22. Jakarta Hari Ini

23 7 0
                                    

"Hari ini belum jauh dari saat terakhir aku melihat senyumnya yang indah dibawah langit biru."

Beberapa pesan masuk darinya, tidak ada keberanian yang cukup untuk membuka dan membaca isi pesan tersebut. Luka di hari itu masih menganga tanpa sekalipun tersentuh obat. Aku tahu ini sedikit berlebihan, tapi untuk seseorang yang pertama kali merasakan jatuh cinta... bukankah wajar?

Setiap hari yang terlewati, aku selalu berharap semua akan membaik. Hatiku menerima dengan lapang tanpa memutus relasi yang terjalin sebelumnya.

Satu minggu dari hari ini, aku akan kembali bertemu dengannya sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang belajar dalam ruangan yang sama. Tapi sepertinya tidak, aku akan menemuinya hari ini. 

Angin malam ini berhembus sedikit sejuk setelah seharian panas matahari menyengat, aku tidak tahu ini keputusan yang benar atau tidak. Kembali menemuinya di tempat dia memberiku luka.  

"Mahen?"

Hati ini kembali berdesir mendengar suaranya memanggil namaku. Mataku terpejam, menarik napas memberanikan diri. "Hai."

"Udah lama di sini?"

"Baru, baru nyampe."

Jujur suasananya sangat canggung. Tidak tahu apa yang akan dia bicarakan, dia sendiri terlihat canggung.

"Maaf.. "

Kata itu ternyata yang sangat sulit terucap hingga berdiri saja dia tak tenang.

"Gue- Aidan-"

"Gapapa An, jangan cerita apapun kalo belum siap."

Dia kembali tertunduk, air muka itu terlihat menyesal atas segala kesalahan yang dia buat. Padahal menurutku dia tidak sepenuhnya salah di sini.

"Tapi mungkin lo bertanya-tanya?"

"Of course.."

Dia menarik napas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya perlahan, mulai bersuara menyampaikan hal yang membuatnya datang menemuiku. 

Matanya lurus menatap satu objek di depan, sementara aku tidak bisa berhenti menatap wajahnya. Hingga dalam diam aku sekarang tahu, gadis yang sangat menyukai hujan itu memiliki alasan kenapa dia begitu menyukai hujan. 

Laki-laki yang hari itu mengaku sebagai alasan dia menyukai hujan, dia benar. Mereka memiliki banyak kesamaan dalam kesukaan dan impian. Aku tidak bukan apa-apa ditengah mereka.

Ceritanya selesai. Dia menatapku.

"Maaf, seharusnya gue gak bikin lo berharap.."

"It's oke.."

"Lo boleh benci gue."

"Buat apa?"

"Seharusnya gitu kan?"

"Engga, hubungan kita baik sebelum ini. "

"Tapi gue buat ini jadi gak baik."

"Bukanya gue? Gue suka lo, dan itu buat semuanya kurang baik."

Hening, tidak ada bersuara diantara kita. Tak peduli siapa yang bersalah disini, aku hanya ingin kita tidak menjadi asing. Dalam beberapa tahun kedepan kita akan selalu bertemu, akan sangat tidak nyaman saat keberadaan sengaja tak terlihat karena suatu alasan.

"For friendship?"

Tanganku mengulur, tangannya menyambut. Aku berharap semuanya membaik setelah ini, termasuk hatiku.

.

"Dari mana?"

"Loh?!"

"Sarah bilang gue suruh nunggu di sini."

BE MY RAIN | SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang