Pertemuan

29 7 0
                                    

Hai! Selamat datang didalam cerita buatanku yang asal-asalan ini, mohon maaf jika didalam cerita ini masih banyak kesalahan. Selamat membaca! Jangan lupa untuk vote dan follow untuk mendukung author melanjutkan cerita ini. Terimakasih!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mentari mulai menenggelamkan dirinya bergantian dengan sang bulan. Awan terlihat kemerahan di ujung mata, dinginnya angin mulai membelai dedaunan dan orang-orang yang masih berada di luar rumah mereka. Akan tetapi, apakah sejatinya semua orang memiliki rumah untuk mereka pulang? rumah untuk mereka beristirahat, tempat mereka mencurahkan keluh kesah isi hati mereka, tempat ternyaman untuk pulang.

Taman Quest hari ini terlihat sepi, mungkin karena malam hampir tiba. Akan tetapi, seorang gadis masih setia duduk di salah satu bangku taman tersebut. Sibuk membaca buku yang ia bawa sedari tadi tanpa mempedulikan kondisi di sekitarnya, bahkan kenyataan bahwa malam hampir tiba ia hiraukan.

Saat memfokuskan diri dengan buku yang ia baca, kehadiran seseorang berhasil mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca. Gadis tersebut menoleh, mendapati seorang pemuda duduk di sampingnya.

Kedua pipi pemuda tersebut terangkat menampilkan sebuah senyuman sebelum meminta izin, "Hai, maaf bila mengganggumu, apakah aku boleh duduk di sampingmu?" tanya Pemuda tersebut.

"Tentu saja kau boleh duduk di sini," jawab gadis itu sembari memperhatikan sang pemuda.

Memperbaiki posisi duduknya, lalu pemuda tersebut memperkenalkan dirinya, "Namaku Alfraza, kau bisa memanggilku dengan nama Al. Siapa namamu? kelihatannya kita masih seumuran," kata pemuda yang baru saja memperkenalkan dirinya sebagai Alfraza.

Sang gadis menutup bukunya lalu kembali mengalihkan perhatiannya menuju Alfraza. "Namaku Farasya, panggil saja Sya. Senang bertemu denganmu, mungkin ya kita masih seumuran," jawab sang gadis yang bernama Farasya diiringi dengan senyuman yang membuat matanya tidak terlihat.

Alfraza menatap Farasya dengan tatapan memuja, menatap sang gadis yang sedang tersenyum. "Senyummu sangat indah, sungguh manis dan cocok dengan dirimu, cantik," ujar pemuda yang bernama Al tersebut tanpa sadar.

Sya yang mendengar pujian tersebut hanya bisa tersenyum dengan mengalihkan pandangannya dari Al. "Terima kasih, tetapi ucapanmu tersebut terlalu memujiku. Senyumanku biasa saja, tidak seindah itu," ucap Sya dengan diiringi senyuman manisnya.

Al yang baru saja sadar dengan ucapannya menjadi salah tingkah sendiri dengan ucapan yang baru saja ia ucapkan tanpa sadar. "Ah Maafkan aku, tetapi senyumanmu memang semanis itu. Seperti dirimu, cantik dan juga manis," ucap jujur Al kepada Sya.

Sya mendengar ucapan dari Al hanya bisa tersenyum dan sedikit tertawa menanggapi semua ucapan yang diucapkan oleh Al, walaupun di dalam hatinya terbesit suatu perasaan yang aneh entah muncul dari mana datangnya.

"Oh ya langit sudah mulai menggelap, kenapa kau masih berada di sini Sya? seharusnya kau sudah pulang menuju rumahmu. Kenapa kau masih berdiam diri di sini sendirian ditemani dengan buku yang sedari tadi kau baca?" tanya Al dengan memperhatikan buku-buku yang dibawa oleh Sya.

"Aku hanya sedang ingin menenangkan diriku sendiri di sini. Menenangkan pikiranku dengan memfokuskan diri membaca buku yang aku bawa, dan juga kenapa kau belum pulang ke rumahmu Al? apakah kau juga sama seperti diriku?" ucap Sya dengan sedikit menundukkan kepalanya lalu kembali memperhatikan Al.

"Aku di sini karena aku bosan saja berada di rumah, dan tanpa sengaja aku melihatmu sedang fokus dengan bukumu sendirian. Makanya aku menghampirimu dan mengajakmu berkenalan denganku. Itung-itung, aku bisa memiliki teman baru dengan mengajakmu berkenalan," jawab enteng Al akan pertanyaan Sya diiringi dengan suara tawanya.

"Oh ternyata seperti itu, jadi kau sudah memperhatikan diriku sedari tadi aku masih memfokuskan diriku kepada buku yang aku baca?" tanya Sya dengan ekspresi terkejut.

"Untuk itu...aku tanpa sengaja memperhatikanmu saja, aku tidak secara sengaja untuk memperhatikanmu. Maafkan Aku," ucap Al dengan sedikit gugup dan takut jika Sya merasa bahwa dirinya adalah orang yang jahat seperti penguntit.

"Hahaha ekspresimu itu sungguh sungguh lucu. Jika kau ingin memperhatikanku, maka perhatikanlah. Tidak apa-apa, aku tidak merasa terganggu olehmu. Tidak perlu untuk meminta maaf, kau tidak melakukan suatu kesalahan," ujar Sya dengan diiringi tawa dan senyumannya memperhatikan tingkah Al.

"Baiklah, sekali lagi maafkan aku. Aku tidak sengaja untuk melakukan itu, dan sebaiknya sekarang kau dan aku pulang ke rumah masing-masing. Sebelum malam benar-benar datang." Al menatap Sya yang sedang tersenyum akibat tingkahnya tadi.

Sya yang tadinya sedang menatap Al, sekarang beralih menatap langit yang hampir benar-benar gelap dan kembali menatap Al.

"Ya kau benar, sebaiknya kita berdua segera untuk pulang. Malam akan segera benar-benar tiba," ucap Sya dengan membereskan buku yang ia bawa.

"Baiklah sampai jumpa kembali Sya, aku berharap aku bisa kembali bertemu denganmu suatu hari nanti. Tetapi sebelum itu, bolehkah aku meminta nomor teleponmu? siapa tahu nanti aku membutuhkanmu dan kau membutuhkanku untuk hanya sekedar menemanimu atau lebih dari itu?" tanya Al kepada Sya.



Segitu aja dulu ya, nanti aku lanjut lagi. Gimana? Bagus ga? Lanjut atau engga? Trus kalau lanjut kira-kira Al dapet nomornya Sya ga ya? Hayooo tebak-tebak haha

Senja di Awal KegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang