"Mac, Mac, kau sudah bangun?" Suara Nan terdengar, menyebabkan Mac yang terbungkus selimut perlahan membuka matanya.
"Kenapa?" tanya Mac dengan nada mengantuk.
"Aku akan mengajakmu melihat matahari terbit." kata Nan. Mac terdiam beberapa saat sampai Nan mengira dia tertidur.
"Bawa aku ke kamar mandi dulu." kata Mac, yang membuat Nan terkekeh sebelum menarik Mac dari tempat tidur untuk pergi ke kamar mandi. Langit masih gelap tapi lampu-lampu dari lampion di sepanjang jalan masih menyala.
"Dingin?" Nan bertanya setelah melihat Mac gemetar.
"Sedikit, tapi tidak apa-apa." jawab Mac sebelum Nan menuntunnya menyusuri jalan bambu menuju tepi sungai tempat mereka bermain kemarin. Mereka berdua duduk di lantai kayu.
"Disini sangat tenang," kata Mac, karena sekarang hanya dia dan Nan yang duduk bersama. Mac mengusap lengannya dari satu sisi ke sisi lain melawan udara sejuk embun malam.
"Bisakah kau tinggal sendirian untuk sementara waktu?" tanya Nan, Mac langsung menoleh ke arahnya.
"Mau kemana kau?" tanya Mac.
"Aku mau ke kamar, tidak akan lama" jawab Nan. Mac melihat sekeliling dengan curiga.
"Tidak ada yang perlu ditakuti." Nan mengulangi.
"Apa aku tidak bisa pergi denganmu?" tanya Mac sebelum Nan memelototinya.
"Agh! Terserah. Kemanapun kau kau pergi, pergilah, aku bisa tinggal sendiri!" jawab Mac, mengetahui bahwa Nan menekannya untuk menunggu di sini.
"Oke, aku akan pergi sebentar." kata Nan sebelum bangkit dan berjalan kembali ke villa. Mac duduk sendirian untuk beberapa saat dan sedikit terkejut ketika mendengar langkah kaki di jembatan bambu datang ke arahnya, melihat bahwa itu adalah Nan, dia menghela nafas lega.
"Apa kau melihat hantu?" Nan bertanya. Mac mengerutkan kening.
"Bodoh!" umpat Mac. Nan tersenyum sebelum melemparkan jaket yang dipegangnya ke bahu Mac menyebabkan dia terdiam. Tidak hanya tubuhnya yang memanas, tapi hati Mac juga menyala. Mac menatap Nan dengan mata bertanya-tanya.
"Aku tahu kau kedinginan, pakailah. Aku tidak ingin ada yang mengatakan bahwa aku mengajakmu jalan-jalan tapi membuatmu sakit." jawab Nan dengan suara tenang.
"Siapa yang akan mengatakan itu?" kata Mac pelan, tapi Nan tidak mengatakan apa-apa lagi. Keduanya duduk dan menyaksikan pemandangan pagi dimana langit berangsur-angsur berubah warna. Mereka berdua duduk diam, tidak ada yang menyela karena sepertinya tamu lain mungkin belum bangun.
"Mendekatlah sedikit, disini semakin dingin." kata Nan sebelum menarik Mac di sebelahnya. Keduanya duduk di lantai kayu dengan kaki terentang di depan mereka.
"Lalu, kenapa kau tidak membawa jaket lain?" tanya Mac.
"Lupa. Aku terlalu malas untuk berjalan kembali." jawab Nan sambil memeluk bahu Mac, membuat Mac mengerutkan kening karena gerakan ini lebih seperti menghangatkannya. Nan menggosok lengannya bolak-balik sampai Mac tanpa sengaja menyandarkan kepalanya ke bahu kuat Nan.
"Matahari akan segera terbit." kata Nan sambil mengangguk. Mac juga melihat ke depan.
Tak lama kemudian, matahari oranye besar perlahan muncul di lereng gunung. Cahaya pagi membuat Mac tersenyum, di Bangkok dia belum pernah melihat matahari terbit seperti ini. Mac menatap Nan dan melihat Nan menatapnya dan sesuatu dalam perasaan mereka membuat mereka berdua perlahan menggerakkan wajah mereka, bibir Nan menekan bibir Mac perlahan sebelum lidahnya yang panas merasakan manisnya di dalam, Mac membalas ciuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAN MAC 1 [END]
RomanceCerita tentang NAN dan MAC dari YEO-NIM universe. All credit belongs to the original author. Spain Translator: NiceVegas