17. Bidadari dikala hujan

13 3 0
                                    

Sebulan telah berlalu sejak hari di mana penyakit maag Sultan kambuh. Dan hari ini adalah hari yang spesial bagi seorang Ambar. Gadis itu berulang tahun hari ini.

Orang tua Ambar menyewa sebuah gedung pesta agar Ambar bisa mengundang teman-teman sekolahnya. Begitupun keluarga kolega-kolega bisnis ayahnya diundang ke pesta itu.

Keluarga Aditama pun mendapat undangan. Namun sayangnya, Kinan tidak bisa berangkat bersama ke pesta dengan keluarganya itu. Alasannya karena pesta ulang tahun Ambar bertepatan dengan jadwal les belajar eksak Kinan.

Kinan baru saja mendaftarkan diri di sebuah tempat les itu minggu lalu. Jadwalnya seminggu sekali di hari sabtu. Kinan tidak enak jika di minggu pertamanya dia tidak masuk. Oleh karena itu Kinan memutuskan untuk les terlebih dahulu dan akan datang menyusul sedikit telat ke pesta Ambar.

Kinan juga sudah menyiapkan baju pesta sederhana yang mudah dipakai di tasnya. Sehingga dia bisa langsung memakai baju pesta dan merias diri di tempat pesta.

Namun sepertinya akan lebih dari kata telat. Karena di perjalanan Kinan menuju pesta terjadi hujan badai. Ditambah ada sesuatu tidak beres yang terjadi pada mobil Kinan.

"Kenapa, Pak Adi?" tanya Kinan pada sopir keluarga yang sejak tadi menyetir di kursi depan.

"Ban mobil kita sepertinya pecah, Non Kinan."

"Astaga. Ada ban serep tidak, Pak Adi?"

"Tidak, Non. Sepertinya ban nya harus dibenarkan ke bengkel."

Dengan keadaan sulit yang menimpa mobilnya saat ini. Ditambah hujan badai. Kinan menduga bahwa dia akan sangat telat. Kinan pun memutuskan untuk tidak jadi datang saja ke pesta.

"Yasudah. Kita cari bengkel saja, Pak Adi. Sekalian berteduh. Datang ke pestanya kita batalkan saja."

"Serius, Non?

"Serius. Lagipula waktunya tidak akan terburu. Kita sudah telat satu jam. Kalaupun kita lanjut kesana, pasti pestanya sudah selesai. Jadi tidak usah datang saja."

"Non Kinan sudah mengabari Den Sultan sama Nyonya dan Tuan Aditama belum jika Non Kinan tidak akan datang ke pesta?"

Benar juga. Kinan belum mengabari keluarganya jika dia tidak akan datang. Untung saja Pak Adi mengingatkannya. Kinan pun mulai menghidupkan ponselnya. Dan meringis ketika mengetahui bahwa baterai ponselnya habis.

"Ponselku lowbat. Bisa meminjam ponsel Pak Adi saja tidak?"

"Saya ada, Non. Tapi ponsel saya sering tidak ada sinyal kalau sedang hujan badai seperti ini. Maklum ponsel saya jadul, Non."

Mendengar itu Kinan semakin khawatir. Takut jika keluarganya kesusahan menghubunginya. Terutama Sultan. Pasti kakak angkat sekaligus pacarnya itu begitu cemas saat ini.

Pak Adi juga memberikan wajah tidak enak hati pada Kinan. Takut dimarahi karena tidak bisa membantu. Namun Kinan pun mencoba bersikap santai agar Pak Adi tidak takut padanya. Lagipula, alasan-alasan yang Pak Adi berikan daritadi itu masuk akal semuanya.

"Oh. Tidak apa-apa deh. Ayo kita cari bengkelnya saja, Pak Adi."

"Baik, Non."

Dan berakhirlah Kinan di sebuah bengkel besar dan ramai pengunjung. Duduk di ruang tunggu di luar gedung bengkel sembari menikmati pemandangan hujan yang masih belum reda. Namun tidak sederas tadi.

Sebenarnya Kinan bisa saja memesan jasa taksi online dan segera pulang. Namun Kinan terlalu takut karena akhir-akhir ini dia sering sekali mendengar berita-berita mengenai kejahatan-kejahatan di jasa itu. Mulai dari pemerasan, pencurian, pemerkosaan, dan lain-lain.

Tin tin tin! Suara klakson mobil lexus putih yang memakirkan diri di depan bengkel mengalihkan perhatian Kinan. Seseorang pria keluar dari dalam mobil itu. Memakai seragam sekolah sama seperti Kinan saat ini.

Mata Kinan membelalak. Dia adalah gusti. Mantan pacarnya di panti asuhan dulu. Yang sebulan lalu memfollow instagramnya dan memberi julukan bidadari padanya.

Sepertinya Gusti juga menyadari keberadaan Kinan di sini. Pria itu keluar dan menghampiri Kinan.

Ya Tuhan. Pria itu ternyata masih sama. Tampan dan memesona seperti dulu. Jika Sultan pacarnya berwajah tampan sangar, maka Gusti adalah kebalikannya menurut Kinan. Wajah chindo Gusti sedikit babyface. Postur tubuhnya semakin bagus dan matang. Tidak sekurus dulu. Ciri khas ekspresi dinginnya masih ada dan tak pernah hilang sampai sekarang. Sifat dinginnya itulah yang membuat Kinan tergila-gila dulu. Dingin namun peduli pada Kinan. Dingin namun romantis pada Kinan. 

"Lo sedang apa di sini, Kinan?"

Kinan menatap heran pada Gusti karena memberi pertanyaan aneh seperti itu. 

"Memangnya hal lain apa lagi yang dilakukan orang jika sedang di bengkel? Mengikuti seminar?" ketus Kinan.

Gusti terlihat tersenyum kikuk. Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena salah tingkah. Seperti merasa malu dan menganggap bodoh akan pertanyaannya barusan.

"Kendaraan lo kenapa memangnya?" tanya lagi Gusti.

"Ban mobilku pecah," beritahu Kinan.

"Oh ya? Lo tadi menyetir sendiri?"

"Aku memakai sopir."

Gusti mengangguk-angguk. "Baguslah kalau begitu. Bidadari kayak lo memang tidak pantas melakukan apa-apa sendiri. Harus ada bodyguardnya."

Jika Kinan sedang tidak mencintai Sultan dan sedang tidak berpacaran dengan kakak angkatnya itu, pasti Kinan akan tersipu malu mendengar gombalan Gusti barusan. Namun tidak bisa, gombalan pria manapun saat ini tidak akan bisa membuat Kinan terbawa perasaan. Karena hati Kinan sudah terkunci pada satu orang, Sultan.

Kinan pun memilih tidak acuh pada gombalan Gusti tersebut. Dan mencoba mengalihkan obrolan.

"Kamu sendiri sedang apa di sini?" tanya Kinan.

"Ini bengkel milik Papah gue. Gue mau servis mobil gue di sini."

Kinan terkejut. "Oh ya? Bukannya ayah kamu pengusaha batu bara?"

Gusti terlihat mengernyit heran. "Memangnya pengusaha batu bara tidak boleh memiliki usaha lain? Konyol lo!"

Skak mat. Kali ini Kinan yang merasa bodoh dengan pertanyaannya. Gusti terlihat terkekeh metertawakan Kinan yang salah tingkah.

Hening kemudian. Tidak ada obrolan lagi. Kinan dan Gusti saat ini saling diam. Hujan masih belum reda. Tubuh Kinan menggigil karena dingin.

"Pakai jaket gue!"

Gusti tiba-tiba menyodorkan jaketnya pada Kinan. Sepertinya ketua osis sekolahnya itu peka jika Kinan sedang kedinginan saat ini.

"Kamu sendiri tidak kedinginan?"

"Lo lebih membutuhkannya."

Hening kembali. Tidak ada obrolan selama beberapa menit.

"Mobil lo masih lama?" tanya Gusti kemudian.

"Sepertinya masih."

"Izin sana pada sopir lo. Bilang kalau gue akan mengantarkan lo pulang."

Kinan terkejut sekaligus senang mendengar itu. "Memangnya boleh? Bukannya kamu akan menservis mobil kamu?"

Gusti menggeleng. "Gue ingin mengantarkan bidadari terlebih dahulu untuk pulang."

*****

Instagram : @sourthensweett dan @andwyansyah

Segitiga BermudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang