13. Makan malam berdarah

12 3 0
                                    

Kinan sudah cantik dengan baju dress hitam feminim sederhananya untuk acara makan malam hari ini. Keluarganya dan keluarga Ambar sudah berkumpul di meja makan kediaman Aditama. Hanya Kinan yang belum bergabung karena dress berwarna putih yang pertama dia gunakan terkena noda lip gloss miliknya. Sehingga Kinan harus cepat menggantinya dengan dress hitam yang dia pakai sekarang.

Kinan baru saja tahu info acara makan malam hari ini sepulang dia sekolah tadi. Entah dalam rangka apa. Kinan tidak tahu. 

Kinan yang sudah siap pun mulai beranjak keluar kamar hendak menyusul yang lain ke ruang makan di lantai bawah. Kinan beranjak dengan begitu terburu-buru. Karena sebelumnya Sultan mengirim pesan jika Kinan sudah ditunggu. Kakak angkat sekaligus pacarnya itu sepertinya ingin Kinan datang tepat waktu agar tidak dimarahi ayah bunda mereka.

Suara dentingan piring di ruang makan semakin terdengar nyaring karena Kinan sudah hampir sampai ke ruangan itu sekarang.

Kinan berhenti sebentar di depan cermin di sebuah wastafel yang berada di pintu luar ruang makan untuk merapihkan make up nya yang ternyata sedikit luntur. Walaupun acara hari ini hanya makan malam biasa, namun Kinan ingin memberikan penampilannya yang terbaik. Terlebih lagi ayah angkatnya baru saja pulang bekerja dari luar negeri. Kinan ingin menghilangkan lelah ayahnya dengan sedikit hiburan visual dari dirinya.

Obrolan di ruang makan terdengar jelas oleh Kinan saat ini. Karena hanya tinggal beberapa langkah lagi Kinan memasuki ruangan itu. 

"Kamu nanti akan kuliah di mana, Sultan? Kamu ada niatan untuk kuliah di luar negeri?" tanya ayah Ambar yang Kinan tahu bernama ayah Adam.

"Sultan kami kuliahkan di sini saja, Mas Adam. Dia tidak bisa jauh dari keluarga soalnya. Apalagi jauh dari Kinan." 

Bukan Sultan yang memberi jawaban, melainkan ayah angkat Kinan yang bernama Arya. Kinan terkekeh geli dengan nada pelan mendengar kalimat terakhir ayahnya itu.

"Oh ya, jurusan apa yang akan Sultan ambil?"

"Sepertinya jurusan Teknik Informatika, Om. Saya punya niatan ingin melanjutkan bisnis Ayah," jawab Sultan.

"Wah, hebat nih anak kamu ini, Arya. Dia terlihat sudah punya visi misi ke depan. Biasanya anak-anak zaman sekarang jika ditanya mengenai jurusan yang akan mereka ambil ketika kuliah, mereka akan kebingungan. Tapi Sultan terlihat sudah yakin dan siap. Saya yakin Sultan akan sesukses kamu, Arya."

"Terima kasih doa nya, Mas Adam. Saya juga bersyukur Sultan ingin mengikuti jejak karier saya. Karena jika Sultan memilih jalur lain, saya bingung perusahaan keluarga yang sudah saya bangun dari dulu akan saya wariskan pada siapa. Soalnya Sultan harapan keluarga kami satu-satunya."

"Bukannya kamu mempunyai anak angkat perempuan? Dia pasti mau kok menjadi wanita entrepeneur."

"Maksud Mas Adam, Kinan? Kinan tidak akan pernah kami jatuhkan ke dunia pengusaha, Mas. Dia terlalu rapuh dan polos untuk hal seperti itu. Kami melakukan ini juga sebagai bentuk rasa sayang kami pada Kinan."

"Jadi, Kinan akan berakhir jadi ibu rumah tangga saja? Begitu maksud kamu?

"Iya, kami akan carikan saja Kinan suami setia dan kaya raya yang hartanya tidak akan habis-habis tujuh turunan."

Semua orang di ruang makan tertawa lepas karena jawaban lucu ayah angkatnya. Kinan juga mati-matian untuk tidak tertawa ketika mendengar guyonan konyol Arya tentangnya.

Obrolan di ruang makan sepertinya sangat serius. Membuat Kinan merasa tidak enak jika masuk sekarang. Dia takut kehadirannya mengganggu obrolan mereka. Jadi Kinan akan menunggu obrolan mereka selesai terlebih dahulu. Lalu ketika mereka akan mulai makan, Kinan akan langsung masuk dan ikut bergabung. 

"Saya bercanda, Mas Adam. Kinan tidak sepolos itu kok. Dia pasti punya cita-cita dan rencana hidupnya sendiri. Namun Kinan belum memberi tahu kami yang diinginkannya. Kami sebagai orang tua hanya bisa mendukung dan memfasilitasi. Membantu memberikan solusi dan saran supaya apa yang dia mau segera tercapai."

"Andai Ambar sesehat Kinan. Aku dan Tyas sebagai orang tua Ambar pasti akan melakukan hal yang sama seperti kamu dan Diana. Tapi karena tubuh Ambar yang rapuh dan mudah drop, sepertinya kami akan memilih ide tadi kalian saja. Mencarikan suami setia dan kaya raya untuk Ambar. Supaya Ambar tidak capek-capek kerja."

Semua orang di ruang makan kembali tertawa lepas. Kali ini karena perkataan lucu ayah Ambar.

"Oh iya, Sultan. Ambar pernah cerita jika kamu dan Ambar pernah pacaran dulu semasa smp? Benar seperti itu?"

"Iya, Om. Kami pernah pacaran."

"Sekarang kalian berpacaran lagi tidak?"

Tidak, Om. Aku yang dipacari Sultan saat ini. Bukan anak Om. 

Ingin sekali Kinan mengucap lantang kalimat itu. Namun dia tidak ingin dipecat menjadi anak angkat keluarga Aditama gara-gara melakukan sikap tidak sopan.

"Tidak, Om."

"Kalian pacaran lagi saja, Sultan. Kalian sama-sama single kan. Kalau perlu kalian langsung tunangan saja. Bagaimana? Om sudah mendengar banyak tentang kamu dari Bunda Tyas dan orang tua kamu. Kata mereka kamu adalah pria yang baik dan bertanggung jawab terhadap keluarga dan terhadap Ambar. Om akan lebih tenang jika suami masa depan Ambar adalah pria seperti kamu."

Deg. Jantung Kinan berdegup keras mendengar perkatan ayah Ambar barusan. Jadi, makan malam ini bertujuan untuk melakukan perjodohan? Dada Kinan mendadak sesak saat ini.

"Om Adam bisa saja. Saya masih banyak kekurangan kok, Om. Tidak sesempurna yang diceritakan."

"Sedikit kekurangan itu hal biasa. Lagipula, tidak ada manusia sempurna di dunia ini. Bagaimana, kamu mau tidak jika kami jodohkan kamu dengan Ambar. Ayah Arya dan Bunda Diana juga pasti setuju kok. Iya kan?"

Walaupun sedikit ragu, namun Kinan sedikit berharap jika ayah dan bundanya tidak setuju dengan perjodohan ini. Karena jika mereka setuju, Kinan takut hal itu akan membuat Sultan membuat keputusan yang sama dengan ayah dan bundanya. Karena dia adalah tipe anak yang menurut kepada orang tuanya.

"Kalau kami sih setuju-setuju saja, Mas Adam. Kami lebih percaya jika calon menantu kami berasal dari orang terdekat yang sudah kami kenal luar dalam dan sudah kami anggap seperti keluarga sendiri."

Napas Kinan menjadi berat. Orang tuanya baru saja menyetujui perjodohan Sultan dengan Kinan. Saat ini harapan Kinan adalah Sultan pacarnya sendiri. 

"Kamu dengar kan, Sultan. Orang tua kamu saja setuju. Kamu menunggu apalagi?"

"Bagaimana Sultan. Kamu mau kami jodohkan dengan Ambar?" tanya Diana.

Tanpa sadar air mata Kinan jatuh. Bahkan Bundanyalah yang bertanya barusan pada Sultan. Kinan akan pingsan jika Sultan sampai menjawab iya. Kinan terlalu takut untuk mendengar jawaban Sultan. 

Oleh karena itu Kinan memilih pergi beranjak kembali ke kamarnya. Dengan langkah setengah berlari dan air mata yang terus menerus jatuh dengan deras. 

Kinan mengunci pintu kamarnya sesudah sampai. Menangis sejadi-jadinya di dalam sana. 

****

Instagram : @sourthensweett atau @andwyansyah

Segitiga BermudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang