Hari demi hari berlalu. Waktu terus berjalan tanpa terasa. Tidak terasa, kini waktu tahun akan berganti menjadi tahun baru. Suasana kota begitu meriah, riuh sorakan serta bunyi kembang api terus terdengar, bersiap-siap untuk menyambut tahun baru yang tersisa dua jam lagi.
Sepasang ayah dan anak turut hadir di tengah-tengah keramaian. Alister beserta Ruby mengelilingi taman kota yang di penuhi lautan manusia.
Di setiap anak dan ayah itu melangkah berhasil menarik atensi banyak mata. Wajah rupawan dan menawan serta auranya mampu membuat para wanita enggan berpaling melihatnya. Pesona Alister begitu memikat, apalagi dengan adanya gadis kecil yang pria itu gandeng.
Tentu mereka mengenal Alister. Selain berprofesi sebagai CEO, dua bulan yang lalu pria itu berhasil menjadi perbincangan hangat sebab, karena keberhasilannya dalam membangun rumah sakit besar yang berada di antar kota dan desa dan telah di resmikan dua bulan lalu.
Menghiraukan tatapan lapar mereka, Alister membawa putrinya untuk duduk di bangku taman yang baru saja kosong.
Pancaran mata Ruby terlihat sekali berbinar bahagia. Hal itu tentu membuat Alister ikut senang. Kebahagiaan putrinya adalah prioritas Alister, maka ketika putrinya bahagia Alister akan turut bahagia.
"Papa, mau itu! Ruby mau itu, pah" seru Ruby saat netra nya tak sengaja melihat anak kecil bermain balon gelembung.
Alister memandang arah yang anaknya tunjuk. Kemudian netra nya mengedarkan, mencari penjual yang menjual benda tersebut. Namun ramainya pengunjung membuat Alister kesusahan.
"Kita cari ya? mau papa gendong?" Ruby mengangguk seraya merentangkan kedua tangannya. Alister menyambutnya dengan baik. Setelah memastikan posisi anaknya telah benar dan nyaman, Alister pun beranjak dan segera mencari benda yang putrinya inginkan.
Seumur hidup Alister, baru kali ini ia berada di tengah-tengah kerumunan yang bahkan sampai saling tabrak menabrak. Alister tentu risih, namun mau bagaimana lagi? setelah hadirnya Ruby, hidup Alister berubah 180°. Kehidupan Alister yang dulunya selalu mewah kini dapat merakyat, sesungguhnya Alister senang sekaligus juga sengsara.
Alister memilih untuk menikmatinya saja.
"Papa, itu di sana!" Jari mungil Ruby menunjuk pedagang yang menjual balon gelembung yang tengah sibuk melayani pelanggan. Tanpa basa-basi Alister langsung bergegas menuju orang yang putrinya maksud.
"Pak, saya beli dua ya"
"Mau yang mana, mas?" Banyak jenis dan warna yang di jual, netra Ruby menatap satu persatu. Jari jempolnya menunjuk dua yang ia suka. Penjual itu langsung memberikannya dan Alister yang membayar.
"Terimakasih, pak. Saya pergi dulu ya, pak"
"Sama-sama"
Alister membawa putrinya ke bangku kosong yang ada di bawah pohon. Tidak terlalu ramai, dan Alister merasa lega.
Manik hitam legamnya memandang sang putri yang kini terlihat asik meniup balon sehingga membentuk gelembung bulat namun tidak bertahan lama karena gelembung tersebut pecah.
Ruby terus mencoba berkali-kali sehingga banyak gelembung yang melayang. Gadis kecil itu bertepuk tangan dengan gembira, tidak lupa senyuman manis yang tersungging di bibirnya.
Tangan besar Alister mengusap surai coklat Ruby. Tatapan nya begitu lembut serta tidak lupa dengan senyuman hangat nya.
"Cantiknya putri, papa" ujar Alister sembari mengusap kedua pipi chubby anaknya. Mendengar pujian tersebut, kedua telinga Ruby memerah, tangan satunya memukul paha sang ayah pelan.
"Papa jangan gitu lah! Ruby malu tau, pah!" serunya menegur Alister. Bukan sekali dua kali Alister bersikap seperti itu, dan Ruby selalu salah tingkah di buatnya. Jujur, Ruby tidak bisa di puji!.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY
Teen FictionIni tentang Ruby. Tentang Ruby yang ingin merasakan di manja oleh sang ayah. Namun harus tertelan karena ayahnya sudah tiada. Fakta pahit yang baru terungkap membuat Ruby merasa bersalah. Dan siapa yang tau tentang takdir? nyawa Ruby terenggut saat...