4. Si Pengganggu

1.1K 167 10
                                    

Bel pulang sudah berbunyi, Isagi memutuskan untuk bergegas pulang. Ia berdoa dalam hati, semoga tak bertemu dengan Kaiser dan tak lupa juga ia berdoa supaya Nagi balikan lagi bersama Reo. Ia tak ingin hidupnya di buntuti oleh dua mahluk yang kerapkali mengganggunya.

"Isagi," panggil Nagi.

Isagi tak peduli, ia tak menjawab. Ia fokus untuk membereskan pulpen, buku, dan seluruh alat tulisnya yang berserakan di atas meja.

"Mau cium," ucapan yang di katakan Nagi membuat Isagi melotot. Edan aja kali ya tu bocah, pikirnya.

"Gak dulu."

"Di kening." Nagi bersikeras.

"Kagak mau."

"Bibir atuh bibir." Nagi mempoutkan bibirnya.

Isagi yang sudah menyelesaikan beres-beresnya mulai berdiri dari duduknya, ia menggendong tas sekolahnya dan berusaha menghindari Nagi yang berada di depannya.

Nagi yang kesal di acuhkan oleh gebetannya memutuskan untuk menarik belakang kerah seragam Isagi, otomatis Isagi langsung menolehkan pandangannya kearah Nagi.

Cup

"Fuck!" Isagi mengumpat, bisa-bisanya ia kecolongan!

"Mau cium lagi, bibir Isagi enak buat di cium."

Isagi bergerak secara brutal supaya cengkraman Nagi pada belakang kerah seragamnya terlepas.

"Lo jangan cium gue lagi, bangsat! Itu cabul namanya." Isagi kemudian bergegas meninggalkan Nagi. Langkahnya memang mengarah kedepan, tetapi wajahnya masih menoleh kebelakang, jari tengahnya ia arahkan kepada Nagi.

"Fuck you, fuck you!" Kata Isagi kepada Nagi, tanpa suara sih tetapi Nagi tahu betul apa yang di katakan oleh Isagi.

Dug

Isagi menabrak seseorang, ia melihat orang yang ia tabrak itu tersenyum penuh arti. Sepertinya ia harus melakukan pengusiran setan dan arwah penasaran deh.

Isagi reflek berjalan mundur, ia harus tetap waspada, apalagi ia ingat dengan jelas perkataan si bule pirang ini pas di gudang sekolah.

"Balik bareng gue," kata Kaiser. Di banding dengan sebuah ajakan, sepertinya itu lebih terdengar kepada sebuah 'pemaksaan'.

"Gue harus balik bareng Hanum, ntar gue kecolongan lagi sama si Shidou."

Grep

Kaiser mencengkeram pergelangan tangan Isagi. Isagi mencoba untuk melepaskannya, tetapi cengkraman Kaiser kepada pergelangan tangannya malah semakin mengerat.

"Ser, anjing ah. Lo mau bawa gue kemana lagi sih?" Isagi sejujurnya ingin menangis saja, lebih tepatnya menangisi hidupnya yang harus bertemu dengan dua pengacau seperti Kaiser dan juga Nagi.

Kaiser mengajaknya untuk masuk kedalam toilet sekolah, ntah apa yang di pikiran si bule pirang itu.

"Ser jangan perkosa gue ah."

Kaiser melepaskan cengkramannya pada pergelangan Isagi, sorot matanya seolah mengatakan 'masuk' kepada Isagi.

Oke, Isagi mau cari aman, semoga saja ia tak di apa-apakan oleh si Kaiser ini.

Kini Kaiser dan juga Isagi berada di toilet yang sama, pintunya tertutup rapat dan di kunci dari dalam. Kaiser yang ntah sejak kapan mengeluarkan sebatang rokok dan mulai menghembuskan asapnya.

Isagi terbatuk-batuk, ia hanya pernah menggunakan Vape saja. Seenggaknya asapnya tak seperti asap rokok batangan yang di hisap Kaiser ini.

Belum setengahnya, Kaiser memutuskan untuk mematikan rokoknya. Terhitung empat kali hembusan asap rokok dan setelah itu Kaiser mematikan rokoknya dan membuangnya kedalam toilet sekolah.

Random | KaisagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang