Aku berdiri di tengah laut. Aku melihat ke sekeliling. Aku sedang berada di vila pantai waktu itu. Aku menengok ketika mendengar ada yang memanggil namaku dari belakang. Itu dia! Dia dengan fisiknya yang sekarang. Dia menghampiriku. Kini dia sudah lumayan jauh lebih tinggi dariku. Bahunya lebar. Rambutnya sudah lebih pendek. Dia memakai kemeja panjang dan celana panjang serba putih, sedangkan aku memakai dress panjang tanpa lengan berwarna biru. Dia tampak sangat tampan daat ini. Aku tahu aku jatuh cinta pada orang yang tepat.
Dia tersenyum padaku. "Hai. Apa kabar?"
Suaranya membuat jantungku berdebar. Suaranya sudah jauh lebih rendah dibandingkan saat SMA dulu. Sepertinya aku baru saja jatuh cinta untuk kedua kalinya padan dia. "Baik. Kabarku baik. Kamu?"
"Never been better," jawabnya dengan tawa kecil.
"Wah?" Aku tersenyum besar. "Aku gak tahu kamu makin lancar bahasa Inggris."
Dia tertawa. "Aku harus banyak belajar bahasa Inggris supaya bisa tulis banyak lagu buat kamu."
Aku tersipu malu dan menyipratkan air padanya. "Kamu jadi pintar gombal, ya, ternyata."
Dia tertawa lagi. Astaga, aku sangat rindu mendengar tawanya. "Selama aku pergi, kamu latihan nyanyi, gak? Masa ditinggal lama, gak tambah jago juga?"
"Belum," kekehku, "Aku belum pernah nyanyi lagi sejak lulus SMA. Oh, iya. Kamu tahu, kan, kalau kelompokku juara 3?"
"Tahu, kok," jawabnya dengan anggukan, "Aku selalu lihat kamu dari jauh."
Aku terdiam. "Kamu pergi selama ini. Kok gak kasih kabar, sih? Aku selalu tunggu kamu, padahal. Aku sudah siap traktir kamu sesuai janji, tapi kamu gak balik-balik."
Dia menatapku dengan senyuman di wajahnya. Tangannya terulur untuk membelai rambutku. "Maaf, ya-"
Aku menepisnya. "Setelah kamu pergi, hidupku jadi hancur! Aku kehilangan semua orang! Aku hamil karena si berengsek! Kalau kamu gak pergi, pasti semuanya gak bakal kayak begini!"
"Maaf." Dia berusaha menenangkanku, tetapi aku terus menggila. Entah mengapa tiba-tiba aku menjadi emosional.
"Kalau kamu gak pergi, aku pasti sama kamu, bukan sama dia. Hidupku pasti seru kayak di filim-film romantis. Jadi, kenapa kamu harus pergi, sih?!" Aku menyeka air mataku.
Dia terdiam cukup lama sambil memandangku yang tengah menangis. "Maaf. Sebetulnya ..."
Aku mengangkat kepalaku agar bisa melihat wajahnya.
"Sebetulnya selama ini aku suka kamu."
Aku terdiam. Begitu pula dia. Otakku tidak bisa mencerna perkataannya. "S-sejak kapan?"
Dia menggaruk tengkuknya. "Sejak...kita duduk semeja bareng di kelas 1 SMA. Aku pemalu. Gak pernah berani ajak kamu ngobrol. Aku ikut band dengan harapan bisa menarik perhatian kamu. Eh, betul. Waktu kamu mau daftar band, aku bahagia banget. Rasanya senang, bisa punya banyak alasan buat ngobrol sama kamu. Lagu yang aku tulis untuk pertama kalinya, yang aku minta bantuan kamu, itu sebetulnya lagu tentang kamu. Aku tulis lagu itu buat kamu."
Aku menutup mulutku. Dadaku seperti dihantam meteor. Dia sudah menyukaiku selama itu dan aku tidak tahu?! Berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia? "Kok gak bilang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
first love - nijiro murakami
FanfictionAku dan anakku baru saja pindah ke sebuah apartemen. Saat sedang membereskan barang-barang, anakku menemukan sebuah album foto. Album fotoku semasa SMA. dari antara puluhan foto yang terdapat di sana, matanya tertarik pada sebuah foto di halaman pal...