015

318 46 10
                                    

◇──◆──◇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◇──◆──◇

"[Y/N]~ aku pulang~" Venti memasuki ruang tamu dengan riang, setelah meletakan wine yang ia beli tadi- didapur, ia segera pergi ke kamar [Y/N] untuk mencek keadaannya.

Dengan pelan tangan Venti membuka pintu dan menutupnya agar tak membangunkan [Y/N] yang sedang tertidur tenang dikasur.

Venti tersenyum menatap [Y/N], ia mndekati [Y/N] yang sedang tertidur dan berbisik pelan di telinga gadis itu.

"[Y/N]~ bangun~" desis dengan pelan dan lembut.

Tetapi [Y/N] masih belum menunjukan gerak gerik akan bangun. Venti tau, gadis itu pasti kelelahan. Ia pun memilih untuk menunggu [Y/N] sampai terbangun dari tidur panjangnya.

Sampai malam pun tiba, [Y/N] belum membuka matanya, pagi, siang, Venti pun memutuskan untuk membangunkan [Y/N] segera.

"[Y/N]? [Y/N] ayo bangun ..."

"[Y/N], sampai kapan kau akan tidur?"

Venti masih dengan lembut dan pelan agar gadis itu tak sampai tersakiti.

".... [Y/N] ...."

Ia memandangi wajah damai [Y/N] dengan senyum hangat. Ia menginginkan [Y/N] cepat terbangun, ia ingin melihat senyum [Y/N] lagi, ia berharap dapat melihat manik indah gadisnya. Ayo [Y/N].... Ayo bangun....

"... apa kau tahu? Aku senang kau baik baik saja saat aku pulang, tolong ... buka matamu [Y/N] ...." Gumpalan bening itu perlahan jatuh dari kedua matanya, ia memegang tangan [Y/N] yang sangat sangat dingin, mengulurkan kehangatannya melalui genggamannya, menyalurkan semua kasih sayangnya.

[Y/N] masih tidak bangun, kamu tak ingin bangun apa? Seseorang menunggumu saat ini. Ia terus menggenggam tanganmu dengan erat.

"[Y/N] ... bukankah kita sudah janji untuk bersama lebih lama? Kumohon [Y/N] ... sekali saja .... aku ingin melihatmu tersenyum lagi ..." Ia terisak dalam keheningan.

Meskipun ia tahu bahwa gadis itu tak terbangun, tetapi ia tetap berharap sekali saja, sekali saja jika ia melihat senyum dan suara lembutmu....

Ia akan sangat bersyukur.

Venti mendekap tubuh tak bernyawa itu dengan erat, sangat erat sampai ia tak ingin melepaskannya dan ingin terus mendekap nya, selamanya.

Pada akhirnya, semua yang ada akan menghilang, semua yang kau janjikan akan berakhir oleh takdir yang kejam.

Lelaki itu sangat menyesal karena lebih memilih ngamer dari pada jaga kekasihnya....

Seperti kata [Y/N], segalanya tak pasti, begitu juga dengan kehidupannya, siapa sangka hari ini akan datang dengan cepat.

◇──◆──◇

Pengembara menepuk bahu Venti dengan pelan, ia menampilkan raut sedihnya.

"Venti ...."

"Yang sabar ya Ven, jangan sedih terusan, Paimon yakin, jika Venti sedih terusan pasti nona [Y/N] tak suka," ucap Paimon mencoba menghibur Venti dengan halus.

"....."

Paimon dan Pengembara bertukar pandang lalu menatap Venti yang masih terdiam menunduk sambil menatap kuburan yang tertulis nama kekasihnya.

"Huaaaaaa [Y/N] .... kenapa kau pergi begitu cepat!?!!!! Huaaaaaaa...." Amber menangis dipelukan Noelle dan terus memanggil nama sahabatnya, ia sangat terpukul ketika mendengar kabar bahwa sahabatnya telah meninggal karena suatu penyakit.

Hari menjelang malam, pengembara masih setia menemani Venti menatap kuburan kekasihnya.

"Venti, kau belum makan kan? Ayo kita isi energi dulu," ajak pengembara hati hati takut memperburuk perasaan archon didepannya.

Semenjak tadi langit Mondstadt mendadak mendung, angin berhembus dengan kacau dan menandakan akan datangnya badai besar.

"Tuh salah sendiri, kenapa ga dijagain pacarmu itu! Malah asik minum minum! Mana kita yang bayar lagi!!" pekik Paimon membuat pengembara mengetik kepalanya dan segera menyumpal mulut bngstnya itu.

Tapi benar kata Paimon, mereka bahkan belum makan dari tadi siang— dari saat acara pemakaman [Y/N].

Keluarga [Y/N] juga datang dan mengurus kediaman gadis itu.

"Ayo pengembara, Paimon sudah kebelet lapar nihh ..."

Pengembara sedikit kesal lalu berbisik, "Paimon, kamu emangnya ga sedih [Y/N] meninggal!? Orang lagi sedih kamu asik tau makan saja!!"

"Paimon sedih kok!! Tapi Paimon ga mau terus terusan sedih!! Huaaaaaa!!" teriak Paimon lalu memeluk Pengembara sambil tersedu sedu.

Pengembara sedikit kaget lalu mengusap surai pucat Paimon dengan lembut.

"Pengembara, kau lapar? Mau makan sesuatu? Tapi kamu yang traktir, ehe."

Tanpa angin tanpa hujan, Venti berkata dengan senyumnya seolah tak terjadi apa apa.

Tapi Pengembara tau lelaki didepannya mencoba terlihat baik baik saja. "Baiklah ... aku yang traktir ..."

Dan sejak saat itu, Venti kembali ceria dan sering mabuk mabuk ditavern Diluc lagi karena tak ada yang bisa menegurnya.

Tbc!!
____________________
____________________

𝙇ö𝙬𝙚𝙣𝙯𝙖𝙝𝙣:::VENTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang