[ 21 ] ARC 1 : TRANSMIGRASI

544 38 0
                                    

"Lo?! Ngapain bawa cewek burik ini ke sini?!" Bukan tak murka Gisel ketika melihat kehadiran Daisha di rumahnya.

Zion menyembunyikan gadis itu di belakang tubuhnya, takut kalau-kalau Gisel melakukan hal yang tak terduga. Untuk Daisha, Zion siap menjadi tameng pelindungnya.

"Gue yang ngajak dia ke sini. Apa masalahnya?" Kenan menyahut datar. Dia akan menerobos masuk melewati Gisel begitu saja, tapi cewek berambut hitam panjang itu mencekal lengannya.

Pupil Gisel menyusut, kelopak matanya sedikit turun. Riak di matanya dingin menusuk, terpancar aura intimidasi yang kuat darinya.

"Atas izin siapa dan atas hak apa lo ngajak dia?" Gisel mendesis, intonasinya rendah tapi terdengar lebih mengerikan daripada teriakan beringasnya selama ini.

Di plot ceritanya, Gisel memanglah sangat membenci Daisha—dan itu tidak bisa diubah walau bagaimana pun caranya. Meski kepribadian dan sifat Gisel sudah lebih tenang dan baik dari sebelumnya, tapi bukan berarti dia juga bersikap sama pada Daisha.

Gisel membenci Daisha.

Itu sudah mutlak dalam novel Deep Love.

Sebaik apa pun Daisha, itu tidak mengubah kenyataan bahwa dialah penyebab kematian tragis yang dialami Gisel. Karena dialah, Zion, Kenan dan Arthur bekerja sama merencanakan pembunuhan terhadap Gisel.

"Jangan karena gue nggak pernah bahas soal tamparan lo waktu itu ke nyokap, lo jadi merasa bebas, Kenan." Pupil Gisel bergulir membidik netra Kenan dengan tatapan menusuk.

Cowok itu sempat tercengang.

"Gue nggak akan pernah sudi ngebiarin cewek sialan ini nginjakin kakinya di sini. Kalo itu terjadi, berarti kalian siap ngeliat pertumpahan darah," tukasnya masih dengan intonasi rendah yang menyeramkan.

Mereka bertiga tak menyangka perkataan Gisel. Kemarahan gadis itu kali ini terasa begitu berbeda. Tak seperti biasanya yang selalu berteriak dan berapi-api.

Gisel mengencangkan cengkeramannya di lengan Kenan, lalu melonggarkan dan menghempasnya begitu saja.

Daisha gemetar ketakutan, mata sayunya menatap ngeri Gisel. Sedangkan Zion mengepalkan tangannya kuat-kuat, berusaha menahan emosi.

Gisel membalikkan badan, mengusir untuk terakhir kalinya.

"Pergi, sampah." Ia sengaja menekankan kata 'sampah'. Lantas membanting pintu rumahnya hingga berdebam.

Tak ada yang diinginkan Gisel selain Zion. Cowok itu adalah cinta pertamanya. Sebelum menjadi seorang primadona di SMA, dahulunya di SMP, Gisel hanyalah gadis membosankan yang terlihat cupu.

Kehidupannya hanya berputar di belajar, les, ikut ekskul, dan berada di rumah saat hari libur. Gisel dikenal sebagai gadis yang membosankan, jadi tidak ada cowok yang mendekatinya.

Namun, tanpa kesengajaan, Zion dan Gisel dipertemukan. Lalu tiap harinya karena faktor kebetulan, mereka semakin dekat dan akhirnya pacaran. Menjelang kenaikan kelas, SMP-nya mengadakan kontes kecantikan.

Zion memaksa Gisel ikut, menyemangatinya bahwa inilah waktunya Gisel untuk lebih bersinar. Gisel pun mengikuti saran Zion, dia tampil cantik dan modis di kontes tersebut.

Beruntungnya, dia menang.

Setelah kontes itu, Gisel mulai dikagumi oleh cowok-cowok. Melanjutkan SMA, ia tetap bersama Zion. Mereka sama-sama populer di SMA itu. Ziana adik kembar Zion juga sangat menyukai Gisel.

Tapi, hubungan itu tak bertahan lama, sifat Gisel perlahan berubah. Zion pun memutuskan hubungan mereka di tahun kedua SMA. Gisel tak terima, jadi dia terus mengejar Zion dan berharap cowok itu mau kembali padanya.

TRANSMIGRASI MENJADI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang