13| His Comfort Zone (3)

862 125 17
                                    

previous capt :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


previous capt :

"Aku tertarik padamu,"

His Comfort Zone (3)
(last part)

_______________





[Name] bisa merasakan bahwa pipinya memanas, gadis itu sadar betul jika wajahnya mungkin sudah semerah tomat. Kalimat Eren seolah menyerang dirinya dengan jutaan kupu-kupu, lantas mengangkat perasaannya --melayang setinggi langit, meninggalkan raganya yang terdiam ditangan lelaki itu. Padahal [Name] tidak minum-minum, tapi kenapa sensasinya seperti ia sedang dimabukkan sesuatu.

Bukan karena [Name] tidak pernah merasakan hal semacam ini, tidak. [Name] tau betul akan perasaan apa yang akan datang --atau mungkin telah datang pada dirinya ini. Hanya saja gadis itu memang sedikit kikuk, bagaimana tidak, niat awalnya datang kesini hanya untuk mencari Connie, bukannya bermesraan laki-laki menyeramkan yang sialnya ganteng ini.

Maka dengan berat hati [Name] meraih tangan Eren yang masih bertengger di pipinya, menariknya perlahan, dan dengan senyum ramah, [Name] akhirnya berbicara. "Sepertinya kau mabuk."

Gadis itu berusaha untuk berpikir rasional, maksudnya, kalimat semacam itu tidak pernah ia sangka akan datang dari mulut Eren. [Name] tidak merasa insecure perihal dirinya yang hanya rakyat biasa bisa mempunyai teman tampan, dan jutawan seperti Eren. Tapi jika sampai menjalin hubungan percintaan? Ayolah, seluruh kampusnya tau jika laki-laki itu lebih cocok dengan Historia atau gadis lain.

"Kau pikir aku sedang membual?" dari nadanya saja [Name] tau laki-laki itu tersinggung.

'Wah gila cepat sekali berubahnya, tadi manis banget.'

"Tidak, tentu saja tidak!" gadis itu memutar otaknya, duh, Eren benar-benar membuatnya kewalahan. "Aku hanya mengira kalau kau mabuk dan bicara dengan orang yang salah Eren, ini terlalu mendadak." [Name] berusaha menjelaskan, tangannya membetuk huruf x. "Yah, kau tau kan apa maksudku?"

"Aku tau, lupakan saja." Eren meraih sakunya, sedetik kemudian rokok elektrik sudah bertengger di bibirnya, menghembuskan bau asing yang tidak pernah [Name] cium sebelumnya. Lihat ini, oknum Jaeger ini kembali ke wujud awalnya, apatis yang menyebalkan.

Raut wajah Eren memang melunak dan tak lagi mengintimidasi, alis tebalnya tak lagi menikung tajam, tapi [Name] tau ia sedikit melukai ego lelaki itu --karena mengungkapkan isi hati, terutama untuk Eren, pasti sulit. Tapi ia juga tak mau menyalahkan dirinya karena sikap Eren ini terlalu tiba-tiba dan membuatnya bingung.

Ketika [Name] baru saja ingin berbicara, suara klakson mobil menginterupsi mereka berdua. [Name] tidak terlalu terkejut karena mereka memang ada di pinggir jalan, tapi tidak dengan Eren. Bisa [Name] lihat mata tajamnya itu melebar untuk sepersekian detik.

Gadis itu menjadi semakin bingung ketika mobil itu tak melewati mereka, tapi ikut menepi, cahaya-cahaya dari lampu jalan yang memantul ke badan mobil mewah itu menyilaukan matanya.
Mungkin itu Mercedez Benz keluaran terbaru yang sering ia lihat di majalah ibunya. Atau mobil mewah keluaran Jerman yang lain, [Name] tentu saja tidak tau.

Tak lama kaca mobil mahal itu turun, menampilkan sosok laki-laki pirang dengan janggutnya yang pirang juga, kacamata bulat berada ditengah-tengah hidungnya yang mancung. Dengan seringai penuh arti, laki-laki pirang itu hanya menatap mereka berdua.

Bisa [Name] lihat ekspresi Eren yang sulit ia mengerti, anehnya, itu seperti deja vu, [Name] merasa ia pernah melihat ekspresi itu sebelumnya.

[Name] juga tak lepas dari pandangan laki-laki pirang itu, matanya seperti laser  yang memindai seluruh tubuhnya, dari atas kebawah.

Lalu mobil itu kembali melaju setelah lelaki pirang itu hanya menatap, dan tidak berkata apapun. [Name] sweat drop, orang kaya itu apa sih? Tidak menyapa, mengajak berbicara juga tidak,  dasar tidak tau sopan santun.

"Dasar tidak sopan." ucap [Name] memecah keheningan setelah mobil itu menghilang dari pandangan mereka.

Eren langsung menatap [Name] tajam, gadis itu kelabakan. "Me -memang tidak jelas kan? Kau tidak kenal dia kan? Kalau kenal seharusnya menyapa dong?" ucapnya ngasal.

'Mampus, [Name].'

Tapi diluar dugaan, bibir Eren justru terangkat keatas,

"Aku antar kau pulang." [Name] benar-benar membuatnya terhibur.









_____________















Sasha menatap handphonenya horor.

Floch Foster langsung offline begitu saja usai ia mengirimkan foto, membuat Sasha tidak bisa bertanya lebih lanjut.

Gadis kentang itu juga berulang kali memencet tombol zoom in, zoom out. Aplikasi untuk memperjelas foto pun sudah ia coba. Hasilnya sama,

Eren dan [Name] berhadapan, berdiri di bawah lampu temaram, dengan tangan Eren yang bertengger pada pipi gadis itu. Sasha kembali diam, itu foto yang romantis jika laki-lakinya bukan Eren.

Gadis kentang itu menjatuhkan dirinya di kasur, menatap langit-langit kamarnya hampa. Dua hal buruk yang terjadi bersamaan membuatnya terguncang, Connie menghilang, dan [Name] yang jatuh ke pelukan Eren.
Dan juga setelah memergoki Connie sering curi-curi pandang dan sikapnya yang dengan sukarela mengantar [Name] kemanapun ---padahal Connie itu pelit setengah mati. Sasha tau laki-laki plontos itu tidak akan senang mendengar berita ini.

Tapi tak lama Sasha tersadarkan oleh dering ponselnya, matanya melebar ketika mendapati orang yang ia cari-cari akhirnya menelpon.

"CONNIE!"










___TBC___

maap lama guis, met hari raya idul adha buat yang merayakan, kebetulan aku ikut kurban juga

maap lama guis, met hari raya idul adha buat yang merayakan, kebetulan aku ikut kurban juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     

𝙏𝘼𝙍𝘼𝙉𝙏𝙄𝙎𝙈  (エレン)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang