sepupu nya itu begitu tampan di saat umur nya masih menginjak enam tahun. Namun itu tak bertahan lama ketika sepupunya itu terus menerus menarik-narik kedua pipi chubby nya, harta berharga bagi seorang bayi.

Itu membuat Ruby sangat-sangat kesal dan jengkel. Usia nya bahkan baru lima bulan! iya lima bulan!! tentu saja tulang-tulang seorang bayi masih begitu rentan nan lembut, bisa saja membahayakan seorang bayi.

"Cakra sudah. Kasihan adek bayi nya" seorang wanita cantik mengangkat anak nya dan meletakkan nya di sofa singel. Wanita itu sungguh kasihan melihat keponakannya terus di ganggu oleh Cakra, anaknya.

Ruby bernafas lega, Cakra sungguh membuat nya jengkel. Jika saja tak mengingat jika sekarang ia berada di tubuh seorang bayi mungkin sudah dari tadi ia menghajar bocah itu.

"Mah!" Cakra berteriak tak terima karena mama nya itu mengacau acara akan kegemasan nya pada sang sepupu.

"Apa?" wanita bernama Olivia itu membalas dengan melotot kan kedua mata nya, membuat Cakra merasa ketakutan. Haa, sekarang ia bisa apa jika sang mama sudah mengeluarkan jurusan maut nya? Ayah nya saja bahkan takut.

Pemandangan itu tentu di lihat oleh dua pria di sana serta seorang bayi yang sudah tertawa lucu melihat keributan antara ibu dan anak. Ada kepuasan sendiri dalam diri Ruby ketika melihat ketakutan dari sepupunya.

"Ekhem, bang semalam gua dapat laporan jika musuh sudah merasa curiga dan dia juga sudah memutuskan anak buah nya buat nyari tau tentang anak lo" adik bungsu dari Alister kembali melanjutkan ucapannya yang tertunda. Steven brilian Clovis namanya, pria berusia 27 tahun.

"I already know it" sahut Alister dengan raut wajah tenang. Fokus nya hanya pada satu titik. Yaitu pada Ruby yang asik rebahan di atas sofa sembari tertawa lucu karena pertikaian Olivia dan Cakra.

"So what's your next move?" Tanya Steven penasaran. Abang sulungnya ini tenang sekali, namun Steven tau di balik ketenangan nya ada bahaya yang harus sigap di hindari.

Alister tersenyum tampan tanpa menjawab. Lalu, pria itu beranjak menghampiri sang anak dan mengendong nya sampai kembali ke tempat duduknya.

"I will not let my daughter in the slightest danger" gumam Alister dengan raut tak terbaca. Ruby yang mendengar nya saja terdiam dengan mulut menganga.

"Perkataan nya membuat ku terharu! Daddy i love you!!"

~oOo~

Dua hari berlalu. Setelah kunjungan Steven dan istri serta anak nya itu kini pagi-pagi sekali, Ruby di buat terbangun saat merasakan angin dingin menerpa kulit putih nya.

Alister yang sadar akan hal itu segera menyembunyikan Ruby di balik jaket besar nya. Sekarang Ruby merasakan kehangatan, dengan senyum manis yang menghiasi wajah nya Ruby membenamkan wajah nya di dada bidang Alister.

"Perketat keamanan, pastikan mereka tidak ada yang menyadari kepergian saya dan putri saya" perkataan Alister membuat kedua alis yang masih tipis itu menyatu.

"Baik tuan!" para bodyguard yang berkumpul menjawab dan mengangguk kompak. Alister berlalu pergi karena merasa tidak ada topik penting yang akan kembali di bahas.

Alister memasuki mobil Alphard hitam miliknya. Kemudian mobil itu berjalan dengan kecepatan sedang.

"Ini" Alister memberikan dot yang langsung di terima oleh Ruby. Bayi mungil itu menyumpal dot tersebut ke mulut nya dan pandangan menatap Alister.

Posisi Ruby saat ini berbaring menyamping di pangkuan Alister.

Alister menepuk paha Ruby pelan menggunakan tangan kirinya sebab tangan kanan nya menahan bantal yang di pakai Ruby. Dia lupa memasuki tempat tidur khusus bayi itu ke mobilnya dan mungkin maid juga lupa.

Perlahan kedua mata Ruby mulai sayu. Beberapa kali juga bayi itu terus mengerjab untuk menahan kesadarannya sebab bayi mungil itu masih ingin melihat pemandangan kota London melalui kaca mobil.

Alister tersenyum tipis, merasa gemas dengan kelakuan putri nya itu. Tangan yang semulanya menepuk paha Ruby kini berpindah menutupi pandangan Ruby.

Lima menit berlalu. Alister menggeser tangan nya. Lagi lagi pria itu tersenyum tipis. Pria itu mendekati wajah nya ke wajah Ruby, kemudian bibir tebal pria itu mengecup hidung mancung Ruby lalu berpindah mengecup kening mulus Ruby.

"Mimpi indah putri papa" bisik pria itu lembut. Tanpa sadar tetesan bening mengenai wajah mulus Ruby. Dengan segera pria itu mengusap pipi nya dan kembali mengecup kening Ruby.

"Rico, tambahkan kecepatan mobilnya" ujar pria itu kembali menepuk paha putri nya. Rico, sang sopir itu mengangguk sebagai jawaban.

Alister menyadarkan kepala nya pada kursi mobil, merasakan katuk yang mulai menyerang pria tampan itu memejamkan matanya.

.
.
.

TBC

RUBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang