Chapter 4

2.2K 92 3
                                    


Tidak butuh waktu lama bagi Mac untuk menoleh. Nan segera menarik kursi dan duduk di sebelahnya, senyum tersungging di sudut mulutnya saat melihat wajah Mac memucat.

"Kau!" Mac terdiam karena shock.

"Siapa dia?" Teman Mac langsung bertanya.

"Aku juga teman Mac, namaku Nan. Aku sudah lama tidak bertemu denganmu jadi aku datang untuk menyapa. Bagaimana kabarmu?" Nan mengatakannya dengan cara yang normal, tapi tenggorokan Mac terasa kering, tak berdaya, rasa takut di hatinya muncul kembali setelah kurang dari sebulan tenang. Mac sangat marah, tapi dia takut mengatakan sesuatu yang mungkin membuat teman-temannya tahu apa yang dialami Mac.

"Ada urusan apa kau menyapaku?" Mac memutuskan untuk bertanya dengan tatapan tajam ke arah Nan, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa takut kepada teman-temannya yang lain.

"Aku punya sesuatu untuk didiskusikan denganmu. Ayo kita bicara di luar," kata Nan pelan.

Mendengar ini, Mac merasa semakin kesal. Dia takut Nan akan membawanya seperti yang dia lakukan saat itu. Mac melihat ke luar showroom dengan hati-hati.

"Ayo bicara di depan, aku tidak akan mengganggumu lama-lama," kata Nan lagi, karena dia bisa melihat Mac ketakutan. Mac berbalik untuk menatap temannya sekilas.

"Tunggu sebentar, kalian makan duluan saja." kata Mac kepada teman-temannya.

"Apa kau ingin aku pergi keluar denganmu?" Kata salah satu teman Mac, karena dia melihat perilaku Mac yang kurang baik.

"Tidak apa-apa, aku akan keluar sebentar untuk mengurusnya.," kata Mac, sebelum bangkit dan berjalan ke depan toko.

Nan menoleh untuk memberi teman Mac senyum tipis. Nan mengikuti Mac dengan santai. Mac berada depan showroom dengan banyak orang-orang yang lewat secara berkala, dia ingin berada di tempat yang ramai untuk melindungi dirinya.

"Apa lagi yang kau inginkan dariku?" tanya Mac tegas, tapi tidak keras. Nan memandangi Mac dari ujung kepala hingga ujung kaki, membuat Mac membenci tatapan Nan yang selalu terlihat seperti itu.

"Apa lagi yang kau inginkan dariku?" tanya Mac sedikit lebih keras.

"Ssst, jangan berisik. Nanti ada yang curiga." kata Nan dengan suara serak. Mac mengepalkan tinjunya erat-erat saat dia melihat sekeliling. Seseorang menoleh untuk melihat Mac dan Nan dengan curiga. Mac berbalik dan menatapnya.

"Kesabaran sangat tipis," kata Nan mengejek. Mac harus menarik napas dalam-dalam untuk lebih menenangkan dirinya.

"Jika kau tidak memiliki sesuatu untuk dikatakan maka aku akan kembali" Mac menyela, melihat bahwa Nan hanya mencoba membuatnya kesal. Mac akan beranjak memasuki showroom, tapi disela oleh kata-kata Nan selanjutnya.

"Aku akan memberimu waktu satu jam untuk makan," kata Nan singkat. Mac segera berbalik untuk melihatnya.

"Kenapa?" tanya Mac.

"Selesaikan makanmu, lalu pisahkan dirimu dari teman-temanmu, duduklah di sini dan tunggu aku. Aku akan membawamu jalan-jalan" Nan tidak menjawab Mac sama sekali.

"Lalu kenapa aku harus menunggumu? Itt memberitahumu hari itu, bukan? Berhenti menggangguku karena aku sudah tidak bermain-main dengan Itt dan Day." kata Mac, karena dia ingat apa yang dikatakan Day dan Itt.

"Sekarang tinggal 59 menit lagi, aku terlalu banyak memberimu waktu" kata Nan lagi. Mac merasa kesabarannya menipis.

"Jika kau tidak menungguku, aku jamin teman-temanmu akan tahu kalau kita berdua..." kata Nan, menatap Mac lagi dengan mata tajam sampai Mac menggigil di sekujur tubuhnya.

NAN MAC 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang