19. Some Rain Passed

28 9 0
                                    

Satu tahun yang panjang berlalu, hal hal yang turut andil di dalamnya terlewati begitu saja. Hujan dan panas terik, sedih dan bahagia, bertahan dan pergi, segala hal yang berlawanan masih pada tempatnya, hanya waktu yang berjalan. Berjalan meninggalkan siapapun yang berdiam diri tanpa berusaha mengejarnya.

Libur panjang tiba setelah melewati beberapa ujian, biasanya dalam hal ini banyak yang memanfaatkan waktu untuk bertemu dengan orang-orang lama. Menyusun rencana akan pergi kemana, makan apa, melakukan kegiatan seperti apa, yang pasti isinya mengenang waktu yang sudah berlalu.

Bagi mereka, Jakarta adalah rumah. Sejauh apapun mereka pergi, tujuan pulang adalah Jakarta.

Aidan, Jhean, Haidar, tiga manusia itu tengah berkumpul di rumah Arjuna, sama seperti tahun lalu. Dimana mereka memanggang daging sapi dimalam tahun baru, bangun siang kemudian dimarahi Mama Arjuna, dan berdebat soal ada berapa jumlah pantat.

"Ini kita udah kumpul lagi begini, bau bau taun baru belum jauh. Please jangan bahas lagi ada berapa jumlah pantat." Arjuna datang dengan minuman dalam nampan.

"Aduh makasih udah mau repot." Haidar terus mengambil dan menyeruput minuman tersebut.

"Lagian gabut amat debat soal berapa jumlah pantat." Jhean menimpali setelah menenggak minumannya.

"Gatau tuh, ide siapa si?" tanya Haidar.

"Lu ya!" Arjuna menjawab penuh emosi.

"Lo Jun, bukan Haidar." Aidan kini bersuara.

"Gue? Masa iya? Bukan ah!" yang dituduh tidak terima.

"Jelas lo. Gue sama Jhean lagi ngomong hari itu, terus Haidar nanya kita ngomongin apa sampe pasang muka serius. Terus lo nyeletuk bahwa gue sama Jhean lagi debat soal pantat itu ada berapa."

Tiga orang tersisa melongo terheran-heran setelah mendengar kalimat Aidan.

"Kenapa?" Aidan bertanya kebingungan.

"Tumben ingat detail suatu cerita." 

Arjuna mengangguk menyetujui kalimat Jhean, begitupun Haidar.

"Tempat merubah seseorang."

Keempatnya tergelak setelah itu, rumah Arjuna mendadak ramai dengan kembalinya para monyet ragunan. Rumah itu sudah lama hening, karena bahkan sang pemilik rumah pun harus pergi meninggalkannya.

"Gaada drama kaya waktu itu lagi kan?" 

"Drama apa?" Arjuna bingung Jhean bertanya pada siapa.

"Biasa, orang ini nih." Haidar memincingkan bibirnya bermaksud menunjuk Aidan.

"Bibir lo biasa aja, gue comot lama-lama." Aidan gemas dengan itu.

"Aman kayaknya." sambung Aidan.

"Anin gada cowok gitu di kampusnya?"

"Ngapain lo nanya kita Jhe? Ada yang satu kampus juga kagak." Haidar masih dengan bibirnya yang mincing kesana kemari.

"Maksud lo cowok yang deket sama dia gitu?" Arjuna memperbaiki pertanyaan Jhean.

"Nah itu!"

"Ada deh kayaknya."

Semua orang terus beralih pada Arjuna.

"Oh! Yang hari itu lo cerita?" Jhean langsung ingat laki-laki yang ia temui sedang bersama Anin di jembatan.

"Cerita apa si? Kok gue gatau?" Haidar turut penasaran.

Meski diam, Aidan sangat penasaran dengan itu. Dia langsung berpikir, kini siapa lagi yang harus menjadi saingannya?

"Di hari lo balik dan, gue liat Anin sama cowok itu di jpo. Gue sempet kenalan sih, tapi lupa namanya." Jhean mulai bercerita.

BE MY RAIN | SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang