❀° 𝙾𝚗𝚎

2.2K 224 31
                                    

⇢ ˗ˏˋ [ ℋ𝒶𝓅𝓅𝓎 ℛℯ𝒶𝒹𝒾𝓃ℊ ] ࿐ྂ

Sinar matahari perlahan mulai naik dari ufuk timur. Mendatangkan cahaya pagi sebagai pengganti sang malam yang fana.

Suara kicau burung yang mengalun merdu, membangunkan beberapa manusia-manusia. Beberapa dari mereka, sudah ada yang melakukan aktivitas keseharian biasanya.

Termasuk seorang Yukimiya Kenyu yang kini tengah memperhatikan wajah ayu milik gadis yang berada satu ranjang dengannya.

Seorang gadis yang kini sudah menjadi seorang istrinya.

"Tidur aja kamu cantik, (Name)," ucap Yukimiya membelai lembut pipi gembul sang istri.

Yukimiya sendiri masih tak percaya bisa memiliki seorang (Name) yang baginya sudah seperti permata indah berharga mahal. Bagaimana tidak seberharga itu. Wajahnya yang cantik walau tanpa polesan make up, tubuhnya yang indah bak porselen, bahkan kesuciannya yang belum pernah di berikan pada siapapun menjadi harga paling mahal baginya.

Tak berselang lama, terdengar lenguhan yang berasal dari sang gadis. Menandakan jika jiwanya telah kembali ke alam dunia.

Dua iris indah bak sebuah kristal biru menggerjap pelan. Menetralkan pandanganya yang tak begitu jelas.

"Cah ayunya mas Kenyu udah bangun, hmm?"

Tangan kekar milik Yukimiya melingkar pada pinggang ramping sang gadis. Menariknya hingga tubuh mereka berdempetan.

"Hmm, udah..." jawab (Name) dengan suara serak khas bangun tidur.

Suara tawa kecil terdengar kala itu. Yukimiya lah pelakunya. Ia merasa gemas dengan wajah bangun tidur istrinya itu. Terlebih lagi, kelakuannya yang baru bangun sama halnya seperti anak kecil. Menggeliat, lalu mengigau, dan kembali tertidur.

"Bangun sayang, jangan tidur lagi." Yukimiya mencubit gemas hidung mancung sang gadis. Membuat sang empunya menggeliat tak nyaman lalu memutar tubuhnya membelakanginya.

Melihatnya, Yukimiya membuang nafas pendek. Ia kembali mendekat, menyimpan wajahnya pada ceruk leher sang gadis. Dapat dirasakan oleh sang pemilik tubuh, nafas hangat yang menyisir kulitnya dan aroma mint yang menyegarkan indera penciumannya.

"Bangun sayang," ucapnya lagi.

"Hmmhh... Bentar lagi Mas," jawab (Name).

"Gak ada bentar-bentar. Ayo bangun, terus mandi. Terus nanti jam sembilan kamu ikut sama Mas buat pergi keluar."

Mendengar kata 'keluar', (Name) langsung bangun dari tidurnya. Bahkan ia kini tengah duduk dengan kedua matanya yang tertutup.

"Kemana?" tanya sang gadis dengan keadaan yang tak sadar.

Terkekeh pelan, Yukimiya beranjak dari tidurnya. Tak menjawab pertanyaan yah dilontarkan oleh istrinya itu. Ia kini berada di bagian lain kasur tempat istrinya terduduk. Tangannya kemudian terulur untuk mengangkat tubuh mungilnya.

"Kamu mah giliran. Giliran denger kata 'pergi' aja langsung bangun. Dasar."

(Name) tertawa pelan mendengarnya. Ia tak protes karena itu sudah menjadi kebiasaannya. Setiap harinya ia selalu bangun kesiangan jika tak ada seruan dari sang ibu. Namun ketika hendak berpergian, ia selalu bangun paling awal diantara keluarganya.

"Yaa maafin," ucapnya dengan cengiran khasnya.

Ingin sekali Yukimiya mencubit pipinya. Namun jika ia melakukannya sekarang, tubuh istri tercintanya akan jatuh mencium lantai. Mana sudi dirinya melihat tubuh mungilnya jatuh mengenai lantai.

𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 : 𝐘. 𝐊𝐞𝐧𝐲𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang