PdMT 1. AWAL MULA MASALAH DATANG.

871 47 12
                                    

Di sebuah Negeri di Utara hiduplah satu pemerintahan kerajaan yang di pimpin langsung oleh sepasang suami istri ini.
Namanya adalah Mew sebagai Raja, sedangkan sang Ratu bernama Gulf. Kehidupan di Kerajaan ini sangatlah damai di ikuti dengan hadirnya anak satu-satunya mereka.

Yang mereka beri Nama Noeul. Noeul nama yang cantik persis seperti parasnya yang begitu cantik mengikuti kecantikan sang Ratu tentunya. Yah meskipun Noeul adalah anak laki-laki.

Seperti rutinitas biasanya, di pagi yang cerah ini..
Noeul akan mengisi harinya dengan bersantai. Mengapa bisa sesanti itu. Sebab dirinya sudah lulus dari sekolah akademi yang di ikutinya, sama seperti pangeran-pangeran pada umumnya. Hanya saja Noeul tidak belajar bela diri dan tehnik dalam berperang sebab dirinya memang tidak memiliki bakat untuk melakukan itu.

Bukan tidak berbakat. Hanya saja, daya tahan tubuh anak ini terlalu lemah untuk melaukan hal yang cukup menguras energinya.
Itu sebabnya, kedua orang tuanya hanya pasrah saja.  Toh kedua orang taunya tidak memaksakan apapun keinginan mereka. Meskipun keduanya sempat berharap jika suatu saat nanti anak ini akan menjadi Raja juga seperti ayahnya. Namun Tuhan memang tidak mengabulkan doa itu. Buktinya saja sudah terlihat jelas. Bahwa anaknya ini akan sama seperti ibunya.

Meskipun begitu, Noeul masih punya kemampuan yang tidak biasa kok. Contohnya seperti melukis,  memasak dan satu lagi memanah. Hanya itu.. Persis seperti ibunya..
Terkadang Ayahnya saja pernah berpikir untuk mencarikan calon suami yang mapan untuknya. Bukan hanya untuk menjaga anaknya ini. Tapi juga bisa menggantikan posisinya karena Ayah sudah lelah dengan dunia politik di kerjaan yang di pimpinnya.

"Tuanku, apa tuan sudah selesai?". Tanya Peat salah satu pelayan pribadi Noeul yang juga berstatus sebagai sahabat dekatnya meskipun mereka hanya Tuan Muda dan pelayan saja. Apa karena mereka seorang Tuan muda dan pelayan mereka jadi tidak bisa menjadi sahabat tentu hal itu tidak Noeul pedulikan. Dimana ada yang bisa membuatnya nyaman, kenapa tidak. Lagi pula saat Noeul besama Peat. Noeul merasa seperti memiliki kakak saja.

" Aku sudah selesai Phi Peat". Ujar Noeul.
Keluarlah Noeul dengan piyama mandinya. Sekarang giliran Peat lah yang bekerja untuk membantunya memasangkan baju. Bukan membantu melainkan hal ini memang sudah menjadi tugas Peat sendiri.

Selesai berpakaian, Noeul dan juga Peat harus pergi keruang makan kerajan pastinya hanya untuk sarapan bersama kedua orang tuanya Noeul.

"Selamat pagi Ayah handa".
" Selamat pagi Ibunda sayang ". Sapa Noeul tidak lupa dengan kecupan manis Noeul berikan pada kedua orang tuanya ini.
"Selamat pagi juga sayang". Jawab keduanya bersamaan.

Noeul langsung saja mengisi tempatnya, sementara Peat pergi untuk melaksanakan sarapannya juga. Keluarga Kecil ini tentu saja menikmati makanan mereka dengan hikmat. Sampai acara sarapan pagi pun sudah selesai di laksanakan.

Kedua orang tua Noeul tentu saja langsung pergi dari sana. Karena keduanya sedang sangat sibuk.. Biasalah urusan kerajan wajar saja karena kedua orang tuanya adalah seorang Raja dan Ratu.

" Sepertinya aku akan melukis saja hari ini". Ucap Noeul yang masih duduk di tempat duduknya. Selagi Peat belum menjemputnya. Mengapa Noeul tidak pergi saja. Sebab jika tampa Peat, Noeul sendiri tidak akan pernah bisa di izinkan untuk pergi jauh keluar istana. Jangankan keluar istana untuk bermain di taman istana saja harus bersama Peat baru di izinkan.

Ah rasanya Noeul seperti perempuan saja di buat Ibunya. Karena banyak sekali larang yang ibunya buat untuknya. Padahal jika di pikir-pikir kembali. Bagi Noeul itu terlalu berlebihan untuk anak laki-laki sepertinya.

Sudahlah memangnya Noeul bisa apa?  Melawan ibunya. Itu sama saja Noeul menggali lubang untuk kuburannya sendiri. Noeul masih muda. Noeul harus menikah dahulu lalu memiliki anak, dan hidup bahagia dengan keluarga kecilnya seperti keluarganya. Itulah sebabnya Noeul hanya bisa menurut saja apa yang di katakan oleh ibunya ini. Toh meskipun begitu.. Noeul juga terkadang suka dengan peraturan yang buat, tapi terkadang juga Noeul merasa jengkel dengan peraturan itu.

"Maafkan hamba Tuan, ada sedikit masalah di dapur. Apa, Tuan sudah selesai?". Ucap Peat.
" Aku sudah selesai, ayo pergi ke taman. Tapi sebelum ketaman aku minta semua peralatan lukisan ku di bawa kesana Na..". Ucap Noeul.
"Baiklah seperti yang anda inginkan Tuan". Ucap Peat dengan sopan.

Seperti permintaan Noeul, Paet langsung saja meminta pelayan yang lain mengambilkan apa yang di butuhkan oleh Tuan Muda mereka ini.

Di taman...

Noeul langsung berlari kesalahan satu bunga kesukaannya. Sepertinya bunga ini sebentar lagi akan mekar. Melihat ini membuat antusias Noeul semakin menjadi-jadi.

"Tuan Muda, silahkan ini peralatan mu Tuan". Ucap Peat saat semua yang di butuhkan sudah sampai di sana.

Noeul langsung berdiri meninggalkan bunga kesayangan untuk beralih menata keperluan untuknya melukis. Tidak banyak yang bisa Noeul bantu. Sebab di belakang Peat masih ada pelayan-pelayan lain  yang mengikutinya. Itu sebabnya Peat sangat cepat menyelesaikan tugasnya.

" Terimakasih, P. Peat". Ucap Noeul dengan senyum Cantiknya.
Peat tentu saja menjawab. Setelah Noeul fokus dengan tugasnya. Peat meminta semua pelayan yang ikut bersamanya tadi untuk pergi saja. Karena selama Noeul melukis. Noeul tidak suka terlalu banyak orang di sana. Itu sebabnya hanya Peat lah yang tersisa.

36 menit kemudian.. Noeul sudah selesai dengan lukisannya. Sangat indah itulah pujian yang cocok untuk lukisan Indah ini.

Noeul menaruh kuasnya, lalu menunjukkan lukisan itu pada Paet yang juga sudah melihatnya.
"Sepertinya Taun Muda akhir-akhir ini suka sekali melukis hal yang lain selain dari Bunga, Buah dan beberapa pigura saja. Apa kali ini suka dengan hal baru?". Ucap Peat.
Noeul menatap lukisannya lalu menatap Peat secara bergantian sebelum menjawab..

" P.Peat tau saja, jika aku sedang ingin pergi keluar". Ucap Noeul.
Peat tersenyum, sudah hapal dengan semua keinginan Tuan Muda nya ini.
"Akan hamba siapkan pengawal untuk kita berangkat Taun". Peat ingin pergi awalnya. Tetap Noeul menahannya..

Sepertinya kali ini Noeul, hanya ingin pergi berdua saja.. Tidak boleh lebih hanya mereka saja.

" Aku hanya ingin pergi bersamamu saja P.Peat ". Ucap Noeul.
" Itu terlalu beresiko, taun". Ucap Peat dengan khawatir.
"Sekali saja, aku mohon Na.. ". Ucap Noeul.
" Jika kita ketahuan, aku akan bertanggung-jawab ". Ucap Noeul.

Peat awalnya ragu, hanya saja dirinya juga tidak bisa berbuat apa.
" Apapun untuk mu, Tuan". Ucap Peat akhirnya.
"Yey... P.Peat memang yang terbaik. Ayo kita pergi Na. Sebelum ada yang menyadari". Ucap Noeul.

Sudahlah... Peat lagi-lagi hanya mengikuti saja.
Sepertinya rencana mereka berhasil.
Benar saja.. Kini Noeul dan Peat sudah keluar dari area istana...

Noeul sangat senang, karena saking semangatnya.  Noeul tidak sengaja menabrak orang yang Noeul sendiri tidak tau siapa orang itu. Karena Noeul berlari di tempat yang penuh sekali dengan orang-orang. Sebab mereka sedang mendatangi pasar di pusat timur. Inilah sumber perdagangan terbesar di Kerajaan ini. Jadi tidak heran jika banyak sekalian orang-orang asing. Inilah sebabnya Raja dan Ratu tidak bisa membiarkan Noeul pergi sendiri. Apa lagi untuk pergi ke pusat perdagangan ini. Sangat berbahaya baginya.

" Maafkan kami Tuan. Atas namanya aku bersumpah untuk memohon ampun ". Ucap Peat pada orang misterius itu.
" Tidak apa, lain kali berhati-hatilah". Ucap pria itu lalu pergi begitu saja meninggalkan Noeul dan Juga Peat.

"Hampir saja, untung saja Tuan itu tidak marah padamu". Ucap Peat dengan khawatir.
"Memangnya dia berani denganku?". Tanya Noeul.
" Sudahlah, tetap tutupi identitas kita. Jika kau masih ingin di sini". Ancam Peat. Keluar sudah sifat aslinya Peat. Itulah yang membuat Noeul menggapainya seperti saudaranya sendiri.

...

Dari kejauhan... Ada seseorang yang masih menatap mereka secara diam-diam..

'Cantik seperti yang di bicarakan, tetapi nyatanya lebih cantik jika melihatnya sendiri'.
'Akan menjadi milikku'.  Ucapnya. Lalu pergi begitu saja..

...

PANGERAN DAN TUAN MUDA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang