Kompetisi memasak telah berlangsung. Ada sekitar enam belas murid yang mengikuti kompetisi tersebut. Namun saat ini, satu sekolah berhasil dibuat gempar karena keikutsertaan seorang Reinaldo Zachary si berandal urakan. Bahkan tidak terkecuali empat temannya, mereka pun ikut terkejut dan tak menyangka.
"Ga habis fikri sama kelakuan si Rei. Dia sebenernya kenapa, dah?" Di antara kerumunan siswa-siswi yang menonton, Nicko menceletuk.
Kompetisi masak itu diadakan di tempat terbuka. Di sebelah sekolah, ada lahan kosong dengan rumput hijau yang memanjakan mata. Di sana disediakan meja dan peralatan memasak untuk kompetisi itu. Ada juga panggung kecil-kecilan yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat mengumumkan siapa pemenang.
"Lagian, sejak kapan dia bisa masak?" timpal Pandu seraya melipat lengan di dada.
Felix meletakkannya kedua tangannya di leher belakangnya. Kedua pupilnya menatap Reja dengan ceria seperti biasa.
"Mungkin ini sisi lain dalam dirinya. Gue malah terkesan sama dia," ucap Felix.
Simon tak berkata apapun. Entah apa yang dipikirkannya soal Reinald saat ini.
"Oke, teman-teman! Lagi-lagi sekolah kita mengadakan kompetisi masak untuk penyambutan Ujian Tengah Semester! Yang ikut serta ada enam belas siswa-siswi. Mereka dari kelas berbeda yang siap menguji ketrampilan masaknya!" Di panggung, ketua OSIS yang terkenal periang itu mencerocos dibalik mikrofon.
"Mungkin kali ini persaingannya bakalan ketat. Soalnya, bukan cuma siswa-siswi biasa yang ikut. Tapi ada juga ..." Ragu-ragu cowok berkacamata itu menoleh ke arah Reja, ia meneguk saliva, agak takut menyebutkan namanya. "... anu ... berandalan kelas kakap. Reinaldo Zachary!"
Para murid diam, memerhatikan dengan seksama Reja yang mematung di tempat. Sebenarnya, dia juga gugup harus berhadapan dengan orang sebanyak itu.
"Hm, kira-kira apa, ya, yang membuat dia mau ikutan kompetisi semacam ini? Apa dia mau voucher liburan gratis karena pengen healing tapi lagi bokek? Kayaknya ..." Si ketua OSIS tak berani meneruskan kata-katanya ketika ia tidak sengaja bertemu tatap dengan mata elang milik Nicko.
Arti tatapan itu seolah ...
"Jangan berlebihan, sialan!"
Yup, 'berlebihan' mentang-mentang Reinald sedikit memiliki perubahan dengan sikapnya.
"Eum, oke-oke. Daripada nunggu lama, mending kita langsung mulai aja, ya, kompetisinya!" lanjut Ketua OSIS dengan kaki gemetaran.
Kompetisi pun dimulai.
Gisel duduk di kursi khusus para juri. Di sana juga ada tujuh orang lainnya. Gadis itu sedang bersedekap tangan sambil memelototi Daisha yang tetap ngotot ikut kompetisi tersebut.
"Sialan. Lo bakal nyesel karena ga takut sama ancaman gue!" desis Gisel dalam hatinya. Raut wajahnya memang tenang, tapi matanya jelas tak bisa berbohong bahwa sedang memendam api kemarahan.
"Lo pikir apa? Lo bisa ngancem Icha selama ada gue?" Zion mendekati Gisel, berdiri di sebelahnya sambil menatap teduh Daisha. "Lo cuma iri aja kan karena Icha pinter masak sementara elo nggak?"
Gisel mengepalkan tangannya erat.
Karena tak mendapat jawaban, Zion terpancing ingin melihat ekspresi wajah Gisel. Benar saja, gadis itu terlihat tidak suka.
"Gue kasih tau, ya. Lo bisa sombongin kecantikan lo ke Icha. Tapi dia ga akan pernah iri atau insecure gara-gara lo. Karena dia tau, lo punya kekurangan yaitu ga bisa masak." Zion tak berhenti bicara untuk memanas-manasi Gisel. "Siapapun tau, percuma cantik kalo ga bisa masak."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI MENJADI BADBOY
Random"Ga ada cowok yang sempurna di dunia ini. Makanya gue menciptakan Reja Syaputra dalam wujud manusia fiksi." - Azura Hayakawa - *** Reja Syaputra memiliki kepribadian yang baik hati, ramah, dan humble. Karena itulah, dia bisa dengan mudah mendapat pe...