016

444 51 13
                                    

◇──◆──◇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◇──◆──◇

17 tahun kemudian.

"Selamat datang, semoga harimu suram," ucap Diluc menyambut kedatangan Venti dengan ramah tamah.

"Hehh~ tuan Diluc satu gelas dong~" pinta Venti langsung nyosor dan duduk didepan Diluc.

"Tidak ada minum hari ini, sudah ngutang bayang dulu," ucap Diluc datar.

"Ayolah~! masa gak mau bayarin dewa sendiri~?"

Diluc menghela nafas kasar.

"Nanti bayarannya sama pengembara ya~!"

Beberapa jam setelah itu Venti jadi mabuk, tapi gak mabuk mabuk amat.

"Satu gelas lag-"

"Gak ada satu gelas satu gelas lagi!!" pekik seorang wanita yang terlihat cukup kesal dengan keberadaan Venti.

"Wahh~ ada nona [Name]~ kumohon ... ini yang terakhir!!"

"Hahhh ... dari tadi bilangnya yang terakhir mulu, kau ini gaada kapoknya ya ..." ucap wanita bernama [Name] dengan pelan.

"Kakak! satu gelas ya!" seru [Name] pada Diluc. Lelaki itu menatap datar adiknya lalu kembali mengelap gelas.

Selama 15 tahun [Name] tinggal di Liyue, dan sudah satu tahun juga semenjak ia kembali tinggal di Mondstadt.

Kini ia bekerja bersama kakaknya yaitu Diluc, vision mereka juga sama, yakni Pyro.

[Name] menyerahkan segelas wine pada Venti.

"Ini yang terakhir, lagian kamu masih kecil, minum terlalu sering nanti bisa sakit!" tegur [Name].

Terasa dejavu? Tentu.

Venti tersenyum lembut. [Name] yang melihat senyuman mencurigakan Venti, mengangkat sebelah alis.

"Apa lagi?"

"Apa nona mau mendengar cerita ku?" tawar Venti.

[Name] memutar mata malas lalu melanjutkan perkataan Venti. "Tapi bayarannya satu gelas lagi. Gitukan?"

"Ehehehe, tidak kok, karena nona [Name] yang mendengarkan akan ku kasih diskon 20%" ucap Venti.

"Duh Ven, maaf ya, aku lagi ga kepengen dengerin ceritamu deh, ngamen dibawah patung Berbatos saja sana."

𝙇ö𝙬𝙚𝙣𝙯𝙖𝙝𝙣:::VENTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang