Part 20

406 33 15
                                    

Hansel kembali ke rumah dengan keadaan yang sudah cukup gelap karena beberapa lampu dimatikan. Ia melangkah ke dapur untuk mengambil minum, sejenak Hansel terdiam di sana dengan tatapan kosong dan pikiran yang entah melayang kemana. Malam ini terasa cukup berat, rasanya ia ingin istirahat yang panjang. Tapi besok dirinya harus bangun pagi untuk bekerja. Akhirnya ia melangkah pergi menuju kamarnya. Saat baru membuka pintu, langkah Hansel terhenti karena melihat Michelle yang sedang duduk di tepi ranjangnya. Wanita itu tak bergeming, namun saat Hansel hendak memanggilnya ia perlahan menoleh dan menatapnya dengan wajah dingin.

"Kamu ngapain di kamar saya?"

Michelle pun beranjak berdiri, ia menghampiri Hansel masih dengan wajah dinginnya. Michelle menunduk menatap lantai, sikapnya membuat Hansel bingung, apalagi tidak biasanya Michelle seperti itu.

Pandangan Michelle kembali pada Hansel. "Sebenernya, ada hubungan apa kamu sama Kak Joanne?" Suaranya tenang tapi seolah tersirat luka di sana.

Perlahan Hansel menghembuskan napas, ia mengalihkan tatapannya dari Michelle, tapi sesaat kemudian Hansel menatapnya. Sebenarnya ia sudah tidak memiliki energi untuk berbicara namun ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya.

"Joanne adalah perempuan yang ada di hati saya sejak dua tahun yang lalu."

Bibir Michelle yang membentuk garis lurus sedikit bergetar, ia sedang berusaha menahan tangis.

"Jadi selama ini kamu dan Kak Joanne bohongin aku?"

"Yang bohong itu Mamah kamu, Michelle. Dia yang udah bikin hidup kamu dan saya nggak bahagia."

"Apa?" Michelle terperangah tak percaya mendengar ucapan Hansel.

Tidak ingin berdebat lebih lama lagi, Hansel pun melangkah dari hadapin Michelle. "Secepatnya saya akan urus proses perceraian kita."

Michelle menoleh menatap Hansel dengan sorot mata terluka, air matanya menetes begitu saja. Ia benar-benar tak percaya Hansel akan mengatakan hal itu dengan mudah.

"NGGAK! Aku nggak mau kita cerai!"

Kesabaran Hansel hampir habis, ia melempar jaketnya ke ranjang yang sedari tadi ada di tangannya.

"Apa lagi yang mau kamu cari, Michelle? Kamu sudah tau semuanya, saya nggak pernah sedikitpun menaruh perasaan sama kamu. Apa yang harus dipertahanin dari pernikahan palsu ini?"

"Kamu yang anggap semuanya palsu, tapi nggak dengan aku. Aku selalu anggap kamu sebagai suami aku. Aku sayang sama kamu, Hansel." Untuk pertama kalinya Michelle mengatakan kata sayang kepada Hansel. Tapi rupanya itu tak berpengaruh apapun untuk Hansel.

"Kita bahas ini besok pagi."

"Hansel—"

"Saya mau istirahat," ucap Hansel yang sudah sangat lelah. Akhirnya dengan emosi yang masih tersisa Michelle pergi meninggalkan kamar Hansel.

***

Malam ini Joanne tidak bisa tidur, bahkan sampai waktu menunjukan pukul empat pagi. Ia masih terjaga dengan pikirannya yang penuh akan banyak hal. Luka masa lalu yang kembali muncul, serta rasa kecewa akan situasi yang ia alami saat ini. Ia membatin, mengapa hidupnya tidak pernah mudah? Jika Tuhan memperbolehkannya, Joanne ingin menyerah saja.

Perlahan Joanne berusaha memejamkan mata. Kepalanya terasa sangat pusing karena terlalu banyak menangis dan berpikir. Ia sudah tidak kuat lagi dan kali ini Joanne harus memaksakan diri untuk tidur dan menenangkan diri untuk sementara.

***

Tidur dua jam memang terasa sangat singkat, ketika terbangun karena suara alarm, Joanne merasa tubuhnya seperti melayang. Kepalanya masih terasa pusing, tapi ia tetap harus bangun untuk pergi bekerja. Joanne pun melangkah menuju kamar mandi agar dapat menyadarkan diri.

Day to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang