Selama ini, [Name] sudah berusaha keras agar tidak bersinggungan dengan Eren Jaeger.
Sayangnya kenyataan memang tidak sesuai harapan, [Name] justru tak sengaja menemukan barang milik Eren, yang berakhir mempertemukan [Name] dengan pemuda itu.
Akank...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"A boy's story is the best that is ever told."
His Comfort Zone (1)
Entah mulai kapan [Name] sadar jika Connie menjauhinya.
Tentu saja tidak terang-terangan kabur saat [Name] datang, lelaki itu lebih sering mengalihkan pandangan atau pura-pura sibuk dengan ponselnya, padahal [Name] bisa melihat kalau layar ponselnya mati dari pantulan jendela dibelakang lelaki itu.
Dugaan [Name], Connie marah karena ia sempat bertemu Eren kemarin, gadis itu menghembuskan napasnya lelah, "Bodoh juga ada batasnya."
[Name] juga sudah mencoba mendekati Connie dan menggali informasi dari Sasha, tapi sepertinya gadis kentang itu juga tidak tahu dan bahkan tidak peka dengan perang tak kasat mata antara kedua temannya.
Dan berhubung Connie sedang merajuk, maka dari itu [Name] kini berjalan sendiri, menyusuri koridor yang biasanya ia lewati bersama Connie. Ah, [Name] jadi sedikit sedih. Sepertinya ia harus membujuk Connie lebih keras lagi atau tidak akan ada tumpangan gratis dalam hidupnya lagi.
Lalu berat dari tas yang [Name] bawa memang sedikit memperlambat langkahnya, tapi [Name] tetap berjalan secepat yang ia bisa. Gadis itu tak sabar untuk segera mengistirahatkan bahunya.
Saat suara gaduh dari balik koridor terdengar, [Name] memelankan langkahnya.
Tak lama sekelompok laki-laki muncul, mereka semua berbadan atletis dengan seragam lengan terbuka yang sejujurnya ingin [Name] pandangi lebih lama ---dan tentu saja tidak mungkin, [Name] masih punya malu dan sebisa mungkin ia tidak ingin bersenggolan dengan klub basket kampusnya.
Namun saat [Name] sudah sampai di ujung koridor, gadis itu terhenti karena ranselnya yang ditahan dari belakang. Saat menoleh, [Name] langsung disambut dengan cengiran tengil seseorang dengan tinggi yang menjulang.
"Wah, benar [Name] rupanya." Cengiran mirip kuda itu belum menghilang, Jean Kirstein menoleh pada teman-temannya dibelakang. "Kalian duluan saja!"
"Tolong lepas ranselku." Pinta [Name] sambil berusaha menjauhi Jean, suasana hatinya sangat buruk setelah dijauhi Connie.
"Oke," Jean langsung merebut dan menenteng ransel [Name] dipundaknya, dan berjalan meninggalkan gadis itu begitu saja.
[Name] terpaksa berlari untuk mengejarnya, "Jangan seenaknya! Kembalikan ranselku!"
Jean tampak tak acuh, laki-laki itu justru mengoceh tentang bagaimana latihan basketnya berlangsung, tentang ia yang mendapat luka paling banyak dan menyebut dirinya sendiri sebagai laki-laki paling jantan karena sering terkilir.
Karenanya [Name] lebih sering berada beberapa langkah didepan Jean, "Cepat sedikit dong," gerutunya, [Name] tau sikapnya sedikit kasar, tapi salahkan Jean yang datang di waktu yang salah.