9. Malam Bersama Kaiser

1.4K 190 9
                                    

Malam harinya Isagi memutuskan untuk berjalan-jalan bersama Kaiser. Sebenarnya Isagi sudah bersama Kaiser sejak sepulang sekolah, sengaja ia tak pulang bareng Bachira— malu katanya. Ia tak berontak seperti biasanya, bahkan ia terlihat sangat santai ketika bersampingan dengan Kaiser saat ini.

Tepat jam 23.07 Isagi masih bersama Kaiser, mereka terduduk di pinggir jalan yang cukup sepi. Isagi merunduk, mungkin sedang bergulat hebat dengan isi pikirannya.

"Pulang? Sekarang udah jam 23.10." Kaiser menyalakan ponselnya, ia memperhatikan jam pada layar ponselnya itu. Ternyata sejak pulang sekolah hingga hampir tengah malam seperti ini, ia masih bersama dengan Isagi.

Isagi menggeleng, ia kemudian menatap langit yang cukup gelap, tak ada bintang seperti biasanya. Kemudian Isagi menjatuhkan kepalanya kepada pundak Kaiser, ia memejamkan matanya.

"Boleh?" Tanya Isagi, ia masih di posisi yang sama dan masih setia memejamkan matanya.

Kaiser hanya terkekeh kecil, mana mungkin ia menjawab tak boleh kan. "Boleh."

Kaiser menatap jalanan yang cukup sepi itu, Isagi sepertinya tertidur. Terdengar dengkuran kecil darinya, secepat itu ia tertidur.

Kaiser menepuk-nepuk kecil punggung Isagi, seolah-olah Isagi adalah anak kecil baginya.

Dari jauh terlihat ada penjual nasi goreng gerobak, tetapi sang penjual tak membunyikan suara khas untuk jualannya. Ya, jari telunjuk Kaiser di tempelkan pada belahan bibirnya, mengisyaratkan untuk sang penjual tak membunyikan suara khas nya itu. Seolah mengerti, sang penjual tak merasa keberatan, ia malah tersenyum dan memberi jempol sebagai balasannya. Mau Kaiser atau pun sang penjual, mereka sama-sama melempar senyum, seolah sudah lama akrab.

Entah bagaimana, jam di ponsel Kaiser menunjukan waktu 00.00. Sudah hampir satu jam Isagi tertidur di pundak Kaiser. Keberatan? Tentu tidak, malah Kaiser mengabadikan momen itu di ponselnya.

Kaiser memutuskan untuk menggendong Isagi di punggungnya, ia tak ingin membangunkan Isagi yang masih terlelap dalam tidurnya.

"Yoichi .. lo harus tau kalo gue cukup kacau hari ini." Kaiser terkekeh kecil, seolah sedang menyembunyikan lukanya sendiri. "Pas gue tau lo babak belur kaya gini—" Kaiser menggantungnya, ia menarik nafas dalam-dalam, "Gue kacau. Gue pengen mukulin orang yang udah mukulin lo. Tapi, di satu sisi lo juga yang mulai mukul dia, juga .. lo lakuin itu buat orang yang lo cintai. Di sisi lainnya, gue bukan siapa-siapa."

Benar, Kaiser juga kacau hari ini. Kejadian Ness yang mengamuk kepada ibunya Kaiser karena Kaiser tak di rumah saat itu membuatnya sakit kepala, tambah lagi ia mendapatkan sebuah kejutan besar dari Isagi yang rela mencari masalah untuk membela gadis yang di cintainya.

Kaiser terkekeh kecil lagi, "Tolol ..Hati gue sakit kalo liat lo memar-memar gini." Kaiser tersenyum kecut setelahnya.

Isagi masih tertidur, ntah mimpi apa yang membuatnya tak ingin bangun detik ini juga.

Setelah dua puluh menit Kaiser menggendong Isagi, dengan tempo yang pelan tentunya, ia kemudian sampai di rumah Isagi. Tak di kunci, mungkin Isagi lupa.

Kaiser membuka pintunya, dan kemudian berjalan menaiki anak tangga. Apakah Isagi berat? Iya, tetapi jika Kaiser yang menggendong rasa berat juga tak ada artinya.

Pintu kamar terbuka, Kaiser membaringkan Isagi di tempat tidurnya, menyelimutinya hingga ke dada. Kaiser sesekali tersenyum melihat Isagi yang polos ini ketika sedang tertidur.

"Kadang kalo liat lo tidur gini, bawaannya gue pengen khilap aja," ujar Kaiser. Kemudian Kaiser mengelus rambut Isagi sebelum ia memutuskan untuk pulang.

Random | KaisagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang