Chapter 6

1.4K 107 3
                                    

"hyung, laper." pelas BamBam kepada JaeBum, mereka sedang berjalan menuju ruang seni yang ada di gedung B, memang ada dua gedung di sekolah elit itu, gedung A itu tempat untuk kelas-kelas mereka, gedung B itu gedung khusus ruangan-ruangan praktek, seperti ruang seni, komputer, lab, perpustakaan, aula, dan ruang olahraga indoor.

"sabar aja, tinggal satu jam ini kok, habis itu istirahat." jawab Mark sambil merangkul dongsaengnya itu, Yugyeom dan Jackson yang sedari tadi mengikuti mereka berdua dari belakang, sedang asyik membahas pertandingan sepak bola yang tadi malam mereka tonton.

baru setengah jalan menuju ruang seni, mereka berpas-pasan dengan Nediva dan Minho, yang juga sedang menuju ruang seni.

"aye, bro!" sahut Minho yang disambut oleh Mark sambil melakukan bro-hand-shake-thingy nya mereka. you know, the weird handshake or something like that..

"lu pada sejak kapan jadi deket?" tanya Nediva penasaran, seingatnya sehabis istirahat kemarin ia tidak melihat lagi interaksi dua orang di depannya itu.

"udah lama kok hahaha.." jawab Minho sambil terkekeh paksa,

"udah lama? kayaknya baru pindah ke sekolah kita baru senen kemaren deh, kok aneh, ada yang lu sembunyiin dari gue ya?" tanya Nediva nebak,

"apaan sih! enggak kok udah ah, ayo buruan nanti gurunya keburu masuk!" seru Minho sambil menarik tangan Diva menuju ruang seni.

- - -

"woi Ho, kasih tau gue lah, kita udah temenan dari kita masih pake popok, kok lu masih gak percayaan sama gue sih lu?! jahat gilak!" cerocos Nediva kepada Minho sambil keluar dari kelas seni mereka, sekarang waktunya mereka istirahat.

"aduh kasih tau apaan coba, gue gak nyimpen apa-apa Div." jawab Minho lelah, selama pelajaran seni tadi teman perempuannya itu terus saja menganggunya.

"NOH KAN! gue gak bilang lu nyimpen sesuatu! siapa tau gue minta lu buat kasih tau gue kalo lu sebenernya suka sama cowok, eh lu malah ngaku sendiri!" cerocos Nediva lagi, setengah bercanda tentunya.

"wha-oh jadi lu kira gue gay selama ini?!" sahut Minho tak percaya, ia seratus persen lelaki normal, hanya karna ia belom pernah "nembak" cewek bukan berarti ia seorang gay kan?

"iya! lu berduaan mulu sama Alec, terus kalo lu pacaran pun cuman 2 minggu - 2 minggu, kayak lu gak tertarik banget sama mantan lu, dan itu bahkan mereka yang nembak lu! sedih astaga." tuduh Nediva sambil menjelaskan panjang lebar, Minho yang mendengarkannya hanya bisa membuka mulutnya tak percaya.

ia hanya tak mau menjadi cowok "jahat" yang sering nolak perempuan, tapi perasaan gak bisa dipaksakan right? mau tidak mau ia harus memutuskan mereka dari pada mereka makin jatuh ke dalam jurang perasaan mereka sendiri, dan tentu saja ia tidak akan ada di bawah jurang perasaan mereka untuk menangkap mereka yang telah terjatuh.

( aduh woi kenapa makin bahasa gue makin parah, geli sendiri nih gue HAHA, sip abaikan. )

"gue berduaan mulu sama Alec kan gara-gara dia temen gue! lu berdua diajak main kagak mau, jadi salah siapa gue berduaan mulu sama Alec?" balas Minho sewot, lelaki manapun juga pasti kesal kalau dikira gay, well, siapa yang enggak?

"ya lu ajak mainnya begituan, cewek manapun juga pasti gak mau!" balas Nediva juga ikutan sewot, ia mengingat saat Minho mengajaknya bermain game yang bernama The Last Of Us, dan hari itu juga, saat itu juga, Nediva bersumpah untuk tidak menemani teman lelakinya itu bermain lagi.

"udah ah, masa dari tadi kita ngomongin hal ginian, geli gue ah, udah ayo buruan pesen makanan, nanti gak dapet tempat lagi!" seru Minho yang hatinya sudah lelah membicarakan tentang keadaan sexualitasnya, he's 100% straight. no more questions.

- - -

"Than, kayaknya Minho nyembunyiin sesuatu dari kita deh." jelas gue ke Thania yang lagi nontonin music video-nya orang orang korea gak jelas ngomong apaan, she's basically addicted to them, gawd.

"hm? iya? emang dia nyembunyiin apaan?" aish, gue bilang dia nyembunyiin sesuatu dari kita, kita as in gue sama lu Than, ya gue gak tau lah jir! anak straight A's kok gitu.

"tau ah males gue ngomong sama lu kalo lu lagi nontonin boyband yang gak jelas bahasanya! gak konek tau gak!" sumpah ya, apa bagusnya sih boyband-boyband korea? oke, Got7 is okay lah, mereka keren, cakep, bisa nyanyi, bisa nge-rap and blah blah blah, tapi gawd, masa gara-gara itu bisa bikin cewek-cewek ter"obsesi" sama mereka sih? like seriously, even some of them are proud to be called sasaeng for fuck's sake! what the hell is wrong with them!

"gak jelas apanya! mereka keren tau! gue ngerti kok dikit-dikit mereka ngomong apa, kan masih belajar!" HA, belajar dari mana? sorry miss, tapi kalo nonton drama korea lu anggep "belajar" berarti lu salah besar. belajar apanya, psh. mau lu nonton sampe 100 drama mereka pun lu gak bakal bisa lafal korea kan, tsk.

"iyain aja deh gue elah." hayati lelah neng. bhay.

- - -

"aduh masa telat lagi sih!" gerutu Nediva sambil menunggu sopirnya, Pak Tono, ia sudah menunggu lebih dari 30 menit lebih tapi yang ditunggu tidak datang-datang juga, akhirnya ia memutuskan untuk membeli minuman dingin di dalam kantin sekolah.

di perjalanannya menuju kantin sekolah mereka, ia berpas-pasan dengan Jaebum dan Youngjae yang baru pulang karena mereka mempunyai tugas piket hari ini.

"belom pulang Div?" tanya Jaebum sambil membenarkan tali ranselnya,

"belom nih, sopir ngaret, lagi." jawab Nediva dengan tampang malasnya, ia termasuk tipe orang yang paling tidak suka menunggu, apa lagi nunggu jemputan, benci pake banget.

"mau ikut kita aja?" tawar Jaebum kepada Nediva, Youngjae yang baru sekali bertemu dengan Nediva hanya bisa berjalan di samping Jaebum sambil berdiam diri, merasa canggung sendiri.

"boleh nih? serius?" tanya Nediva senang, bahkan kedua mata coklatnya juga ikut memancarkan kesenangannya,

"boleh dong, iya kan Jae?" tanya Jaebum kepada Youngjae, berharap ia akan berkata iya akan tawarannya kepada Nediva, bisa dibilang Jaebum merasa tertarik dengan Nediva, selain cantik, ia juga easy going, dan juga ia tidak mempermasalahkan kedudukannya sebagai senior plus, jarang sekali ada murid dari senior plus yang mau bergaul dengan orang-orang yang ada dibawah mereka.

"hah? oh iya, boleh kok, kenapa enggak?" sahut Youngjae sembari memberikan senyuman manisnya yang bisa membuat para fangirl(s) berteriak histeris di depan layar ponsel, laptop, maupun komputer mereka.

Nediva yang juga perempuan pun merasakan jantungnya seketika berdegup melihat senyuman mautnya Youngjae, entah kenapa ia tiba-tiba merasa grogi sendiri.

"gimana Div? yuk bareng." ajak Jaebum antusias, ia ingin sekali bisa bersama Nediva walau hanya untuk sebentar saja.

"ah i-iya, beneran boleh nih? hehe." jawab Nediva gugup, ia masih bisa merasakan jantungnya berdegup cepat, ia juga mulai merasakan pipinya memanas.

"iya beneran ayok ah." seru Jaebum sembari menarik tangan Nediva sambil tersenyum riang, Nediva yang masih bingung kenapa ia bisa merasakan hal "aneh" tadi tidak sadar kalau pergelangan tangannya digandeng oleh Jaebum, sementara Youngjae dengan tenangnya mengikuti keduanya dari belakang sambil memakai headset-nya yang berwarna merah.

dan mereka pun melaju ke rumah Nediva, dengan Youngjae duduk di kursi belakang, dengan cepat tertidur pulas dikarenakan latihan keras mereka yang baru selesai jam 11 malam kemarin.

ㅡㅡㅡㅡㅡ

jangan lupa di vote + comment ya, di tunggu feedback nya ya uri saranghaneun reader-nim.

much love, jacks0n. xoxo

Detention Room || GOT7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang