02. Sorry, I'm Late

63 13 0
                                    

Berdiri sendiri di balkon dengen menyeruput satu cup Thai tea rasa green tea, memandang luas atap rumah tetangga yang tingginya hampir sama. Anin merasa banyak yang hilang dari kehidupannya setelah menyadari betapa kesepiannya dia hari ini. Arasya bahkan Aidan, semuanya tidak lagi ada untuk sekedar memandang langit malam tanpa bintang.

"Abang, Idan, cimol mentah di kulkas masih banyak.." Gumamnya sambil mengigit ujung sedotan.

"Gue udah goreng sebagian An.."

Anin terus menoleh pada sumber suara.

"Tumben lo ke sini malem-malem."

"Laper, mau jajan gada duit."

Anin terkekeh kecil, memang agak jarang seorang Sarah mampir hanya untuk menggoreng cimol.

"Kangen ya.. padahal baru kemaren graduate, terus mereka pada pamit mau belajar di kota orang." Sarah menerawang langit. "Lampu kamar Haidar juga gak pernah biru lagi."

"Maksud lo?"

"Kalo penghuni nya ada di rumah, lampu kamarnya bakal berubah biru kalo lagi main game."

Anin tersenyum tipis, "Lo liat stok cimol mentah di kulkas? Masih banyak kan?"

Sarah mengangguk.

"Bang Aras sama Aidan tuh maniac cimol. Kalo mereka ada, tiga hari juga bakal habis tuh."

"Jhean, dia gimana ya?"

"Apa kebiasaan dia yang bisa di kenang?"

Dua gadis itu bingung tentang kebiasaan Jhean, bukan tidak memperhatikan, namun dia cenderung berubah-ubah.

"Kalo senyum matanya suka ilang gasi?" Sarah mencoba mengingat-ingat.

Anin sedikit terkekeh, "Bener banget, apapun keadaannya, senyum is number one."

Keduanya terkekeh bersama, malam yang hening sedikit memudar dengan datangnya Sarah.

"Arjuna? Dia yakin bakal pulang pergi Jakut-Jakbar?"

"Gatau deh, dia sendiri masih bingung."

"Lagian kenapa gak bareng aja sih?"

"Gatauuu, gue masih sebel sama keputusannya."

Anin terlihat berpikir, "Keluarganya alumni sana semua kali, jadi dia ikutan. Biasanya gen keluarga susah didobrak."

"Bisa jadi, gue juga belum tanya soal itu."

Hening kembali, Kota itu masih belum selesai dengan langit mendungnya. Siang terlihat abu-abu, malam terlihat begitu hitam ditambah hawa dingin. Hampir setiap malam tidak ada satu pun bintang terlihat. Entah peristiwa apa yang tersembunyi dibaliknya.

"Kak Athalla, Aidan.."

Anin terus menatap sahabatnya itu.

"Semuanya ga ada di sini. Menurut lo, ada yang baru ga? Secara masuk dunia kampus gitu."

Dia menghela napas saat Sarah selesai mengucapkan kalimatnya. "Arjuna juga gak ada di sini, ada yang baru gak?"

"Loh?!! Nggak lah, gue setia."

Anin mengangguk malas, "Iyain, awas aja lo naksir kating."

"Kita liat nanti, kalo lo yang dapet, lo harus traktir gue selama satu minggu."

"Kalo lo yang dapet gimana? Arjuna buat gue gitu?"

"HEH GABISA!! ARJUNA TETEP PUNYA GUE."

"Maruk amat."

"NGACA NJINK NGACA!!"

.

Dua earphone berwarna putih menggantung di telinga kanan dan kiri, Anin masih terlalu canggung untuk berkenalan dengan manusia yang berada satu kelas dengannya.

BE MY RAIN | SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang