10. Sebuah perbedaan

19 5 0
                                    

"Janji tidak akan bandel lagi?" tanya Sultan yang sedang menyetir.

"Janji. Gue kapok, Tan," balas Ambar.

Satu minggu lamanya Ambar tidak masuk sekolah sejak tragedi pingsannya di lapangan. Dan pagi ini adalah hari dia kembali masuk. Dijemput oleh Sultan seperti biasa. Namun ada yang berbeda kali ini, Sultan menjemputnya menggunakan mobil jeep, bukan dengan moge yang biasa dia pakai ke sekolah. 

"Kapok kenapa, Mbar?"

"Kapok dimarahi dokter gue. Kapok menyusahkan lo. Dan kapok dikatai beban oleh Kinan."

Sultan memberikan tatapan menyesal pada Ambar. 

"Maafkan perkataan Kinan waktu itu yah, Mbar. Gue yakin dia tidak bermaksud jahat kok. Dia mengaku menyesal kemarin. Kinan bilang dia takut lo drop waktu itu. Dia juga takut jika gue marah pada dia gara-gara tidak menjaga lo dengan baik. Dan benar saja, salah satu ketakutan dia benar-benar terjadi. Lo benar-benar drop sampai tidak masuk sekolah selama seminggu. Gue yang salah, Mbar. Seharusnya gue tidak menitipkan lo pada Kinan waktu itu."

"Tidak apa-apa kok, Tan. Gue paham kok. Kalaupun harus ada yang disalahkan, orang itu adalah gue. Semua yang terjadi tiga hari yang lalu itu tidak akan terjadi jika gue tidak keras kepala dan mendengarkan kalian."

Sultan memberi senyum pada Ambar. "Terima kasih, Mbar. Karena sudah mau mengerti."

Ambar terpaksa berbohong dan berpura-pura baik-baik saja. Sebenarnya dia sangat tersinggung dengan ucapan Kinan waktu itu. Kata beban yang diucapkan oleh adik mantan pacarnya itu benar-benar menyayat hati Ambar. Kinan seakan menegaskan jika Ambar adalah gadis penyakitan yang selalu menjadi beban untuk orang lain. Termasuk beban untuk Kinan dan Sultan. 

Namun Ambar tidak punya hak untuk marah. Perkataan Kinan memang ada benarnya. Namun entah kenapa, Ambar ingin sekali mendengar maaf dari Kinan untuknya. Bahkan dia ingin gadis itu bersujud-sujud padanya kalau perlu. Ada perasaan kesal yang menumpuk di diri Ambar untuk Kinan. 

Ambar merasa Kinan adalah penghalang. Terutama penghalang antara hubungan Ambar dan Sultan. Satu minggu selama Sultan menjaga dan memperhatikan Ambar bukanlah waktu yang sedikit. Namun tidak ada kemajuan antara Ambar dan Sultan. Kaku dan seperti terpaksa. Itulah kesan yang Ambar rasakan setiap Sultan menjaga dan memperhatikannya. 

Raga Sultan bersama Ambar, namun hati dan pikirannya terpaku pada orang lain. Yang Ambar tebak adalah Kinan. 

Sering sekali Ambar menangkap Sultan mengecek-ngecek ponselnya yang selalu menampilkan riwayat chat pesannya bersama Kinan. Sultan seperti takut jika Kinan mengirimnya pesan, namun tidak dia segera baca atau balas.

Sultan juga kerap kali mengungkit-ungkit Kinan ketika mengobrol dengan Ambar. Mantan pacarnya itu selalu punya cara untuk memasukkan nama Kinan ke dalam obrolan mereka. 

Ambar kurang menyukai kebiasaan Sultan itu. Ambar hanya ingin Sultan fokus pada Ambar. Menjauhkan segala hal tentang Kinan ketika Sultan bersama dirinya. Bisakah Sultan melakukan itu? 

Namun sepertinya itu akan sulit. Ada ikatan aneh antara Sultan dan Kinan yang Ambar yakin merupakan ikatan yang lebih dari sekedar ikatan Kakak Adik. Namun Ambar belum bisa memastikan bernama apa ikatan itu. Sultan dan Kinan terlalu pandai menyembunyikannya.

Hening. Saat ini tidak ada lagi obrolan antara Ambar dan Sultan di mobil. Sultan juga tidak kunjung bicara sepatah katapun. Ambar tidak menyukai keadaan seperti ini. Dia ingin terus membicarakan banyak hal bersama Sultan. Ambar pun berinisiatif mencari bahan obrolan.

"Ngomong-ngomong, seminggu yang lalu lo habis jalan bersama Kinan di mall pusat kota yah, Tan? Gue lihat di postingan story soalnya. Kalian sepertinya have fun sekali."

Segitiga BermudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang