PdMT 17. AKU,KENAPA BUKAN MEREKA.

136 9 1
                                    

Suasana terlalu tenang dan dami, sehingga semuanya bisa menghirup udara yang sangat segar, bersamaan dengan cahaya mentari pagi yang menyinari kehidupan baru bagi Noeul.

Noeul kecil tersenyum saat sang ibu menunjukkan hasil karyanya pada sang si kecil. Selagi menemani si kecil untuk berjemur bersama.

Tawa si kecil begitu indah, karena suaranya yang indah. Para burung-burung kecil juga ikut bernyanyi bersamanya.
"Selamat pagi sayang?". Sapa Raja dengan senyum cerahnya. Apo membalas senyum itu lalu menjawab apa yang di katakan Sang Raja.
" Selamat pagi sayang, selamat pagi Ayah handa". Kata sang Ratu dengan meniru suara anak kecil.

Raja yang mendengar itu tentu saja sangat bahagia, istrinya benar-benar membuatnya gemas. Jadi dengan tidak sadar Raja Mencium istrinya karena hal itu.
"Kau sangat nakal, sayang lihatlah ayahandamu dia sangat nakal". Adu sang Ratu dengan raut sedih diwajah.

Seolah paham Noeul kecil hanya bisa menangis menyampaikan kekesalannya.
"Oh tidak, dia marah". Ucap Sang Ratu merasa terharu dengan respon dari si kecil.

Ratu tentu saja langsung membawa Noeul kecil masuk kedalam pelukannya. Tidak sang Ratu perduli tidak perduli bahwa si kecil sepertinya sedang mengejeknya. Karena senyumnya yang manis, sang Ratu jadi tidak menyadarinya. Sementara Raja hanya bisa pasrah. Anak ini benar-benar membuatnya iri.
" Istriku". Keluhanya.

....

Setelah sang Ratu masuk, Sang Raja hanya menatap sosok itu dengan senyum di wajahnya. Tidak ada yang lebih baik dari kebahagiaan keduanya.
Sang Raja berbalik. Untuk menatap pada awan-awan yang indah di depan Sana. Para peri-peri kecil juga sedang menari di atas sana. Sehingga menghasilkan pemandangan yang alami dan sangat indah.

Dari kejauhan pula, Raja bisa melihat ada sesuatu yang datang. Itu seperti seseorang yang Raja kenal dan benar saja itu saudara sulungnya, bersama kedua orang tuanya.

Sang Raja bungsu tentu saja menunduk hormat saat kedua orang tuanya sampai di depan Sang Raja bungsu.

"Salam ya mulia Raja, Salam ya Mulia Ratu". Ucap Sang Raja bungsu pada keduanya.
"Bangunlah wahai anakku, aku memberkatimu". Ucap sang Raja pada Sang Raja bungsu.

Raja bungsu tentu saja menunduk hormat lalu bangun untuk berdiri tegap di depan ketiga orang yang datang.
" Sudahlah, aku benci melihat sifat kaku ini". Ucap Sang Raja sulung.

Lihatlah tampaknya hanya Raja sulung yang tidak suka dengan sifat sopan seperti itu. Maksudnya terlalu kaku untuk Raja sulung.
"Aku memberkatimu untuk menjadi pemimpin, jaga ucapanmu itu Saifah". Ucap sang Raja Pada sang Anak.

" Maafkan aku ayah handa". Ucap Saifah dengan canggung.
Sang ibu Ratu hanya tersenyum, lihatlah anak-anaknya ini sudah tumbuh besar sekarang, sifat Mereka tidak jauh berbeda dari sifat dirinya dan sang kekasih. Hal itu terlihat sangat lucu..  Sang ibu Ratu seperti melihat dirinya sendiri.

"Berhenti, Ayo sebaiknya kita masuk. Waktu kita tidak banyak sayang". Ucap Sang Ibu Ratu pada sang Raja Ayah.
"Baiklah, Mari berkumpul?  Oh ya dimana adikmu Saifah?". Tanya Sang Raja pada sang anak.

" Sepertinya dia sedang pergi, dalam beberapa bulan ini. Aku tidak melihat Saudara kedua di istana ini". Beritahu Sang Raja bungsu.
Raja dan Ratu juga tidak berkomentar. Mungkin saja sang anak masih merasa sedih, akibat penyambutan sakral itu.

......

"Salam hormat Ya Mulia". Ucap salah satu orang bawahannya, tubuhnya membungkuk hormat pada sang Dewa tertinggi.
"Apakah dia sudah tiba?". Tanyanya lalu berbalik untuk menatap kearah bawahannya yang masih membungkuk hormat didepannya.
"Tuan, mohon izin. seperti yang ya mulia inginkan. Dia sudah tiba". Ucapnya dengan sopan.

Senyumnya memang samar terlihat.
Mata tajamnya tidak berhenti menatap kearah depan dengan bayangan bagus di pikirannya, tentang apa yang akan terjadi selanjutnya?
'Lihatlah, bahkan orang terdekatmu saja lebih mempercayai penghianat seperti aku di bandingkan tetap berdiri di belakangmu. Mari Lihat, hal apa.. yang bisa anak ini lakukan untukku'.  Ucapnya membatin.

"Pergi, dan cepat panggil mereka?". Ucapnya dengan tegas.
Setelah pergi... Kini datanglah mereka kembali bersama satu orang bersama mereka.

Tubuhnya tinggi, tatapan matanya tajam terlihat tenang, namum iris mata itu terdapat sebuah api yang kapan pun bisa memanas. Seperti itulah gambaran hati seorang iblis.

"Aku tidak tahu, bahwa kau akan datang kepadaku. Apakah kau tahu, jika Dewi keabadian tahu tentang kedatanganmu.  Bukan hanya dia yang akan Murka tetapi aku juga pasti akan disalahkan. Orang munafik sepertimu sebaiknya tidak datang kepadaku". Ucapnya dengan tenang. Lihatlah Pria dengan topeng berwajah menyeramkan ini memang sangat suka berbicara panjang.

"Aku bukan hanya munafik, tapi aku juga bisa meludahi wajahmu. Lihatlah Tetua kematian mana yang hanya bisa menunggu orang munafik sepertiku untuk datang. Aku tidak akan menjelaskan bagaimana maksud kedatanganku.  Kau lebih tahu tentang hal ini? untuk apa berkata hal yang tidak penting dimana otakmu". Ucapnya dengan tenang.
Seseorang yang mendengarnya tentu saja sangat marah.

"Heh". Senyum tipis itu, lihatlah hanya dengan satu kali kedipan mata,  Pria tampan nan gagah itu sudah tidak bisa melawan apa lagi untuk meludahi wajahnya.
"Orang sepertimu, sangat tidak tahu malu. Kau pikir kau siapa. Statusmu hanya anak dari Raja, sudah jelas kita berbeda". Ucapnya.

Berani sekali, orang yang memujaku tidak akan pernah bisa lolos dari kematianku. Aku Raja Ho San derajatku lebih tinggi darinya. Siapa dia sangat sombong.
"Pergi". Ucapnya dengan tegas.

Peria sombong yang tidak tahu malu itu akhirnya pergi dari hadapan Ho San.
'Ck'.  Hanya bisa berdecak didalam hati.
Sedangkan Ho San kembali tertawa dengan keras.

.....

Pria itu keluar dengan amarah memuncak, dari arah sampingnya datanglah seseorang yang sangat di kenal olehnya.
Namanya Ampho dia adalah Istri dari seseorang yang baru saja dia temui.
Pria itu membungkuk, matanya terpejam lalu beberapa menit kemudian Pria itu menegakkan kembali badannya.

"Pergilah, Putri-putriku sudah di sana? Ambil ini pastikan kau tetap menjaga mereka". Ucapnya, setelah mengatakan hal itu Ampho berlalu pergi dari hadapannya.
Badannya kembali membungkuk, saat Ampho berlalu dari hadapannya.

Matanya menatap benda yang pegangnya dengan senyum tipisnya. Kepalanya terangkat dengan tangan menyimpan benda itu?  Secara bersamaan dengan aman.
Kaki panjangnya berlalu cepat, sesampainya di depan Sivakorn disanalah dia melihat Siwapohn berdiri bersama Sarocha di sampingnya,  Tidak lupa di depan sana banyak sekali mahluk yang berjumlah ribuan bahkan ratusan juta terlihat sudah sangat lapar yang berbaris rapi didepannya.

"Apa kalian sudah siapa?". Tanya Sivakorn kepada Swiapohn, Sarocha dan Artheo yang baru saja menghina Ho San ayah dari kedua gadis ini.
"Lakukan dengan cepat". Pinta Siwapohn matanya menatap malas kepada Sivakorn yang terlalu bertele-tele.
" Ya, Sivakorn lakukan dengan cepat". Ucap Sarocha yang juga sudah jengah dengan tingkah Sivakorn.

Sivakorn akhirnya hanya diam, dia menatap Artheo yang hanya diam, bahkan sorot matanya tidak berubah sedari tadi. Anak ini benar-benar tidak suka bertele-tele sama seperti kedua orang yang mengatainya barusan.
Sivakorn akhirnya mengangkat bendera merahnya, hewan yang sedari di tumpanginya pun mulai terbang menebus awan-awan hitam di ikuti banyak sekali makhluk-makhluknya yang bisa di bilang sangat mengerikan untuk di lihat.

.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PANGERAN DAN TUAN MUDA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang