Sekolah telah sepi sejak tadi, menyisakan para guru yang menyelesaikan tugas mereka. David sendiri saat ini sudah berada di mobil, bersiap meluncur ke rumah sakit umum wilayah selatan. Di jok belakangnya, bucket berisi buah-buahan yang tertata rapi telah menanti untuk diberikan pada orang sakit.
David melangkah, mencari ruangan yang dikatakan Davina. Sudah tiga hari, semenjak kejadian 'penyerbuan' yang dilakukan oleh David dan kawan-kawannya. David sendiri berharap Davina juga ikut membaik, meski Fira ditemukan dalam keadaan yang mengenaskan. Fira tampak habis disiksa habis-habisan oleh para pekerja, dia ditemukan dengan lengan yang terikat ke dinding.
David membuka pintu ruangan, namun langkahnya terhenti. Dia melihat para anggota kepolisian wilayah sedang membesuk, membuatnya keluar kembali sambil melempar senyum. David memutuskan untuk menanti di lorong. Dia duduk di kursi yang disediakan.
Klek
Seorang lelaki keluar dari ruangan itu, menatap tajam ke arah David.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya lelaki itu dengan nadanya yang dingin.
"Aku membesuk adik temanku, apakah itu hal yang salah?" David tampak tersenyum, seakan-akan berniat mempermainkan emosi lelaki itu.
"Apa? Kriminal sepertimu memiliki teman seorang polisi?" Lelaki itu melangkah kian dekat. David hanya menghela nafas berat sambil menatap balik mata lelaki itu.
"Apa itu salah? Apakah seorang yang kau anggap kriminal tidak boleh berteman?" David mengedikkan bahunya. Dia meraih sesuatu dari dalam dompetnya. Secarik kertas yang masih terlipat rapi meski telah usang. Dia menyerahkan kertas itu pada si lelaki.
"Nando, kau harus mengerti kenapa saat itu kau menemukanku di wilayah timur. Setelah itu kau boleh menyebutku kriminal atau semacamnya." David bangkit dari duduknya setelah Nando menerima kertas itu.
"Andai bukan karena dia, mungkin aku sudah membunuhmu saat itu." David memberikan tatapan tajamnya pada Nando. Tatapan yang sama dengan sekian tahun lalu.
"Baik, aku titip. Berikan buah ini pada Davina, aku sedikit terburu-buru." David melangkah, meninggalkan Nando yang mematung sambil memandangi secarik kertas yang dia genggam.
Klek...
Nando tersadar, segera memasukkan kertas itu ke dalam sakunya. Dia melihat Davina tampak mencari seseorang.
"Oh, maaf. Ini ada titipan dari Pak David, beliau sedikit terburu-buru." Ucap Nando, menyerahkan bucket buah itu pada Davina.
Davina kembali ke dalam ruangan dengan wajah kebingungannya. Bucket buah dari David dia letakkan di atas nakas. Melihat wajah Davina, Edi Gunarto, kepala kepolisian pusat, menanyakan penyebabnya. Tapi Davina hanya menggelengkan kepala.
Edi Gunarto adalah salah satu orang baik di negri ini yang berada di pemerintahan. Davina sendiri adalah anak didiknya selama di akademi kepolisian. Dan, yang tak banyak diketahui orang lain, Edi pernah menawari Davina untuk menjadi istri keduanya dengan menjamin kehidupan dirinya dan adiknya akan ditanggung oleh Edi, namun Davina menolaknya.
Malam harinya, Davina masih di rumah sakit. Dia sama sekali belum berpindah tempat, bahkan untuk mengisi perut. Dia menyandarkan kepalanya ke tempat tidur yang digunakan Fira.
Klek....
Davina mengangkat kepalanya, melihat siapa yang datang. David masuk dengan sebungkus makanan yang ada di tangannya.
"Makanlah dahulu. Tubuhmu bisa kekurangan tenaga." Ucap David, menyerahkan bungkusannya. Malam itu David menemani Davina di rumah sakit. Dia memiliki alasan untuk kesana. Mereka mengobrol pelan sambil menahan tawa.
"Mungkin, aku sudah kehilangan Fira andai kamu tidak membantu." Celetuk Davina setelah terdiam beberapa saat.
"Terimakasih juga, untuk pelukannya semalaman." Ucap Davina sambil terkekeh kecil, mengingat bagaiaman David merasakan keram saat dia terjaga.
Malam kian larut, saat Davina sudah terlelap di atas tempat duduknya. Sementara David berdiri di depan jendela, menatap pemandangan malam yang disajikan. David kebingungan dengan perkembangan kasus penculikan yang terjadi. David yang ditugaskan untuk membantu Angel, mengungkap dalang penculikan oleh Night Shaddow, kebingungan sendiri.
Untuk kasus di Ansen, harusnya sudah terungkap karena David mulai memahami polanya. Sebuah titik yang menghubungkan seluruh kasus penculikan di Ansen. Semua korban dikabarkan memberitahu keluarganya bahwa mereka akan pulang sedikit terlambat karena membersihkan lab bahasa. Kenapa harus lab bahasa?
Malam sudah melewati puncaknya, saat David masih merenung. Dia melihat sebuah mobil masuk ke parkiran rumah sakit. Mobil itu tidak masuk ke jalur unit darurat, juga tidak lewat jalur pegawai. Dengan kata lain, itu mobil pembesuk. Tapi siapa yang membesuk orang dini hari? David mengamati mobil itu lamat-lamat. Nomor polisi mobil itu bukan dari wilayah selatan. Milik siapa mobil itu?, David mengamati siapa yang keluar dari mobil.
Tiga orang lelaki berbadan kekar dengan pakaian rapi, kemeja dan jas hitam. Mereka masuk ke dalam lobby rumah sakit. David mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya, hingga suara sirine memenuhi lorong rumah sakit. Sirine kebakaran yang bertalu-talu membuat seisi rumah sakit panik. Davina yang awalnya terlelap langsung terjaga, bertanya pada David apa yang terjadi.
"Tenang, biar aku lihat kondisi dahulu." Ucap David meminta Davina tetap di tempatnya.
David keluar dari kamar rawat Fira, mendapati tiga orang tadi sudah berdiri di ujung lorong dengan senjata yang mereka pungut di jalan. Gagang sapu, tongkat infus, dan pisau bedah.
"Siapa kalian?" Tanya David dengan nada datar. Lampu merah berkedip-kedip membuat suasana kian tegang. Tanpa menjawab, mereka bertiga langsung menyerang ke arah David.
Dengan gerakan yang luwes, David menghindari serangan-serangan yang diberikan oleh mereka. Gagang sapu dan tongkat infus membuat David kesulitan untuk mendekat. Dia, yang tak bersenjata, harus mencari celah di antara ayunan senjata mereka.
David berhasil menangkap gagang sapu yang diayunkan ke arah kepalanya. Melihat celah terbuka, David langsung menarik tubuh orang bersenjata gagang sapu itu, dan membantingnya.
Sebuah tongkat infus hampir menghantamnya saat David belum genap menyeimbangkan tubuhnya, membuat dirinya harus melangkah mundur dahulu. Orang ber-tongkat infus itu menyerang dengan brutal. Mengayunkan tongkat infus itu dengan cepat ke arah tubuh David, membuatnya harus melangkah mundur sambil menangkis serangan itu agar tidak mengenai tubuhnya.
Sementara lelaki ber-pisau bedah itu tampak mengendap-endap masuk ke dalam ruangan Fira. Menyadari itu, David bergerak cepat, memanfaatkan celah seadanya, menerjang ke arah lelaki berpisau bedah. David melepaskan sebuah pukulan keras ke arah wajahnya. Orang itu kaget dan tersungkur ke belakang.
David langsung berbalik saat melihat lelaki bertongkat infus hendak menghantamkan senjatanya. David menangkisnya dan langsung melepaskan pukulan ke wajah orang itu. David sedikit kesulitan untuk menghadapi dua orang sekaligus.
Sementara dari jendela kecil di pintu ruangan Fira. Dia kaget melihat kemampuan bertarung David yang tidak seperti guru fisika. Bahkan David berhasil menumbangkan tiga orang itu, akhirnya.
Siapa sebenarnya dia?