5. Peka

19 4 0
                                    

Hidup itu memang keras dan tak mudah. Tetapi kita harus jauh lebih keras dan tak mudah terkalahkan. Hidup itu perjuangan.

Itulah quote tentang hidup yang Kinan baca di mading utama SMA Harapan pagi hari ini.

Terlahir yatim piatu, dan hidup di panti asuhan yang penuh kesederhanaan. Dengan segala keterbatasan yang membuat Kinan harus sering berbagi tempat tidur, pakaian, makanan, dan lain-lain. Kinan sudah sangat akrab dengan kosakata mengalah. Oleh karena itu mengalah sekali pasti bukanlah yang yang sulit bagi Kinan.

Besar tanpa orang tua, dan menghabiskan hidup di panti asuhan yang penuh kesederhanaan. Dengan segala keterbatasan yang membuat Kinan harus sering berbagi dengan anak-anak panti. Membuat Kinan sudah sangat terbiasa dengan kata mengalah. Oleh karena itu mengalah sekali pasti bukanlah yang sulit bagi Kinan.

Seperti pagi ini, Kinan berangkat sekolah seorang diri tanpa Sultan. Kakak angkat yang Kinan cintai sepenuh hati itu harus berangkat pagi-pagi sekali untuk menjemput Ambar ke rumahnya menggunakan motor mogenya. Dan Sultan berangkat tanpa berpamitan sama sekali pada Kinan. Mungkin pria itu sangat terburu-buru.

Kinan pun sedang berada di kantin saat ini. Perhatian Kinan yang sedang membeli sesuatu teralihkan oleh obrolan keras gadis-gadis seangkatannya yang sedang bergosip ria.

"Kalian melihatnya tidak? Kak Sultan datang ke sekolah dengan seorang gadis. Cantik sekali loh."

"Gue melihatnya kok. Gadis itu cantik sekali kaya model."

"Siapa nama gadis itu? Dia siapanya Kak Sultan?

"Namanya Ambar. Gosipnya sih dia mantan pacar Kak Sultan. Mereka seumuran."

"Wah, apa mereka CLBK? Gue tidak menyangka selera gadis Kak Sultan setinggi itu. Gue kira tipe gadis yang diinginkan Kak Sultan itu mirip-mirip seperti Kinan. Kalian pasti tahu lah, Kak Sultan dan Kinan itu seperti perangko yang lengket setiap saat."

"Hahaha, ngaco lo! Tidak mungkin lah tipe gadis seorang Kak Sultan seperti Kinan. Lihat saja Kak Ambar mantannya tadi, cantik alami bak model. Berambut pendek sedikit pirang namun elegan. Jangan lupa juga kulit hitam manisnya. Dia mirip sekali dengan artis western yang bernama Zendaya itu."

"Sedangkan Kinan, dia sangat standar. Dia hanya terbantu oleh kulit putihnya. Jika saja dia tidak putih, mungkin Kak Sultan tidak mau memungutnya dari panti asuhan."

"Kinan lumayan cantik kok."

"Iya, tetapi tidak secantik Kak Ambar. Jika mereka disandingkan, mungkin Kinan akan terlihat seperti babunya Ambar, dan Ambar sendiri adalah tuan putri yang babu Kinan harus layani."

"Hahaha, mulutmu lo jahat sekali, tapi gue suka."

Hatinya bagaikan ditusuki ribuan jarum. Itulah yang Kinan rasakan sekarang setelah mendengar hinaan para setan lidah barusan kepada dirinya.

Mereka membandingkan Kinan dengan Ambar. Mereka bahkan terang-terangan menampar Kinan dengan kenyataan. Kinan lupa jika Ambar adalah mantan Sultan. Dia adalah gadis cantik yang dulu pernah dicintai oleh kakaknya itu. Kenyataan itu harusnya cukup membuat Kinan sadar jika tipe gadis biasa seperti dia tidak akan pernah diinginkan oleh seorang Sultan untuk dijadikan kekasihnya.

Air mata Kinan jatuh tanpa sadar. Kinan mencoba menyekanya. Namun ternyata air matanya terus keluar tidak kunjung berhenti. Malahan semakin deras. Kinan sepertinya harus pergi. Dia tidak mau orang-orang melihatnya menangis. Dia tidak mau terlihat menyedihkan di mata orang-orang.

Kinan pun memutuskan pergi menemui Sultan. Dia ingin memberikan sesuatu yang dia baru saja dia beli dari kantin untuk kakaknya itu.

Namun sepertinya cobaan hari ini belum berakhir. Di dalam kelas Sultan, Kinan melihat ada Sultan di sana sedang duduk di mejanya bersama Ambar. Mereka ternyata satu kelas, dan satu meja belajar. Sultan terlihat sedang mengajarkan sebuah materi pelajaran kepada Ambar sambil bercanda satu sama lain.

Segitiga BermudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang