Deer Eyes

675 107 1
                                    

Sudah sebulan berlalu sejak Gunwook mentraktir makan siang untuk Yujin, dan dapat Gunwook ucapkan dengan percaya diri kalau mereka sudah cukup dekat sekarang.

Menghabiskan waktu bersama saat itu memberi kesempatan bagi Yujin untuk membuka dirinya. Gunwook sekarang tahu banyak tentangnya, mulai dari makanan favorit, dan hewan kesukaannya, sampai dengan genre film favoritnya.

Ia tidak ingat secara detail bagaimana ia mendapatkan keberhasilan sebesar ini, ia rasa memang sudah di dalam darah dan nadinya untuk menjadi orang yang mempesona seperti ini - Salah, ini sedikit berlebihan, seharusnya ia berterima kasih kepada Hwanhee yang sudah memberikan nasihat beberapa pekan yang lalu- dan Ibu nya tentu saja, karena sudah mendidiknya dengan baik.

Setelah itu keesokan harinya ia mulai sering berpapasan dengan Yujin, dan yang mengejutkannya lagi Yujin selalu tersenyum kecil ketika ia menyapanya! Sebuah progres yang menakjubkan.

Mengenal Yujin lebih baik mengubah 180° persepsinya tentang kepribadian Yujin yang sebelumnya ia temui.

Ia bukannya tidak bersahabat, ia hanya tidak tahu caranya bersahabat dengan yang lain. Ia bukannya tidak peduli dan tidak ingin ditemani, ia hanya takut ditinggalkan yang lain. Semuanya hanya salah paham dengan Yujin.

Beberapa tindakan kecil yang Yujin lakukan ketika berinteraksi dengan nya juga menunjukkan kalau ia sebenarnya orang biasa yang juga memiliki empati. Ketika ia mengeluh tentang harinya, pemuda itu pasti akan selalu mendengarkan walau tidak tahu harus menjawab apa, dan Gunwook senang mendapat sebuah kemajuan dari Yujin.

Mereka pernah tidak sengaja berpapasan di rumah kaca sekolah tiga hari yang lalu. Solji-ssaem pasti cukup puas dengan hasil berkebun Yujin waktu itu karena ia rupanya ditugaskan untuk menyiram tanaman sekolah lagi.

.

"Gunwook hyung." Panggilnya ketika melihat Gunwook berjalan di lorong sekolah.

Gunwook bersumpah ia melihat sepasang mata rusanya berbinar saat pandangan mereka bertemu.

"Hey, disuruh Solji-ssaem?" Lagi-lagi dengan sikap sok keren nya itu, ia berjalan mendekat, menopang tubuhnya pada satu tangan sembari menyender ke meja berkebun.

Pemuda di sebelahnya hanya tersenyum kecil dan mengangguk, setelah itu hanya ada kesunyian diantara mereka. Yujin lanjut mengurus tanaman milik sekolah dan Gunwook hanya melihatnya bekerja, tetapi tidak ada yang protes. Keduanya sama-sama merasa nyaman berada di sini.

Situasinya mulai terasa canggung ketika Yujin berkeringat dan poni basahnya mengenai mata, tanpa berpikir panjang tangan Gunwook bergerak untuk menyampingkan nya.

"Duh, kepanjangan ya.." gumamnya seraya merapihkan helaian rambut Yujin. Ia hanya terdiam di sebelahnya, dan reaksi itu berhasil membangunkannya ke realita, ia memundurkan tubuhnya untuk menjaga jarak. Kenapa rasanya canggung sekali? Apakah perlakuan seperti itu tidak normal untuk sepasang teman?

.

Memori itu berhasil memutuskan kereta pikirannya.

Gunwook menatap langit-langit kamarnya bingung, sebenarnya apa perasaan yang ia punya untuk Yujin...?

Dengan itu ia bangkit dari tempat tidur, waktu menunjukkan pukul 03:20 tetapi ia masih tidak bisa memejamkan matanya.

Semua pekerjaan rumahnya sudah selesai dan tidak ada rapat OSIS hari ini, tetapi kenapa ia masih tidak bisa merasa tenang?

Pada akhirnya ia memutuskan untuk mengenakan kacamatanya dan menyalakan lampu baca untuk membaca buku cerita sejarah favoritnya, sudah terlalu pagi untuk ia tidur, dari pada terlambat hari ini ia rasa begadang sesekali tidak masalah.

Lonely Dandelion | GunJin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang