1

3.8K 337 18
                                    

_MATCHA_

Suara sorakan siswa/i terdengar di lapangan sekolah. Anak-anak berseragam putih biru kini saling menyoraki dua orang yang sedang beradu pandang dengan tatapan sengit bak saling membunuh satu sama lain.

"Lo berani nantangin gue?!" kata perempuan yang lebih pendek dari seseorang di hadapannya.

"Berani, lagian lo cuma cewe lemah!" Balas lelaki yang menjadi musuhnya saat ini.

Pertengkaran ini terjadi karena saat jam bebas olahraga, lelaki itu mengganggu perempuan yang sedang bermain bola dengan merebut bola itu. Padahal si lelaki beda kelas dan tidak dalam jam pelajaran olahraga sekarang. Namun, karena tingkahnya yang usil suka sekali mengganggu primadona sekolah membuat primadona sekolah itu marah.

"Kalau gue lemah terus lo apa?! Banci? Beraninya cuma gangguin cewe." Lelaki yang mendengah hal itu semakin dibuat panas.

"Marsha, udah jangan buat ulah. Dia, cowo kalau apa-apain lo gimana?" kata teman primadona yang dipanggil Marsha, berusaha melerai. "Gue ga peduli Kath, yang gue mau ni orang berhenti usilin kita," balas Marsha pada temannya, Katrhin.

"Diem deh lo! Lo itu lemah, palingan masukin bola ke dalam gawang aja ga bisa," kata lelaki meremehkan.

"Oh, lo nantangin gue?! Ayo gue buktiin gue bisa masukin bola ini ke dalam gawang."

"Oke, tapi dari jarak jauh. Kita mulai dari ujung lapangan." Sang lelaki menampilkan senyum meremehkan.

Marsha dan musuhnya itu sekarang sudah berada di ujung lapanga. Tujuan mereka adalah memasukkan bola ke dalam gawang yang ada di ujung lapangan lain. Pertama kali menendang adalah si lelaki, yang langsung masuk ke dalam gawang dengan mudahnya. Kemudian yang ditunggu sekarang adalah Marsha. Banyak yang menyemangati Marsha, karna mengingat Marsha adalah primadona sekolah, yang cantik, bentuk badan yang bagus, senyuman yang indah, tapi sayang kelakuannya rada-rada.

"Marsha sayang semangat!"

"Ayo Marsha, kamu pasti bisa!"

"Marshaa, i love youu!"

Seperti itulah sorakan-sorakan kaum laki-laki yang mengidolkan seorang Marsha Chantika Adeline. Kembali pada Marsha yang menatap tajam ke arah bola dan gawang yang jauh di depannya secara bergantian. Dia mengambil ancang-ancang untuk menendang bola, mundur beberapa langkah, kemudian dia berlari siap menendang bola. Kakinya mulai mengenai bola yang membuat bola itu melambung ke udara. Semua seperti mendadak bergerak lambat, semua mata tertuju pada pergerakan bola itu. Namun, kemudian mata mereka melebar di saat bola itu—

"ADUH! SIAPA YANG MENENDANG BOLA INI KE ARAH SAYA?!" Marah guru olahraga yang baru saja kembali dari kamar kecil. Siapa sangka bola yang Marsha tendang malahan mengenai kepala guru olahraga. Semua murid langsung berlari menjauhi lapangan, takut terkena amukan dari guru olahraga itu.

_MATCHA_

"Marsha, masuk." Perintah sang kakak dari dalam mobil. Marsha dengan raut wajah kesal karena menunggu jemputan Kakaknya yang lama itu, kini segera masuk ke dalam mobil. "Lama banget sih Kak, aku sampe lumutan nungguin kakak jemput," kesal Marsha.

"Udah baik Kakak jemput. Kalau kakak tega, udah kakak biarin kamu di sana." Marsha hanya berdecak menanggapi. Dia membuka lipstiknya, memoleskan pada bibirnya menambah warna. Kakaknya itu melirik kelakuan sang adik. "Kamu masih kecil, tapi gegayaan make up begitu. Kakak aja kalah sama kamu."

"Ck, Kak Ashel diem deh. Ngomong mulu dari tadi, kesel aku dengernya," kata Marsha pada kakaknya. Ashel adalah nama kakak kandung Marsha. Jarak umur mereka terpaut tujuh tahun. "Cih, kamu baru naik kelas tiga SMP aja udah nambah belagu Sha," kata Ashel. Marsha hanya diam tak menanggapi.

"Kak ini kita ga pulang? Mau ke mana dulu?" tanya Marsha disaat menyadari kalau ini bukan jalan kembali ke rumah. "Kakak tadi lagi kerja kelompok, tapi kakak tinggal buat jemput kamu. Dan sekarang kakak mau ke tempat kerja kelompok lagi, kamu kakak ajak sekalian. Lagi pula di rumah ga ada orang, Mami tadi pergi arisan pulang malem. Papikan lagi dinas ke luar kota," jelas Ashel. Marsha mengangguk paham, mengikuti apa kata kakaknya saja. Sambil menunggu sampai di tempat tujuan, Marsha lebih menyibukkan diri dengan memainkan ponsel.

Tak lama mereka sampai di sebuah cafe yang terlihat santai. Ashel diikuti oleh Marsha di belakang memasuki cafe menuju tempat dimana Ashel tadi melakukan kerja kelompok. "Sorry gaes, gue jemput adik gue dulu," kata Ashel yang merasa tak enak.

"Ga papa Shel, santai aja," jawab teman perempuan.

"Zeeka mana?" tanya Ashel sembari duduk diikuti dengan Marsha. "Lagi ke kamar mandi," jawab temannya.

"Kak, aku ke toilet bentar ya," kata Marsha. Dia berdiri dari duduknya dan segera pergi ke toilet.

Saat berjalan menuju toilet dia tak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang membuatnya oleng, tapi yang menabrak dengan segera menahan tubuh Marsha. Marsha mengerjabkan mata saat jarak dirinya dengan lelaki yang menolong cukup dekat. "Maaf, ga sengaja," kata lelaki itu.

"Ah, iya maaf juga," balas Marsha sambil tersenyum canggung. Namun, di sisi lain dia merasa jantungnya berpacu dengan cepat. "Saya permisi, sekali lagi maaf," kata lelaki itu kemudian berlalu pergi. Arah pandang Marsha terus mengikuti lelaki itu sampai menghilang di balik tembok.

"Anjir ganteng banget! Fiks sih jodoh gue kayaknya!" Pekik Marsha yang tiba-tiba merasa kesenangan. Pipinya memerah malu. Kemudian Marsha masuk ke dalam salah satu bilik toilet.

Selesai menuntaskan urusannya di toilet, Marsha kembali untuk bergabung bersama kakaknya. Namun, langkahnya memelan saat melihat lelaki yang duduk di meja yang sama dengan kakaknya. "Dia kan yang tadi nabrak gue," monolog Marsha. Jantungnya kembali berpacu. Siapa sangka dia kembali bertemu dengan lelaki tadi. Dengan perasaan gugup Marsha ikut bergabung, duduk kembali di sebelah Ashel. Dia menunduk malu, berusaha menghiraukan lelaki di hadapannya.

"Kamu yang tadi kan?" Celetuk lelaki itu. Yang membuat Marsha sontak memejamkan mata menaham gugup dan malu. Ashel menatap temannya dan Marsha bergantian. "Udah saling kenal?" tanya Ashel.

"Nggak, tadi ga sengaja ketemu di toilet," jelasnya. Marsha hanya merespon dengan senyuman canggung. Dia mengangkat pandangannya, tak disangka lelaki itu menatap Marsha dengan senyuman manis. Hal itu membuar Marsha memerah malu, menahan diri untuk tak berteriak karena salah tingkah.


















Cek ombak dolo seperti biasa. Kalau rame lanjot.

Yok bantu 1000 pengikut, tinggal dikit tuh.

Dah maap buat typo.

Matcha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang