❀° 𝙵𝚘𝚞𝚛

907 89 0
                                    

⇢ ˗ˏˋ [ ℋ𝒶𝓅𝓅𝓎 ℛℯ𝒶𝒹𝒾𝓃ℊ ] ࿐ྂ

(Name) kini sedang bad mood. Saat acara makan tadi, kedua orang tua Yukimiya menanyakan kapan mereka berdua punya anak.

Dan alhasil, sekarang (Name) sedang duduk di sofa sembari menonton televisi dengan mengabaikan segala panggilan maupun ucapan dari suami tercintanya itu.

"Sayang, dengerin mas dulu," ucap Yukimiya namun (Name) masih tak menjawab.

Sang istri masih fokus dengan acara televisi yang ditonton. Kemudian fokus Yukimiya beralih menatap ke arah remote televisi yang menganggur di atas sofa. Tanpa berlama, Yukimiya langsung meraih benda dengan banyak tombol tersebut dan memencet tombol power yang menyebabkan layar televisi menjadi hitam.

Melihat acara televisi yang tengah ditonton dimatikan, (Name) menoleh dengan kedua matanya yang melotot. "Mas, ngapain dimatiin?" tanyanya dengan nada kesal.

"Dengerin mas dulu, sayang," ucap Yukimiya dan (Name) menghela nafas berat.

"Iya-iya, (Name) dengerin."

Sudah mendapatkan persetujuan, sang suami kemudian duduk di sebelah sang istri dengan berhadapan. Dua telapak tangan besarnya meraih dua telapak tangan kecil yang tengah menyatu di atas paha.

"Ucapan Mama sama Papa tadi jangan di anggap serius. Anggap aja angin lewat." Yukimiya mengelus pelan telapak tangan sang istri, kemudian meraih pipi mulusnya dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

(Name) menundukkan kepalanya. "Gimana gak serius. Orang Mama waktu itu nanya kapan mau punya anak," jawab (Name) dengan suara imutnya.

Yukimiya terkekeh pelan mendengar suara sang istri yang begitu imut ketika marah. "Dengerin mas. Mama mungkin nanya gitu buat mastiin kamu udah siap atau belum buat punya anak."

"Mas juga gak nuntut kamu buat punya anak sekarang. Kalau emang (Name) gak mau juga gak pa-pa. Terus, (Name) tau?"

Sang istri menggeleng lemah sebagai jawaban. Lalu Yukimiya berkata, "punya kamu aja, udah jadi kebahagiaan mas yang paling bahagia," ujar Yukimiya.

Lantas kedua pipi sang istri memerah padam. Lalu satu pukulan pelan melayang dan mengenai dada bidang sang suami.

"Apasih," ucap (Name) malu-malu.

Yukimiya terkekeh mendengarnya. Tangannya kemudian naik mengelus surai indahnya yang begitu halus lalu mengecup lembut pucuk kepalanya.

"Tapi, wajar gak sih, Mas? Mereka nanya kapan kita punya anak." (Name) menyandarkan kepalanya pada senderan sofa yang empuk. "Mereka juga pasti gak sabar buat gendong cucu mereka."

Wanita itu menunduk, menatap pergelangan tangannya. Yukimiya lantas memegang telapak tangannya, dan mengelusnya pelan.

"Yaudah, kalau kamu masih kepikiran kita buat aja."

"Huh?!"

(Name) langsung mengangkat kepalaku dan menatap ke arah Yukimiya. Terlihat rona tipis pada pipi putih wanita itu.

"Dalam tiga detik gak jawab, Mas anggap kamu setuju."

"Heh! Ma-"

𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 : 𝐘. 𝐊𝐞𝐧𝐲𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang