18. Better

82 10 1
                                        

"Eja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eja. E-Ja. Altezza."

Nala memanggil Altezza penuh penekanan, sambil memandangi rumah besar di depannya dengan mata yang bergetar.

"Iya, Nala?" jawab Altezza sambil turun dan memparkirkan motornya di halaman itu.

"Lo yang bener aja ngajakin Gue kesini!" ucap Nala, nampak kesal tapi juga gelisah.

Selesai parkir, Altezza mendekati Nala sambil bilang, "Loh kenapa? Kan cuman rumah."

Nala mendecak, "Rumah Lo, Eja!"

Altezza menaikkan satu alisnya dan mengangkat pundak sekilas, "Iya rumah Gue. Terus kenapa? Lo malu?"

"Nggak." jawabnya cepat, sambil menggeleng kuat.

Altezza terkekeh pelan. Mulutnya bisa berbohong tapi pipinya yang memerah tidak. Jelas sekali Nala malu.

"Gue belum pulang dari tadi, Na. Kesini dulu gapapa ya? Abis ini kita jalan lagi kok." tutur Altezza, memegangi kedua pundak Nala dan mengarahkan badan Nala untuk bergerak.

"Eh Eja sumpah deh. Gue tunggu di luar aja, ya?" pinta Nala dengan muka memelas.

Altezza menggeleng, "Mana boleh. Ayo naik." ajaknya sambil kini ganti posisi jadi menarik pelan tangan Nala untuk melangkah di anak tangga sampai kepintu utama.

Mau tidak mau Nala menuruti si pemilik rumah dan tau-tau sudah berada di dalam rumah, tepatnya di ruang tamu. Altezza tidak bisa berhenti menahan senyumannya melihat wajah bingung, gugup, malu, di wajah Nala yang menggemaskan.

Dengan iseng, Altezza bertanya, "Mau kekamar Gue gak, Na?"

"Hah! Nggak!" tolak Nala cepat dan tegas.

Altezza terkekeh, "Kalo gitu tunggu di sini aja, ya? Gue panggilin temen ngobrol. Bentar ya."

Tanpa basa-basi lagi Altezza langsung naik dan meninggalkan Nala yang terduduk di salah satu sofa dengan perasaan gugup bukan main. Temen ngobrol siapa yang Altezza maksud, tidak mungkin orangtuanya kan? Bunda-nya? Ayah-nya? Kakak-nya? Adek-nya?

Siapa?

"Hai, Kak!"

Nala tersentak dan matanya melebar sambil memandangi anak kecil laki-laki berumur sekitar sepuluh tahun, lagi menuruni tangga lalu mendekat kearah tempat Nala. Dia langsung duduk di samping Nala, benar-benar di samping sampai-sampai membuat Nala agak kaget dengan sikap sok akrab ini.

"Namaku Arjuna, panggilan ku Juna tapi aku bukan anggota jin dan jun." sapanya memperkenalkan diri.

Nala tebak dia pasti adeknya Eja.

Nala senyum dan jawab, "Hai Juna. Aku Rennala."

"Tau, kok." responnya dengan sombong "Bang Eja udah bilang tadi."

Nala mengangguk kiku, bingung bagaimana meresponnya.

"Kamu adeknya Eja, ya?"

"Iya, satu-satunya. Dia juga abangku satu-satunya."

RENNALA [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang