[ 09 ] ARC 1 : TRANSMIGRASI

814 51 0
                                    

Reja tidak pandai beladiri. Di dunia nyata, dia tidak terpikirkan harus menggunakan keahlian itu untuk apa. Alhasil, saat SMA pun dia tidak mengikuti klub atau ekskul semacam itu. Pada akhirnya, dia hanya menjadi cowok biasa-biasa saja.

Jika dia ikut tawuran bersama geng berandalan sebagai Reinald, sudah bisa dipastikan ia akan kalah dalam pertarungan. Kalau itu terjadi, image Reinald di hadapan anak buahnya akan hancur seketika. Secara, dia adalah berandalan paling ditakuti. Jika kalah hanya karena melawan geng lain, bisa-bisa ia tidak ditakuti lagi.

"Ei, Nicko." Reja menoleh, memanggil. Ada raut gugup yang ia coba sembunyikan sebaik mungkin.

Nicko menatapnya dan menyahut dengan gumaman.

"Kalo Trevor yang kalah ... apa yang terjadi?"

Pertanyaan konyol yang tidak pernah terpikirkan oleh Nicko akan keluar dari mulut bosnya. Bukankah sudah jelas jawabannya? Trevor tidak mungkin terkalahkan!

"Rei, pertanyaan bodoh macem apa itu?" Nicko mendengus tak habis pikir. "Udah jelas kalo Trevor selalu menang ketika tawuran. Dan lo malah nanya kek gitu? Bukannya lo sendiri yang bilang, selama ada lo, gue dan inti Trevor yang lain, kita bakal selalu menang?"

Reja terdiam. Lalu menarik nafas panjang, ia pun menghembuskannya perlahan. Sayang sekali, yang sedang mengendalikan tubuh Reja saat ini adalah cowok naif yang payah soal beladiri. Jadi, mana mungkin kata-kata Reinald itu bisa terkabulkan?

"Rei, kapan kita berangkat? Gue udah pegel berdiri mulu, nih." Felix menepuk pundak Reja, menyadarkannya dari lamunan.

Reja menatap wajah Felix. Selalu ada senyuman lebar di wajah cowok itu. Kadang Reja heran, bagaimana bisa Felix mempertahankan ekspresi semacam itu setiap saat? Apa wajahnya tidak terasa pegal?

"Bos, perintahin kami," ujar Pandu seraya memandang lurus ke depan, pada seluruh anggota Trevor yang semangat tarungnya menggebu-gebu. Dalam keadaan serius, dia akan memanggil Reja dengan sebutan Bos.

Reja menunduk. Dalam kebisuannya dia sedang berpikir. Keputusan apa yang harus ia ambil kini? Kalau memaksa tawuran, ia pasti dikalahkan musuh-musuh Reinald yang asli.

Namun jika mundur dan membatalkan tawuran ini, seluruh anggota Trevor pasti akan kecewa dan bertanya-tanya ada apa dengan bos mereka. Yang lebih parah lagi, musuhnya pasti akan mentertawakan Trevor sebagai geng pecundang.

Reja tahu betul situasinya.

Jadi, harus bagaimana?

Nafas Reja terembus kasar. Ia mendongak, menatap segenap anggota Trevor dengan tatapan dingin dan gurat wajah yang tegas.

Lebih baik jangan terlalu percaya, sebab ekspresi Rei itu sekadar topeng untuk meyakinkan orang-orang ini.

"Tawuran akan tetep dilaksanakan. Trevor harus menang. SMA Boyan cuma sekumpulan keroco dan pecundang yang ga ada apa-apanya dibanding kita. Gue percaya sama kalian semua. Kalian bisa kalahin geng loser itu, bahkan tanpa gue sekalipun!" ujar Reja menggebu-gebu.

Seluruh orang di sana sempat terdiam mendengarnya, bahkan anggota inti. Artinya, Reinald tidak akan ikut serta dalam tawuran itu?

"Lah, Rei? Lo ... ga akan ikut tawuran?" Simon mempertanyakan.

Reja mengangguk sekali dengan raut muka sok meyakinkan. "Gue bakal tetep di sini, nunggu kabar kemenangan kalian. Setelah itu, kita harus rayain kemenangannya."

Felix memiringkan kepalanya sedikit, senyum di bibirnya tak pernah luntur. "Oke, bos! Kalo itu mau lo, biar kita aja yang hajar mereka. Lo ga perlu capek-capek kotorin tangan!"

TRANSMIGRASI MENJADI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang