Hai! Terimakasih telah ingin melanjutkan membaca cerita ini, mohon maaf jika didalam cerita ini masih banyak kesalahan. Selamat membaca! Jangan lupa untuk vote dan follow untuk mendukung author melanjutkan cerita ini. Terimakasih!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Baiklah sampai jumpa kembali Sya, aku berharap aku bisa kembali bertemu denganmu suatu hari nanti. Tetapi sebelum itu, bolehkah aku meminta nomor teleponmu? siapa tahu nanti aku membutuhkanmu dan kau membutuhkanku untuk hanya sekedar menemanimu atau lebih dari itu?" tanya Al kepada Sya.
"Emm baiklah, aku akan menuliskan nomorku terlebih dahulu di dalam kertas ini. Nanti kau bisa mengirimkan ku pesan dan bilang saja bahwa pesan itu darimu, aku akan membalasnya nanti," jawab Sya dengan sedikit ragu dan menuliskan nomornya di secarik kertas lalu memberikannya kepada Al.
"Itu adalah nomor teleponku, sampai jumpa lagi. Aku harus pulang ke rumah sekarang, karena malam akan benar-benar tiba. Bye Al!" ucap Sya dengan sedikit berlari menjauh dari Al, pulang menuju rumahnya.
"Iya, terima kasih Sya. Sampai jumpa kembali," ucap Al sambil melambaikan tangannya kepada Sya yang sudah mulai menjauh.
Di saat Sya sudah benar-benar pergi menjauh dan benar-benar tidak terlihat lagi, Al kemudian menatap secarik kertas yang sedang ia pegang dengan ekspresi gembira di wajahnya. Ia tersenyum bahagia membayangkan bagaimana nanti ia akan memberikan pesan kepada Sya.
"Nanti aku akan pasti memberikanmu pesan Sya. Aku ingin mengenal lebih jauh lagi tentang dirimu. Dibandingkan hanya menjadi seorang teman saja, aku menginginkan lebih daripada itu dengan dirimu Sya," ujar Al sembari tersenyum memandang kertas yang ada ditangannya.
Setelah beberapa saat dirinya melamun, Al pun tersadar kemudian menatap langit yang sudah gelap. "Hari sudah benar-benar gelap, seharusnya aku sudah sampai di rumah. Aku harus cepat-cepat pulang ke rumah sebelum ibu memarahiku karena pulang terlambat lagi hari ini." Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Al segera bergegas untuk pulang menuju rumah.
Dikarenakan rumah Al yang tidak terlalu jauh dari taman tersebut, Al memutuskan untuk berjalan kaki dengan sedikit berlari untuk menuju rumahnya. Al berlari sambil memikirkan jika dia sampai di rumah apakah ibunya akan memarahinya lagi sampai-sampai menghukumnya atau dia akan selamat hari ini dengan hanya mendengarkan celotehan kasar dari ibunya?
Al berlari sangat cepat dari taman tersebut karena dirinya juga takut dengan ibunya yang akan semakin memarahinya jika dia terlalu terlambat pulang menuju rumahnya.
Sesampainya Al di depan rumahnya sendiri, Al memberanikan diri untuk mengetuk pintu dan memanggil ibunya untuk membukakan pintu untuknya.
Tok tok tok
"Ibu, Al pulang. Bu, bukakan pintunya." Al mengetuk pintu rumahnya dan memanggil-manggil ibunya.
Tetapi setelah beberapa saat Al menunggu di depan pintu rumahnya, tidak ada sahutan apapun yang dia dapatkan dari sang ibu. Lalu Al memutuskan untuk mengetuk pintu tersebut sekali lagi dan memanggil ibunya kembali.
Tok tok tok
"Ibu, Alfraza pulang. Tolong bukakan pintunya ibu," ucap Al sekali lagi
Setelah menunggu beberapa saat, terdengar ada suara barang pecah dari dalam rumah tersebut. Seperti sebuah kaca yang jatuh dan pecah. Dan tak lama dari itu, sang ibu pun menyaut panggilan dari Al dengan kata-kata kasar dan juga nada tingginya menandakan bahwa dirinya sedang marah
"Untuk apa kau pulang ke rumah anak sialan! kau tahu sekarang sudah jam berapa? seharusnya kau sudah pulang sedari tadi! menyusahkan saja! anak tidak berguna kau! lebih baik kau tidur saja di luar sana, tidak usah kau masuk ke dalam rumah!" teriak sang ibu dari dalam rumah dengan terdengar kembali suara barang pecah.
Al yang mendengar sautan dari sang ibu dengan kata-kata kasarnya hanya bisa tertunduk diam sembari memikirkan bagaimana caranya ia meredakan amarah sang ibu. Walaupun dirinya sudah terbiasa dengan kata-kata kasar dan makian dari sang ibu, tapi dirinya juga tidak ingin sang ibu marah kepadanya. Al merasa, amarah sang ibu tersebut karena sang ibu menyayanginya, maka dari itu sang ibu melarangnya pulang terlalu larut malam dan memarahinya ketika ia pulang terlambat menuju rumah.
"Baiklah ibu, aku akan tidur di luar. Maafkan kesalahanku ibu, aku tidak akan mengulanginya lagi," jawab Al dengan lirih.
Al kemudian berjalan menuju kursi yang ada di teras rumah dan duduk di sana. lalu melihat langit malam yang indah dihiasi oleh bintang-bintang dan juga sang bulan yang menerangi bumi dengan cahayanya
"Langit malam hari ini indah sekali, dan bulan juga bersinar dengan terang. Tetapi, mengapa ketika aku melihatmu untuk pertama kalinya keindahan ini tidak dapat dibandingkan oleh senyumanmu yang indah itu Sya? senyuman yang belum pernah aku lihat dapat seindah itu. Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya kepadamu Farasya," monolog Al lalu dirinya terus menatap bintang-bintang tersebut dan tanpa sadar, dirinya sudah terlelap sembari duduk dibangku tersebut.
Hehe segitu dulu ya lanjutannya, maaf kalau ga sesuai ekspektasi. Jangan terlalu berekspektasi tinggi sama cerita ini ya! Terimakasih telah membaca, jangan lupa vote, komen, & follow. Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Awal Kegelapan
RomanceFarasya, gadis cantik yang memiliki senyuman indah berhasil memikat hati Alfraza, sang pemuda yang selama ini mengurung dirinya sendiri di dalam zona nyamannya dan ketakutan akan ketidak percayaan diri yang selama ini menguasai dirinya. Hanya Farasy...