Bab 43

10.5K 719 20
                                    

Tiada henti bibirnya mengumbar senyum. Pancaran matanya berbinar cerah, tubuhnya melompat-lompat sembari menunggu sang ayah selesai mengobrol bersama satpam. Kentara sekali anak itu di landa bahagia.

Selesai berbincang dengan satpam, Alister menghampiri anaknya. Pria itu tersenyum tipis melihat wajah bahagia itu, tidak menyesal rasanya di saat dalam keadaan lelah Alister memutuskan untuk mengajak putrinya jalan-jalan.

Sudah lama juga ia tidak mengajak putrinya jalan-jalan.

Alister menggendong tubuh putrinya, membawanya masuk ke dalam mobil.

"Kita mau jalan-jalan kemana, pah? papa belum ngasih tau Ruby" tuturnya menatap wajah Alister.

"Sayang maunya kemana, hm?" Ruby sedikit berpikir. Sejujurnya banyak tempat yang ingin Ruby kunjungi, seperti kota tua atau pasar malam saja? sepertinya opsi terakhir bagus, sudah lama Ruby tidak ke tempat itu.

"Mau ke pasar malam, boleh kan pah?"

Alister mengacak rambut putrinya itu gemas. "Tidak ada yang melarang, dear" apapun untuk putrinya Alister seberusaha mungkin menurutinya.

Ruby tersenyum lebar. Tangan mungilnya melingkari perut sang ayah lalu mendaratkan bibirnya untuk mengecup rahang tegas tersebut.

"Makasih, pah. Ruby sayang papa"

Alister tersenyum kecil, ia mengecup puncak kepala Ruby dan meletakan dagunya di sana. "Papa lebih sayang Ruby"

Ruby tersenyum, demi apapun Ruby tidak akan pernah melupakan sosok Alister yang berperan penting sebagai ayahnya.

"Terimakasih tuhan telah memberikan hadiah sebesar ini di hidupku" batin Ruby benar-benar berterimakasih dengan sang pencipta.

"Ayo turun" ajak Alister sesampainya di taman kota- tempat pasar malam di adakan. Ruby merentangkan tangannya yang langsung di sambut oleh pria itu.

Alister melangkahkan tungkai kakinya, menyusuri tempat yang dipenuhi lautan manusia itu. Netra Ruby menatap sekeliling, batinnya berdecak kagum dengan pemandangan di sana. Lihatlah, bahagia sekali wajah-wajah mereka yang menaiki Bianglala dan wajah mabuk dari orang-orang yang menaiki ombak banyu dan kora-kora.

Bukankah itu mengasikan? Apalagi wahana ombak banyu yang dapat membuat orang kesenangan sekaligus mabuk dibuatnya. Ingin rasanya Ruby menaiki wahana satu itu, namun sayangnya Ruby bukan orang yang dapat menahan pusing, bisa-bisa Ruby muntah duluan sebelum permainan dimulai. Jangan lupakan dengan kora-kora serta wahana lain yang berputar-putar.

"Mau naik apa?" Tanya Alister mengalihkan atensi Ruby.

"Ga tau, pah. Semuanya kelihatan seru" kata Ruby dengan nada kecewa.

Alister tersenyum kecil. Alister jelas tau apa yang membuat putrinya itu kecewa. "Naik bianglala aja ya?" Ruby mengangguk setuju, hanya wahana satu itu yang dapat Ruby naiki. Selain itu? ada sih tapi Ruby tidak suka. Ah sudahlah, jangan membuat Ruby kecewa dengan menjelaskan nya.

Katakan lah Ruby banyak pinta, tapi ya mau bagaimana lagi? dengan melihat mereka main saja sudah cukup membuat Ruby senang.

Alister pun membawa putrinya ke wahana satu itu. Sebelum naik, Alister membeli tiket terlebih dahulu.

Senyum Ruby pun mengembang sempurna. Pemandangan dari atas ternyata lebih indah dari bawah. Tangan Alister mengusap rambut Ruby yang sengaja di urai indah.

"Bahagia, hm?" Tanya Alister membuat Ruby mengangguk semangat.

"Makasih, pah"

"Yes, dear"

RUBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang