"Gue yang berandalan nggak pantas jadi teman dia apalagi menjadi pasangannya"
-Tian Putra Alkar
✨✨✨"Ka-mu??"
"Maaf saya telat" ucap seseorang yang sudah berdiri dihadapan Naifa dengan memegang buket uang 50rb-an.
Naifa seketika linglung tidak tau harus berbuat apa. Ia tidak menyangka sosok yang dihadapannya sekarang akan hadir dihari sidangnya.
"Eh, nggak usah minta maaf. Gak masalah kok. Malahan aku yang nggak enak sama kamu. Makasih udah datang" Naifa mengakhiri ucapannya dengan memberikan senyuman manisnya.
Laki-laki itu hanya memberi dehaman dan menyodorkan buketnya kepada gadis di depannya. Naifa pun menerima dengan senang hati pemberian dari Tian Putra Alkar.
Ya, laki-laki itu adalah Tian. Ia datang tanpa diundang. Namun, ia tau bahwasanya hari ini jadwal teman nya ini sidang. Sebenarnya, ia ragu untuk menghadiri sidang Naifa atau tidak. Hal ini terjadi karena Tian masih tidak enak dengan kejadian di Gramedia beberapa hari yang lalu. Namun, dengan banyak pertimbangan ia akhirnya datang walaupun telat.
"Makasih ya, ini bagus banget loh buketnya. Pasti mahal kan ya? Kek mana ntar kalau kamu sidang ya. Aku harus beliin kayak gini juga tuh. Harus nabung dari sekarang deh keknya, biar bisa kasih buket kayak gini juga ke kamu waktu sidang. Jadi, jangan cepat-cepat sidangnya, takutnya duit aku belum kekumpul buat beli buket kayak gini. Ya ya ya ya" ucap Naifa panjang lebar sambil membereskan berbagai barang dari temannya tadi, tak luput juga Tian membantu Naifa memungut dan membawa barang-barang dari teman Naifa itu.
Tian yang mendengar ucapan Naifa hanya mampu berdeham tanpa berniat untuk menjawab apapun.
Naifa yang hanya mendengar dehaman Tian sebagai respon dari jawaban perkataannnya. Ia hanya mampu tersenyum.
"Mau langsung pulang?" Tanya Tian setelah semua barang-barang dari teman Naifa itu dimasukkan kedalam beberapa kantong besar yang disengaja disediakan Naifa karena ia tau akan mendapat banyak barang nantinya.
"Kayaknya iya deh. Mau bersih-bersih sekalian mau unboxing pemberian dari teman-teman tadi. Juga mau nyiapin segala persiapan untuk penelitian nantinya. Kan tinggal 4 bulan lagi harus selesai skripsinya dan harus bisa ikut wisuda dong. Bismillah" jawab Naifa.
"Yaudah saya antar" jawab Tian dan mengangkat barang-barang Naifa ke kendaraannya. Namun, sebelum Tian berjalan membawa semua barang Naifa. Naifa memberhentikan Tian.
"Eh, nggak usah, aku bisa sendiri kok, kos nya juga depan sini. Nggak usah repot-repot. Kamu balik kampus aja, ini udah jam 3. Kan kamu jam setengah 4 ada kelas, udah sana. Eh, kamu juga belum jemput Tiara ntar ngambek loh dia. Oh, iya tadi kenapa nggak ngajak dia juga kalau kesini?" Naifa si anak yang kalau ngomong selalu aja panjang banget.
Tian hanya mendengar ucapan Naifa. Namun, ia tetap saja membawa 4 kantong gede barangnya Naifa beserta satu tas kampusnya Naifa. Tian berjalan menuju motor N*AX nya.
Naifa yang ditinggalkan Tian begitu saja. Hanya berdecak kesal. Dan berlari mengejar Tian menuju parkiran.
"Alkar nggak usah, ihhh. Kamu balek ke kampus aja ya. Ntar telat loh. Jangan bolos terus nggak baik. Ntar lulusnya lama loh." Setibanya Naifa depan Tian ia langsung memeles agar tidak diantar balik. Karena ia tidak mau merepotkan Tian dan ia juga tidak mau Tian telat ke kampusnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Bumi ;
RomanceKehidupan di bumi bagaikan air yang mengalir di tengah sungai. Berbagai rintangan akan dilewati baik berbatuan maupun ranting pepohonan. Begitu juga dengan kehidupan seorang gadis yang berharap mendapatkan cahaya kebahagian. Terjerumus dalam kehidup...