PENUTUP BAGIAN A || ARC 1

272 19 0
                                    

Walau sempat mengalami kesulitan, tapi beruntung pada akhirnya Reja menemukan lokasi mobil van yang telah menculik anak dan istrinya.

Di depan bangunan proyek terbengkalai, Reja memarkir asal mobilnya. Dia langsung turun dengan tergesa-gesa sambil mengedarkan tatapannya ke segala arah untuk mencari keberadaan Ruby dan Reo.

"Ruby! Reo!" panggil Reja dengan suara keras.

Ekspresi wajahnya jelas kelihatan panik. Tangan yang tadinya digunakan menyetir mobil sampai kini masih tremor. Degupan kencang jantung Reja belum kunjung reda.

"Ruby! Kamu di mana, Sayang?! Ini aku! Eja!" seru Reja sekali lagi.

Namun, tetap saja tak ada sahutan.

Kendati demikian, bukan berarti Reja menyerah. Dia terus melangkahkan kaki menelusuri tempat terbengkalai itu yang memiliki banyak reruntuhan.

Tanpa Reja ketahui, dia baru saja melintasi tiang pondasi yang sebelumnya dijadikan tempat untuk mengikat Ruby.

Sayangnya, Ruby sudah tak ada di sana. Wanita itu dipindahkan oleh Naufal ke tempat penyekapan Reo. Kini mereka berada di dekat kerangkeng, menyaksikan Reo yang tersisa tulang belulang dan organ dalam berceceran.

Sementara tikus-tikus di dalamnya mencicit semakin ramai, seolah bersorak kegirangan karena selesai mukbang.

"Ini nggak mungkin ..."

Ruby membatin pilu. Hatinya menjerit kesakitan.

Kali ini, dia sudah tidak bisa pingsan. Hanya bisa terdiam dengan bola mata yang menerawang kosong menyorot kerangkeng tikus-tikus.

Anak satu-satunya yang Ruby lahirkan dengan susah payah dan dirawat sebaik mungkin kini telah tiada. Kematiannya begitu tragis. Bagai mimpi buruk yang tiada akhir.

Tolong.

Ruby mohon.

Jika benar ini mimpi buruk, tolong segera bangunkan dia. Ruby tidak sanggup. Semua ini terlalu keji dan mengerikan untuk menjadi nyata.

Ruby mohon. Tolong bangunkan dirinya.

"Kenapa, jalang? Lo ngga mau nangis atau pingsan lagi gitu?" Naufal berjongkok dan menarik rambut Ruby hingga membuat kepalanya terdongak.

Ruby tetap setia bungkam.

Selain karena mulutnya dilakban, wanita itu sudah kehabisan stok kata-kata di dalam otaknya untuk menjawab Naufal.

"Anak lo udah mati. Berterimakasihlah ke tikus-tikus itu. Kalo bukan karena mereka, mungkin gue sendiri yang bakal turun tangan bunuh dia dengan cara yang lebih kejam." Naufal mendesis.

Dengan tidak warasnya, tiba-tiba saja dia menghantamkan kepala Ruby ke tanah dengan keras. Hal itu sukses membuat kepalanya terluka dan mengucurkan darah.

Melihat itu, Naufal tak dapat menahan tawanya. Ia tergelak keji bak seorang villain di film-film.

Tak cukup puas melakukannya satu kali, Naufal lantas mengulangi hingga beberapa kali. Membenturkan kepala Ruby ke tanah sembari tertawa gila, menikmati perbuatannya.

Aksi Naufal tentunya tidak luput dari penglihatan Jean. Dari tadi, dia hanya diam di pojok ruangan. Duduk di kursi usang seraya menikmati satu pak rokok.

Dilihatnya Ruby yang merintih tertahan dengan mata terpejam meredam sakit.

Jean tak merasa iba sama sekali. Justru tontonan semacam ini amat menghibur baginya.

Sekarang dia memang sudah tidak mempunyai perasaan apa pun kepada Reja. Tetapi, dendam di masa lalu kepada Ruby karena telah merebut Reja darinya masih membekas di hati Jean.

TRANSMIGRASI MENJADI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang