"Langit malam hari ini indah sekali, dan bulan juga bersinar dengan terang. Tetapi, mengapa ketika aku melihatmu untuk pertama kalinya keindahan ini tidak dapat dibandingkan oleh senyumanmu yang indah itu Sya? senyuman yang belum pernah aku lihat dapat seindah itu. Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya kepadamu Farasya," monolog Al lalu dirinya terus menatap bintang-bintang tersebut dan tanpa sadar, dirinya sudah terlelap sembari duduk dibangku tersebut.
•••
Pagi hari yang cerah dengan suara kicauan burung yang saling bersahutan. Sorotan cahaya dari sang mentari membangunkan Al dari tidurnya yang tidak terlalu nyenyak dikarenakan posisi tidur yang hanya duduk di kursi depan rumahnya. Selain itu, ia juga merasakan dinginnya malam yang terus menerpa karena ia hanya memakai kaos tipis yang masih sedari kemarin ia pakai.
Pagi hari yang cerah dan indah ini tidak sama dengan isi hati yang sekarang Al rasakan. Ia merasa takut, gelisah, lelah, dan juga sedikit amarah. Tetapi apalah dayanya untuk melawan sang ibu, Al tidak ingin menjadi seorang anak yang durhaka terhadap ibunya. Walaupun, ibunya sering bersikap kasar kepadanya, tetap saja dirinya tetaplah ibu bagi seorang Alfraza. Dirinya yang sudah melahirkan Alfraza, dan juga sudah membesarkannya sampai sekarang walaupun banyak sekali kekerasan yang dilakukan ibunya terhadap Al.
"Sudah pagi ternyata." Alfraza sedikit membenarkan posisi duduknya dan melakukan peregangan terhadap tubuhnya yang sedikit kaku dan terasa sakit.
"Apakah ibu juga sudah bangun sekarang? Jika sudah, apakah aku boleh memasuki rumah sekarang? Tetapi kalau ibu masih marah, mungkin ibu tidak akan membukakan pintu itu untukku." Alfaza bangkit dari kursi tersebut dan berniat untuk mengetuk pintu itu sekali lagi, untuk mengecek apakah dirinya sudah diperbolehkan masuk atau belum. Akan tetapi, belum sempat Alfraza mengetuk pintu tersebut, sang ibu sudah terlebih dahulu membukakan pintu dan langsung menatap Alfraza dengan tetapan tajamnya.
"Mengapa kau masih berdiri di sana saja bodoh!? Masuklah ke dalam, dan kerjakan seluruh pekerjaan rumah pagi ini. Bersihkan rumah ini sampai bersih dan jangan sampai kau melakukan kesalahan sedikitpun. Jika tidak, Ibu akan menghukummu kembali malam ini. Ingat itu Alfraza, Ibu akan pergi menemui teman-teman Ibu." Wanita tersebut berbicara dengan nada tingginya dan pergi melangkah keluar rumah begitu saja.
"Dasar anak tidak berguna," gumam sang ibu sembari berjalan menjauh meninggalkan rumah.
Alfraza hanya bisa menundukkan kepalanya sembari menganggukkan kepalanya mendengarkan seluruh ucapan sang ibu. Dirinya tidak berani untuk melawan sang ibu, dirinya hanya bisa melaksanakan dan mematuhi apa yang ibunya kata kan. Sesegera mungkin Al membersihkan seluruh isi rumah dan membersihkan kekacauan yang tadi malam ibunya lakukan.
Alfraza membersihkan seluruh rumah dengan teliti dan sangat berhati-hati tanpa adanya satu kesalahan pun. Karena dirinya tentu takut akan ucapan sang ibu jika dia melakukan kesalahan, dirinya akan diberi hukuman kembali oleh sang ibu.
Setelah selesai membersihkan seluruh rumah, Al kemudian membersihkan dirinya sendiri dan bergegas untuk pergi menuju sekolahnya. Jika tidak, dirinya pasti akan terlambat dan akan diberi hukuman di sekolahnya jika dirinya terlambat.
Al kemudian mengambil tas yang berada di atas meja di dalam kamar miliknya, dan bergegas untuk berangkat menuju sekolahnya. Al berangkat menuju sekolahnya dengan berjalan kaki, mungkin lebih tepatnya bisa disebut berlari bukan berjalan. Karena waktu sudah mepet dan Al tidak ingin dirinya terlambat, dirinya berlari dengan sekuat tenaga dan akhirnya sampai didepan gerbang sekolah yang sudah ingin ditutup oleh sang satpam.
Jarak antara rumah Al dan juga sekolah sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu 5 menit jika menggunakan kendaraan, dan 15 menit jika dirinya berjalan kaki. Dikarenakan tadi Al berlari menuju ke sekolahnya, dirinya hanya membutuhkan waktu 8 menit untuk sampai di sekolah.
Sang satpam yang sedang menutup gerbang hingga setengah tersebut menatap dengan tetapan heran kepada Al. "Tidak biasanya kau terlambat menuju ke sekolahan Al, biasanya kau selalu tepat waktu dan berangkat lebih awal dari murid-murid yang lain. Masuklah, sebelum pelajaran hari ini dimulai," ucap sang satpam ramah mempersilahkan Al masuk dan lanjut menutup seluruh gerbang tinggi sekolah.
"Saya hanya bangun kesiangan hari ini pak, terima kasih telah mengizinkan saya untuk masuk ke dalam. Saya permisi untuk memasuki kelas, jika tidak saya akan terlambat memasuki kelas biologi bu Indah pagi ini." Al mengatakan alasannya walaupun dengan kebohongan, karena dia tidak ingin orang-orang tau bahwa ibunya selalu memperlakukannya dengan tidak baik.
Di saat Al melangkah dari gerbang tersebut menuju ke ruang kelas, Al terhenti ketika ia mendengar seseorang berbicara kepadanya.
"Al! Apakah itu engkau? Aku tidak salah untuk mengenalimu bukan?" panggil seseorang tersebut
Hai! Akhirnya update lagi setelah sekian lama. Penasaran ga nih siapa yang manggil Al? Jawabannya ada di chap selanjutnya ya! Jadi, tunggu aja update chap setelah ini. Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, karena author masih penulis pemula. Terimakasih telah membaca, jangan lupa vote, komen, & follow. Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Awal Kegelapan
Roman d'amourFarasya, gadis cantik yang memiliki senyuman indah berhasil memikat hati Alfraza, sang pemuda yang selama ini mengurung dirinya sendiri di dalam zona nyamannya dan ketakutan akan ketidak percayaan diri yang selama ini menguasai dirinya. Hanya Farasy...